deux

2.2K 288 44
                                    

Ria

Justin tampak bingung dengan dua lemon ditangannya, padahal sebenarnya nggak ada perbedaan apapun diantara kedua lemon itu. Dia memang kadang suka begini, memikirkan apa yang tidak orang lain pikirkan.

"Kamu ngapain sih?" tanyaku.

"Bagusan yang mana?" tanyanya sambil menunjukkan dua lemon ditangannya, sayangnya aku nggak menemukan perbedaan apapun disana.

"Bedanya apa?"

"Yang ini warnanya lebih terang."

Aku menghela nafas sebelum akhirnya mencubit pinggang Justin sebal. "Kamu tuh kebiasaan deh. Udah beli aja dua-duanya," ujarku sambil memasukkan dua lemon ditangan Justin ke dalam keranjang.

Justin hanya terkekeh kemudian merangkulku sepanjang acara berbelanja bahan makanan, rutinitas yang selalu aku dan Justin lakukan setiap seminggu sekali. Dulu Justin selalu menyuruh Damian, kepala pelayan di mansion untuk membeli semua bahan makanan, tapi aku mulai mengubah kebiasaannya yang satu itu dan syukurlah itu berhasil. Dan ya, aku tinggal bersama Justin di mansion milik Justin.

Jadi begini awal kisah kenapa aku bisa tinggal dengan Justin. Lulus dari sekolah balet, aku diterima di yayasan balet Indonesia yang kemudian ditarik oleh yayasan balet Perancis setelah dua tahun berada disana. Tanpa persiapan apa-apa, aku kebingungan untuk tinggal di Perancis. Awalnya aku tinggal di sebuah flat tak jauh dari yayasan baletku dan terkadang melakukan part-time setelah latihan di yayasan selesai.

Jujur saja melakukan part-time itu dilarang di yayasan karena takut membahayakan kesehatanku, tapi aku bernegosiasi dengan pemilik yayasan karena aku butuh uang untuk menghidupi diriku sendiri. Alhasil, aku mendapatkan izin, dengan catatan pemilik yayasan yang memilihkan tempat part-timeku, sebuah toko roti dan aku bekerja dibagian dapur, disembunyikan keberadaannya karena kalau sampai ada orang yayasan yang tau akan ada kecemburuan sosial.

Lalu aku bertemu Justin yang kabur dari ayahnya dan bersembunyi di toko roti tersebut. Asal kalian tau saja, dulu Justin itu nakal dan kasar, dia bahkan nggak bicara aku-kamu seperti sekarang, untungnya dia telah jadi seorang pria sejati dan mulai mengubah kebiasaan buruknya itu setelah aku menyelamatkannya dari tikus di toko roti. Ya, Justin takut tikus. Psstt, jangan bilang-bilang Justin aku memberitahu rahasianya yah.

Dan setelahnya kalian tau apa yang terjadi kan? Hampir setahun lamanya, kami berdua berteman dekat dan Justin memberitahuku bahwa aku tidak perlu part-time lagi untuk membayar sewa flat. Ya, dia mengajakku tinggal di mansionnya.

Di mansion itu hanya dihuni olehku, Justin, dan pelayan-pelayan pilihan Justin yang sengaja dia pilih dari mansion utama, mansion milik orang tuanya. Katanya Justin malas tinggal dengan mommynya yang terus mengoceh dan ingin hidup sendirian, padahal aku sendiri ingin sekali mendengarkan ocehan mama karena jarang pulang.

Ah, tentu saja orang tua Justin sudah mengenalku dengan baik, jadi mereka tak akan salah paham soal aku dan Justin yang tinggal di atap yang sama.

"Paper bagnya kurang," ujar Justin ketika mengepak barang belanja kami. Ya, di Perancis biasanya kita berbelanja dengan membawa paper bag atau plastik sendiri, supermarket tidak akan melayani masalah pengepakan barang, mereka biasanya hanya menawari plastik jika kita tidak membawanya.

"Yang belum masuk apa?" tanyaku.

"Kotak susu dua sama apel lima."

Aku lalu mengambil apel-apel itu dan memasukkan kedalam kantung mantelku yang cukup dalam, kemudian meletakkan satu apel lagi di kantung mantel Justin karena kantungku udah nggak muat.

MONOCHROMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang