Sergan
"Saya beneran nggak tau Rue dimana!" pekik gua entah untuk keberapa kalinya hari ini ketika mendapatkan telpon dari korban-korban Rue yang bikin sakit kepala
"Masalahnya ini nomor saya bukan nomor Rue, Miss."
"Iya, Miss. Oke, bye."
Gua menghela nafas lalu melempar handphone ke kasur gua. "Hah ... Rue anjing."
Gua lalu kembali lagi meraih handphone gua yang ada di kasur gua. Mengirim Rue chat, tepatnya mencaci maki dirinya.
Me:
Lu ngapain lagi sih?
Willow siapa?!!Ruejingan:
Pegawai di toko sweets langgananGua mengernyit ketika mendapati balasan yang tak seperti biasanya. Biasanya Rue bakalan bales; cewek baru lah! atau kepo aja lu, tapi ini nggak. Kenapa lagi nih anak?
Me:
Kenapa lu?Ruejingan:
Apanya?Me:
Jangan sampe nama lu gua ganti jadi tolol yah -_-Ruejingan:
Gua lagi mikir
Jangan gangguNggak perlu waktu lama bagi gua untuk sadar apa maksud Rue. Ya, si cowok tolol itu pasti lagi di menara Rapunzel. Ruangan pribadi miliknya di lantai tiga.
Setelah kejahilan semesta untuk memertemukan kembali Rue dengan Ria, Rue jadi sering nggak stabil, apalagi caranya mengambil keputusan. Terkesan plin-plan. Banget.
Belum cukup untuk menyiksa Rue dengan memori lamanya yang menyakitkan, semesta lagi-lagi dengan jahatnya memertemukan kembali benang merah milik Rue dan Ria dengan cara yang tak terduga serta pemeran-pemeran tambahan yang entah apa fungsinya disini.
Jujur, makin hari Rue makin nggak stabil. Anaknya malah lebih sering pulang dengan keadaan nggak sadarkan diri yang jelas banget ngerepotin buat gua setiap harinya, kerjaan klien lainnya jadi terbengkalai dan lagi-lagi yang direpotin gua. Sialnya, kerjaan dia buat yayasan Fantasia malah lancar jaya.
Kalo ditanya apa Rue sekarang lagi dalam proses menikmati buah dari karmanya, gua bakalan jawab iya. Kalo ditanya apa Rue sekarang lagi dihukum oleh semesta, gua bakalan jawab iya. Kalo ditanya apa Rue sekarang lagi menyesali semua perbuatannya di masa lalu, gua bakalan jawab nggak.
Kenapa? Karena Rue bukan sedang menyesali perbuatannya, tapi justru berusaha mencari bagian mana yang harus dia perbaiki. Bukan untuk Ria, bukan untuk korban-korbannya yang lain, tapi untuk dirinya sendiri. Rue sedang berusaha menyembuhkan dirinya sendiri dengan caranya sendiri. Egois? Iya, Rue egois, tapi itu udah sifat alamiah manusia. Daripada dia sok mau nyembuhin orang lain tapi akhirnya nggak bisa, lebih baik dia menyembuhkan dirinya sendiri.
Pertemuannya dengan Ria, nasihat-nasihat gua yang terus berulang-ulang, para tokoh baru dikisahnya yang baru, membuat Rue kembali memikirkan semua lembaran kisah masa lalunya dan menyadarkannya bahwa bukan cuma orang lain yang sakit disini, tapi juga dirinya. Lebih tepatnya, hatinya.
Rue berusaha mencari obat yang bisa menyembuhkannya tanpa rasa pahit dan proses panjang. Rue berusaha mencari obat instan yang sayangnya malah mengantarkannya pada perjalanan yang sia-sia. Bukannya dapat obat, cowok itu malah semakin hancur. Malahan gua berpikir bahwa sekarang jiwanya juga sama-sama sakit, sifat plin-plannya adalah bukti bahwa Rue semakin hancur.
Lagian dari awal, yang sakit disini adalah Rue, dia yang nyebarin sakitnya ke banyak orang lewat banyaknya perjalanan yang dilakukannya untuk menemukan obat impiannya. Dan kali ini gua cukup mengapresiasi keputusan Rue untuk menghentikan perjalanannya dan fokus pada penyembuhannya sendiri, dan gua berharap dia juga mau menyelesaikan semua kisah rumitnya ketika dirinya sudah cukup sembuh untuk melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOCHROME
FanfictionMonochrome terdiri dari dua kata, "mono" yang berarti satu, "chrome" yang berarti warna. Di dunia fotografi istilah ini mengarah pada film dengan warna hitam putih. Dan disini, ada kisah seorang pencari yang sedang berusaha mendapatkan kembali warna...