Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Huang Renjun, seorang lelaki dengan parasnya yang manis dan wajah mulusnya bahkan melebihi para wanita.Umurnya memang masih 18 tahun, yang baru saja memasuki waktu legalnya, walau begitu jangan tanyakan tentang kemandiriannya. Ia sudah tampak dewasa dan sangat mandiri. Ia sempat bersekolah di tanah kelahirannya, China saat masih Sekolah Menengah Pertama dan kembali ke Korea saat Sekolah Menengah Keatas.
Renjun memang anak orang punya. Ayahnya direktur pusat di perusahaan Guardian Corp yang bergerak di bidang pertambangan emas dan material lainnya, ia juga memiliki rumah sakit terbesar di Seoul dan Ibunya dulu adalah seorang dokter. Tapi dia tak pernah sekalipun manja. Ia selalu memakai barang seadanya, tak bermerk mahal yang penting berguna. Ia juga selalu pulang pergi naik bus menuju sekolah dan hal inilah yang kadang menjadi bahan bullyan untuk Renjun.
"Renjuuuunnnniieee" Baru sampai di lorong sekolah suara cempreng sudah menyambutnya, dan sebuah rangkulan di bahu telah didapatkannya.
"Pasti ada maunya." Kata Renjun kepada sahabatnya ini.
Renjun meletakkan tasnya di bangkunya, lalu mengeluarkan bukunys untuk diberi kepada pemuda berkulit Tan tersebut.
"Ululu, maaciih, renjun sayang. Muach."
"Jauh jauh dariku setan." Yah begitulah Renjun, terkadang mulutnya sangat pedas melebihi cabai.
"Hai Jun." Bukan haechan, melainkan jaemin yang menyapanya. Dia adalah sahabat terdekat renjun. Paras dan senyumnya yang manis memikat hati semua orang tak ayal jika banyak yang menyebutnya flower boy. Jaemin ini yang paling tidak bisa Renjun biarkan, semua ia berikan demi Jaemin apapun itu.
"Haii Na. Keliatan bahagia banget hari ini. " Jawab Renjun dengan wajah sumringahnya. Jaeminpun mengambil duduk di sebelah Renjun.
"Hehe iya dong, kan abis papasan sama pujaan hati tadi." Jaemin nyengir kuda.
"Siapa sih dia? Keknya kamu suka banget ya?" Tanya Renjun heran.
"Ituloh jun, anak IPA 1. Yang tinggi hidung banjir kulit putih. Tapi sayang wajahnya datar kaya papan triplek." Haechan menyauti sembari tetap menulis PR kimia yang belum ia kerjakan.
"Abis muji ngejek gitu ya, pinter."
"Iya jun yang itu. Mantan Ketua OSIS masa kita. Lee Jeno." Ujar Jaemin
"Oh jadi dia toh, wah sukur tuh dapat pujaan hati yang cakep badai."
"Yah tapi cintanya belum terbalas jun, kasyand kan." Jaemin mencubit lengan yang seenaknya bicara.
"Awwww sakit ogeb."
Dan selanjutnya kelas dimulai dengan adanya bell nyaring yang berbunyi serta guru wanita yang memasuki kelas guna memulai pelajarannya.
🌱
Renjun membereskan banyak buku dihadapannya, ya dia sekarang berada diperpustakaan. Setelah jam pulang berbunyi si pemuda mungil itu tak langsung pulang, melainkan menuju perpustakaan hingga sore hampir menghilang.
"Astaga, aku harus cepat pulang sebelum ketinggalan bus terakhir." Renjun berjalan terburu keluar dari sekolahnya dan menuju halte bus terdekat. Tapi naas, bus terakhir sudah pergi beberapa menit yang lalu. Ia menghembuskan nafasnya kasar. Ini sudah hampir pukul 7 malam.
Baru ingin melangkah pergi sebuah suara dan langkah tak beraturan menarik perhatiannya. Ia menoleh mendapati seorang lelaki yang terluka parah dibagian wajahnya, dan mungkin juga badanya. Ia meringis kesakitan. Hatinya tergerak untuk menyelamatkan lelaki asing itu.
"Astaga, kau baik baik saja?" Pertanyaan bodoh Renjun, tentu dia tau bahwa lelaki itu sedang tidak baik baik saja.
Lelaki itu diam tak menjawab, ia masih sibuk dengan kesakitannya.
"Ayo aku antar pulang." Renjun mengeluarkan ponsel guna menelfon supirnya.
🌱
"Dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu." Tanya Renjun pada lelaki disebelahnya, ketika sesampainya di dalam mobil.
"Jangan bawa aku ke rumah." Jawabnya
"Lalu kemana aku harus membawamu?"
"Kemana saja."
"Kerumahku saja ya? Kau butuh pengobatan." Tawar Renjun dengan wajah khawatirnya.
"Terserah."
. .
Renjun sibuk dengan peralatan p3knya, iya sedang mengobati pemuda yang sedang mengalami banyak luka di sekujur tubuhnya. "Mengapa kau bisa begini? Apa yang terjadi?" Bukan urusan Renjun memang, tapi ia juga penasaran.
"Asshh." Lelaki itu meringis ketika Renjun mengobati luka di sudut bibirnya dengan obat merah dan kapas. Dalam jarak yang sedekat ini Renjun dapat merasakan deru nafas pemuda berahang tegas itu. Dan entah mengapa jantungnya berdegup sangat kencang. Oh apakah ia terkena serangan jantung saat ini?
"Kau Lee Jeno kan?" Tanya Renjun saat menutupi lukanya dengan plester. Lelaki itu hanya mengangguk.