A 00

32.2K 1.8K 140
                                    

Enjoy :)

Enjoy :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Sebuah pensil itu memutar ditengah kerumunan siswa. Mereka sedang mengisi jam kosong dikelasnya dengan bermain-main, dan jatuh pada permain Truth or dare yang katanya lagi ngetren. Beberapa siswa terlihat serius memperhatikan pensil yang berputar tersebut, takut akan berakhir pada menunjuk dirinya dan diharuskan untuk menglakukan atau jujur dengan apa yang mereka lontarkan nantinya.

Semua berharap cemas, pensil itu tak kunjung berhenti.
Dan pada akhirnya pensil itu berhenti dengan ujung lancipnya menunjuk ke salah satu siswa dengan gurat kecemasan diwajahnya.

"Truth"  Jawabnya tanpa basa basi

"Okey, lu pernah gelud ga?" Salah seorang siswa yang sebelumnya telah mendapatkan ToD itu bertanya kepadanya.

"Gelud? Pernah sih, tpi ga parah. Gampang banget pertanyaanya." Ujar siswa bernama Hyunjin yang mendapat giliran ToD itu.

"Bukan, maksud gua gelud diranjang. Barangkali ama doi lo kan?"

Alisnya mengkerut, "hmm, klo i-itu sih ya- ga pernah lah. Gila aja."

"Gua ga percaya sih, tapi yaudah lah skuy lanjut."

Hyunjin memutar pensil yang sempat menunjuknya tadi, membuat pensil tersebut berputar. Tak lama seperti sebelumnya kini pensil dengan ujungnya itu mengarah ke salah satu siswa yang tampak diam sedari tadi. Wajahnya datar, seperti papan triplek.

"Apa jen?" Tanya Hyunjin karena teman yang dipanggil Jen ini belum juga menjawab semenjak pensil menunjuk kearahnya yang tampak diam dengan wajah tripleknya.

"Dare." Jawabnya tanpa beban.

"Hmm bentar." Hyunjin tampak berpikir. Sedangkan teman lainnya menunggu.

"Kasih yang parah aja Njin, gua rela." Sahut Felix, salah satu siswa dalam lingkaran itu.

"Cepet Njin, lama amat mikirnya."

"Oke, i got it. Jen, lo tau Renjun kan? Anak IPS 1?" Ujar Hyunjin dengan menggebu, wajahnya berseri bagai bunga yang tampak mekar di pagi hari.

"Ya pasti tau lah, masa mantan ketos gatau. " Itu yangyang yang menyahut.

"Ya, terus?" Jawab Jeno dengan suara beratnya.

"Besok pas pensi yang diadain OSIS samperin and kiss him."

Semua tampak terkejut, bahkan sangat terkejut. Jeno yang semula wajahnya datar kini mulai menunjukkan ekspresi terkejutnya. Tapi mereka juga senang, karena Renjun yang disebut adalah lelaki dengan paras manis bak malaikat dan hati selembut sutra. Bahkan tak jarang dari mereka yang menjodohkan Jeno dan juga Renjun.

"Gila lo, ntaps jiwa."

"Jen gua 100 persen dukung lo."

"Lakuin jen, klo ga lo ga gentle. Lo sndri yg milih dare, dan lo juga harus ambil resikonya."

Jeno terdiam, mencerna semua kata teman temanya. Ia tampak berpikir. Huang Renjun? Dia harus menciumnya didepan bnyk orang? Bahkan untuk bicara dengannya saja tidak pernah bagaimana mau menciumnya? Dimana harga dirinya? Mau ditaruh mana wajahnya? Haruskan dia lakukan sesuai intruksi temannya atau justru sebaliknya?

Tapi waktu tak tepat, selanjutnya belum berbunyi yang menandakan pergantian pelajaran. Dan seorang wanita bertubuh agak gempal dan kacamata yang notabene guru itu memasuki kelas mereka. Dan secara langsung para siswa maupun siswi segera kembali ke tempat duduk mereka, untuk segera memulai pelajarannya.

"Hmm, iya gua bakal lakuin." Final Jeno pada akhirnya. Walau masih ada perasaan tak yakin dalam dirinya.








:)

Tegur aku kalao ada salah yaa

Mutualan? Boleh

Stay Tune yaa :)
LOVE YOU ♡ you meaning alot

©Rechan

Abonded  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang