Ria
Kuliukkan tubuhku mengikuti irama musik yang ada dengan menghitung satu-dua-satu-dua dalam hati tanpa mengacaukan irama yang ada. Tepat ketika lagu mulai menegang, aku sedikit berlari dan melompat, kemudian mendarat. Aku melanjutkannya dengan gerakan memutar, kemudian musik berakhir tepat ketika aku memasang pose terakhir.
"Remarquable*!" ujar Monsieur** Albert, direktur artistik di yayasan balet tempatku bernaung sekarang. "Kamu bisa jadi pebalet nomor satu di Perancis!"
*translate: luar biasa
**translate: tuanAku tersenyum sambil menyeka keringatku. "No, Monsieur. Aku masih jauh buat itu."
"Kamu boleh pulang sekarang. Jangan lupa istirahat yah, pentasnya minggu depan," ujar Monsieur Albert mencium.pipi kiri dan kananku bergantian, cipika-cepiki, kebudayaan orang Perancis yang sudah biasa mereka lakukan.
"Iya, Monsieur," ujarku sambil membalas mencium pipi kiri dan kanannya, kemudian meninggalkan ruang latihan sambil mengucapkan; semoga harimu menyenangkan pada para pebalet yang masih beristirahat.
Aku memasuki ruang ganti dan mengambil peralatan mandiku serta baju gantiku. Di yayasan balet ini biasanya kami, para pebalet, disediakan ruang mandi untuk sekedar membersihkan diri dari simbahan keringat setelah berlatih. Untungnya aku cukup beruntung karena ruang mandi tidak terlalu ramai, sehingga aku bisa langsung mandi tanpa harus mengantre.
Selesai mandi dan membersihkan diri, aku pergi kembali ke ruang ganti, meletakkan peralatan mandiku di lokerku lagi, kemudian mengambil tasku sebelum akhirnya pergi keluar dari yayasan balet.
Baru saja turun di beberapa anak tangga, aku sudah disambut oleh sosok Justin dengan setelan jasnya tengah menunggu di lobby yayasan. Aku sedikit mengendap, kemudian,
"Dor!" kagetku.
Justin sedikit terlonjak sebelum akhirnya berbalik dan memamerkan giginya.
"Bonjour," sapanya.
*translate: halo"Bonjour," sapaku balik.
"Wangi greentea, pasti pake sabun yang aku kasih yah?"
"Hm? Masa sih kecium sampe segitunya?" tanyaku sambil mengendus-endus pergelangan tanganku dan ternyata benar, sabun pemberian Justin hasil dirinya pergi ke fashion week di New York lusa lalu sangat wangi. "Bener-bener kecium ternyata."
Justin terkekeh lalu mengambil rambutku dan menciumnya. "Wangi mawar, kamu ganti shampoo?"
"Oh ini shampoo promo di supermarket."
"Kamu itu udah aku kasih black cardku buat belanja apapun yang kamu mau. Jangan kaya orang susah deh," ujar Justin sambil menoyor keningku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOCHROME
FanfictionMonochrome terdiri dari dua kata, "mono" yang berarti satu, "chrome" yang berarti warna. Di dunia fotografi istilah ini mengarah pada film dengan warna hitam putih. Dan disini, ada kisah seorang pencari yang sedang berusaha mendapatkan kembali warna...