AFFAIR - 03

14.3K 662 62
                                    

Beberapa kali Jeonel menahan tawanya, langit sudah mulai sedikit lebih terang karena sebentar lagi mentari pagi akan mulai muncul, namun mendung masih menyelimuti desa ini, sisa-sisa dari badai beberapa hari lalu memang masih menyisakan langit mendung yang tak kunjung hilang. Dihadapannya Rose duduk meringkuk dengan memeluk lututnya, tatapannya awas kesana-kemari, dengan tangan beberapa kali menggaruk lengan dan lehernya.

Gayanya saja wanita itu tadi akan mencarikannya tanaman obat, padahal melihat ulat bulu saja sudah membuatnya pucat pasi. Kembali Jeonel menahan tawanya dengan susah payah, hingga suara kekehan kecil melolos karena tak kuasa ditahan.

"Aku memang takut sama ulat, lihat lenganku saja bentol-bentol!" Aku Rose dengan lengan yang disodorkan pada Jeon.

Padahal Jeon tak bisa melihat bentol itu karena gelap, namun Jeon mengangguk saja, daripada wanita itu mengamuk seperti tadi. Memukulinya dengan senter, mau tertawa karena gemas, tapi takut dipelototi mata cantik itu.

"Sudah tahu takut, kok mau masuk hutan cari tanaman obat." cibir Jeon, sengaja ia ingin menggoda wanita itu lagi.

Menghela nafas kasar Rose melemparkan ranting kecil padanya, sepertinya wanita itu sudah jenggah diejek terus-terusan. Namun Jeonel masih tertawa gemas, seru juga menggoda wanita itu.

"Kan nggak jadi pergi juga! Sudah ah, kamu mengejek terus!" Rose mulai mencebikkan bibirnya kesal.

"Oke, sorry. Jadi, selama ini kamu sibuk apa Anne?"

"Di rumah sakit, setiap hari, tanpa libur."

Jeon meringis miris, menjadi Dokter adalah pekerjaan yang melelahkan, apalagi setahu Jeonel, Rose bekerja di rumah sakit besar. Bagi Dokter, bisa tidur 5 jam saja adalah benefit yang sangat besar, apalagi sehari libur, serasa bisa bernafas. Tapi, Rose bahkan tak mengambil libur? Separah itu?

"Kenapa tidak mengambil libur? Setahuku pekerjaan dokter sangat melelahkan, kamu tidak ada pikiran untuk menyenangkan diri dengan jalan-jalan? Shopping? macam wanita lain."

Rose menggeleng pelan, walau samar Jeon bisa melihat Rose meringis, entah karena apa.

"Untuk apa liburan? Biasanya Ivan yang maksa aku libur, tapi.."

"Setelah kita selamat dari desa ini, bisa nggak kamu ambil libur sehari untukku?"

Gila! Nekat! Tak tahu diri!

Mungkin kata itu adalah kata yang sangat pantas untuk mendeskripsikan diri Jeon. Di rumahnya yang hangat, bahkan Liana mungkin sedang stres mencari keberadaannya, namun di sini Jeon malah merayu wanita lain? Memang bejat kau Jeonel!

"Mau apa? Kulineran seperti dulu?"

Jeon tertegun, menatap Rose yang sedang tersenyum. Satu fakta yang perlu diketahui, sehari setelah pertemuannya dengan Rose untuk pertama kalinya, melalui perantara Ivan yang mengenalkan. Jeon mendapatkan nomor Rose, namun ia tak berani menghubunginya. Namun, selang 2 hari setelahnya mereka tak sengaja bertemu di mall, Rose yang saat itu berjalan-jalan di mall sendirian, dan Jeon yang menemani Liana kesalon akhirnya bertemu.

Beruntung ia yang penat menunggu, memilih untuk keluar dari salon dan tanpa sengaja bertemu dengan Rose. Lebih tepatnya Jeon menyapa rose terlebih dahulu, saat itu Rose bahkan tak mengingatnya, sama seperti pertemuan ketiga mereka. Rose lagi-lagi tak mengingat Jeon, mungkin daya ingatnya pada wajah kurang tajam? Mereka pergi makan bersama, dan saat itu pula Jeon merasa patah hati. Saat mereka mulai akrab dengan obrolan menyenangkannya, Rose menyerahkan selembar suarat undangan pernikahannya dengan Ivan.

𝔸𝔽𝔽𝔸𝕀ℝ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang