vingt huit

739 161 11
                                    

Ini kenapa banyak yang nanya di DM yah? Padahal kalian komen aja di open question gapapa kok buat ramein komenan 😂😂

Semua pertanyaan akan dijawab di satu chapter khusus question setelah penghujung chapter yah.

___

Rue

Gua memerhatikan Sergan yang sedaritadi sibuk mengepak barang-barang miliknya ke dalam kardus, tapi daritadi cowok itu terus mengeluarkan kembali barang-barangnya dari kardus lalu memasukkannya lagi, habis itu dikeluarin lagi dan dimasukin lagi.

"Ngapain sih bangsat?" tanya gua kesel sendiri liatnya.

"Lu mau kita jadi gelandangan di Jakarta atau gimana sih, nyet?" tanyanya.

"Apaan?"

"Studio yang kita incer aja udah diambil orang duluan, tapi lu masih mau pulang minggu depan?! Heh setan, otak lu ikutan lu pack juga di kardus apa gimana sih?!"

Gua melempar kaos kaki Sergan hingga mengenai wajahnya dan ditanggapi dengan makian kebun binatang oleh cowok itu.

Gua menyandarkan tubuh gua di dinding kamar Sergan sambil melipat kedua tangan. Gua menghela nafas.

"Nggak usah sok ganteng yah anjing."

"Gua nggak lagi pose yah bangsat!" balas gua kesal.

"Pikirin baik-baik deh mending," ujar Sergan, "kalo lu mau pergi, pergi yang bener-bener pergi dari Ria, mending lu pikirin ke depannya apa lu bakalan menyesali keputusan lu ini atau nggak."

"..."

"Lu tipe orang berpikiran pendek yang akhirnya menyesali keputusan lu. Bullshit sama yang namanya keputusan dewasa dan mau Ria bahagia, pada akhirnya lu sebenernya cuma takut terluka sendirian. Pengecut."

Gua memicing ketika Sergan mengatakan kata terakhir yang entah kenapa agak menyakitkan untuk gua dengar dari seorang yang dulu nggak pernah peduli pada apapun yang gua lakukan dan mengiyakan semua perbuatan gua, walaupun diam-diam dia juga membereskan semua kekacauan yang gua buat dan menahan gua untuk beberapa kesempatan yang sayangnya nggak pernah gua dengar.

"Gua serius," balas gua.

"Tau nggak kalo orang sabar pun bisa capek kalo dihadapin sama orang bego yang ngelakuin kesalahan sama berulang kali?"

"Tau."

"Makanya pikirin lagi."

"Gua udah pikirin."

"Belom."

"Jangan asal ngomong."

"Karena gua udah kenal lu begitu lama, Natha," katanya tegas dengan panggilan kecil gua yang disematkannya pada akhir kalimat. Ciri khas Sergan banget kalo dia ingin menegasi gua untuk suatu hal.

Dan kali ini, Sergan menegasi gua untuk memikirkan kembali keputusan gua untuk pergi dari sisi Ria. Lagi.

Sergan lalu membereskan kembali barang-barangnya ke tempat semula dan melipat kembali kardus-kardus tersebut. "Kalo lu mau pindah, pindah sendiri. Gua masih mau disini dan bakalan jalanin studio disini, gua juga mau nonton pertunjukkan Giselle kesayangan lu itu buat memastikan kalo dia juga udah siap buat ditinggal sama lu buat kedua kalinya."

"Maksud lu apa?" tanya gua dengan nada nggak suka.

"Apa? Takut Ria diambil sama gua karena gua orang ketiga setelah Justin de Humbleton, si tuan muda kaya raya, yang tau semua hal tentang Ria?"

MONOCHROMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang