six

1.1K 214 30
                                    

Rue

Paris Jaybell France.

Gua nggak pernah ketemu cewek seunik dia. Cantik tapi punya poin lebih yang nggak dipunyai cewek-cewek lain, yaitu judes dan berani. Dia nggak takut sama sekali pas Sergan bilang gua brengsek, nggak ngejauh sama sekali, malahan makin enak aja dia ngobrolnya sama gua.

Gua juga tau kok kalo dia kayanya menyimpan ketertarikan sama gua walaupun baru sedikit. Sergan udah wanti-wanti dari kemarin-kemarin; jangan lu bikin baper pokoknya! Duh tapi gua pengen nih, soalnya jarang ketemu cewek kaya gini.

Ser, sorry banget deh ini mah.

"Bengong aja. Nih," ujar Bell memberikan gelas kertas berisi kopi instan yang gua minta buatkan.

"Merci," ujar gua mengambil gelas kertas tersebut dan menyeruput kopi instan tersebut. "Sini duduk."

Bell duduk di samping gua sambil memainkan handphonenya dan sesekali menyeruput kopi instan miliknya. Biasanya cewek-cewek deketin gua gencar banget, tapi nih cewek malah acuh tak acuh, jarang banget sumpah ketemu yang begini.

"Paris," panggil gua tapi dianya nggak nengok, akhirnya gua menjentikkan jari gua didepan wajahnya dan dia baru nengok.

"What?"

"Kenapa lu nggak dipanggil Paris aja? It's unique name."

"Lu mau tau nggak sejarahnya gua bisa dikasih nama kaya gitu?" tanyanya tiba-tiba sambil menatap gua dengan pandangan menantang.

"Then, tell me," balas gua seadanya.

"Then, guess first."

"WaitWhat? Why?"

"Kalo bener gua kasih tau deh sejarahnya nama gua bisa begitu."

"Kalo salah?" tanya gua dengan satu alis terangkat.

"Tetep gua kasih tau juga."

"Nggak bedanya kalo gitu. Mending nggak usah nebak sekalian."

"Eh ada. Lu kan berjuang dulu, mikir tuh kenapa gua bisa dikasih nama kaya gitu. Ada bedanya. Gimana sih?"

Gua mengibas-ngibas tangan gua, nggak peduli. "Iya deh, iya," ujar gua lalu bersandar pada punggung sofa dan menatap Bell. Memikirkan jawaban yang sekiranya masuk akal untuk tebak-tebakkan berhadiah ini.

"Ayo apa?" tanyanya menantang.

"Karena lu lahir di Paris, Perancis?" jawab gua seadanya, kirain gua ngasal dan salah, TAUNYA BELL NGANGGUK.

Ya, kaget guanya.

"Kok bener?"

"Karena nggak salah."

"Serah lu deh ah. Capek ngomongnya," balas gua. "So, tell me about your history."

"Gua lahir di Perancis, tepatnya di Paris. Mommy kasih nama Paris karena dia mau inget terus momen saat dia dilamar papa di Paris, di Eiffel Tower. Kalo France yah .... karena papa gua mau inget terus momen saat dia ketemu mommy disini. So simple."

"How about Jaybell?"

"Oh my middle name. It's part of my parent's name. My papa's name is Jayden and my mommy's name is Bellidya."

"Jaybell .... Jayden and Bellidya?"

"Yeah. Mommy gua selalu mau dipanggil Bell, tapi orang-orang manggil dia Lidya, bahkan papa juga gitu. Makanya dia kasih nama itu ke gua biar orang-orang panggil gua demikian."

MONOCHROMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang