PLAYLIST
BEN - StayPosisi Justin mungkin masihlah seorang direktur di perusahaan daddy-nya, tapi nyatanya jadwal Justin benar-benar super padat karena makin hari daddy-nya makin nggak berperasaan dalam memberikan jadwal pekerjaan, khususnya jadwal pekerjaan pribadi. Mengunjungi pembukaan gallery seni baru yang disponsori oleh perusahaan De Humbleton adalah salah satunya.
Karena kecintaannya terhadap seni, Justin nggak memersalahkan jadwal kali ini dan menikmati serangkaian acara yang telah diatur. Oh, tentu saja Justin juga menyumbang salah satu karyanya sebagai bentuk nyata bahwa perusahaan daddy-nya adalah sponsor di gallery seni tersebut. Dengan catatan bahwa namanya dijadikan sebagai anonim. Ya, hitung-hitung, Justin nggak mau pamer soal bakat melukisnya.
"Monsieur, makan siangnya sudah disiapkan."
"Saya nggak lapar," ujar Justin cepat sambil terus memerhatikan deretan lukisan ataupun karya seni yang dipajang di gallery seni ini.
"Monsieur bisa sakit, ini udah tiga kali menolak makan siang begini," ujar Monsieur Wei yang masih saja selalu sabar menghadapi tingkah Justin yang kadang absurd.
"Beneran, saya nggak lapar. Monsieur makan aja sama yang staff yang lain, saya masih mau lihat-lihat."
"Sandwich?"
"Tuna sandwich," ujar Justin lalu meninggalkan Monsieur Wei.
Sambil berjalan-jalan menikmati karya seni di gallery seni ini, Justin mengecek salah satu roomchat yang selalu dirinya lihat apakah ada chat baru atau nggak.
"Oh, dia belum kirim chat hari ini. Jalan-jalannya pasti seru," gumam Justin sambil tersenyum tipis.
Bohong kalau Justin bilang dia sudah nggak memikirkan Ria lagi. Pria itu masih memikirkannya. Tak pernah sedetik pun dirinya lewatkan untuk tidak memikirkan wanita yang dicintainya dengan sepenuh hati itu.
Ada ribuan bahkan jutaan kesempatan untuk menyesal yang sering kali menyerang Justin ketika dirinya menerima kenyataan bahwa dia telah melepaskan wanita yang mau mencoba belajar untuk mencintainya. Tapi ada juga satu alasan untuk menerima dengan lapang dada yang sering kali menyelamatkannya dari penyesalan.
Satu alasan yang mengatakan bahwa wanitanya akan lebih bahagia jika hidup bersama pria yang memang ditakdirkan untuknya bukan yang selalu bersamanya.
Justin mungkin adalah penjaga paling baik dan setia yang rela berdiri sampai kram ataupun duduk sampai kesemutan di depan sebuah rumah rapuh hanya untuk melindunginya dari para penjelajah kurang ngajar yang singgah sementara, tapi Justin tak pernah bisa memasuki rumah rapuh itu sekalipun dia begitu setia.
Karena sang rumah tak pernah benar-benar membiarkannya untuk masuk.
Ria tak pernah membiarkan Justin memasuki zonanya lebih dalam, bahkan waktu yang dihabiskan bersama oleh mereka tak membuat Ria membukakan pintu lebar-lebar untuk Justin.
Justin paham bagaimana terlukanya Ria oleh seorang penjelajah yang kini telah menjadi pemilik rumah rapuh tersebut, itu sebabnya Justin hanya mengambil perannya sebagai penjaga pintu depan untuk menyeleksi siapa-siapa saja yang berhak memasuki rumah tersebut, sekalipun Justin tau dirinya bukanlah salah satu yang bisa memasuki rumah tersebut.
Masih dengan senyum tipis yang tak lepaa dari wajahnya, Justin menghela nafas. "Be happy..." gumamnya pada diri sendiri.
"Jadi menurut Monsieur lukisan ini menyedihkan?"
Justin menghentikan langkahnya dan menatap dari kejauhan dua orang yang tengah memandangi sebuah lukisan. Dan setelah Justin memastikan lukisan apa yang tengah dibicarakan dua orang tersebut, Justin baru menyadari bahwa lukisan itu adalah miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOCHROME
FanfictionMonochrome terdiri dari dua kata, "mono" yang berarti satu, "chrome" yang berarti warna. Di dunia fotografi istilah ini mengarah pada film dengan warna hitam putih. Dan disini, ada kisah seorang pencari yang sedang berusaha mendapatkan kembali warna...