Kaki telanjangnya menapaki pasir putih yang terasa lembut, hembusan angin kencang menerpa gaun tipisnya hingga bergelombang acak dengan cantiknya. Tangannya mencengkram erat topi pantai coklat yang amat lebar, menutupi sedikit kulitnya yang mengkilat terpapar cahaya matahari. Bibirnya mencebik, ia benci pantai! pegunungan, hutan baginya bukit jauh lebih baik, di sana sejuk, tak sepanas ini.
"Ivan!!!!" Pekiknya kencang, kakinya melompat menjauh dengan tatapan horor, menatap lelaki yang sedang tertawa lebar dengan kedua tangan yang memercikkan air laut padanya.
"Sini, main air denganku!"
Rose memelotot kian tajam, badannya semakin menjauh karena terus melompat menghindari cipratan air yang sengaja ivan percikkan. Sial! Rose benci pantai, benci air asin yang membuat kulitnya lengket, benci aroma tak sedap dari asinnya air laut, tapi anehnya Ivan menyukainya. Membiarkan kulitnya terbakar matahari dengan melepas kaos putih polosnya, hingga kulitnya menjadi kecoklatan. Rose memanyunkan bibirnya, Ivan sangat sexy dengan kulit kecoklatannya, namun tetap saja Rose benci pantai!
"Kalau kau tak beranjak dari sana dan kesini, akan kupastikan 24 jam kau tak bisa bicara denganku!"
Ivan menoleh, berancang-ancang dan berlari kencang menghampiri Rose. Membuat sudut bibir Rose menukik naik dengan tatapan sombong, memang Ivan tak akan pernah menolak keinginannya.Badannya melayang, terangkat kedalam dekapan Ivan yang kini tersenyum lebar, box smile yang selalu mengundangnya untuk ikut tersenyum. Namun setelahnya Rose memekik kecang saat Ivan melangkah mendekat kearah bibir pantai. Memberontak namun gagal, hingga ia pasrah dan memejamkan matanya untuk menyambut hal buruk yang akan terjadi. Benar saja, hangatnya air pantai yang lengket menyeruak menenggelamkan badannya, pantat Rose menempel pada pasir dengan air sebatas pinggang.
"IVAN!!!!!!!!"Lelaki bernama Ivan itu semakin mengeraskan tawanya, seperti tak merasa bersalah ataupun berdosa sama sekali. Rose menangis kesal, merengek macam bayi dengan tangan terus memukul lelaki dihadapannya. Hingga Ivan menahan tangannya, berkali-kali melayangkan kecupan pada tangan Rose, merembet pada lengan, pundak, pipi dan kini keduanya saling bertatapan.
"Kau menyukainya?" Lirih Ivan seraya memberikan satu kecupan singkat pada bibir Rose.
Jemari lelaki itu mengusap pipi Rose, tersenyum sangat lembut dengan mata yang berbinar.
"Milikku, tak akan kulepaskan."
Kembali Ivan mengecup bibirnya, berangsur berganti dengan ciuman yang semakin dalam, kehangatan memenuhi rongga mulutnya, dengan hembusan nafas lembut yang menggelitik wajahnya. Perlahan Rose memejamkan matanya, namun badannya tersentak, tak ada lagi sentuhan lembut maupun ciuman candu Ivan, semuanya hilang, hanya menyisakan keheningan yang perlahan berubah dengan suara tangisan yang mengisi penuh indera pendengarannya.Perlahan Rose membuka matanya, membelalak dengan tatapan penuh keterkejutan. Tangannya menyentuh kaca transparan yang di bawah sana menampilkan sekumpulan manusia berpakaian hijau dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya.
Kedua mata favoritnya terpejam, tak ada senyuman sumringah dibibirnya, kini mulutnya bahkan terbuka dengan sebuah selang yang menjuntai, wajahnya penuh luka, darah masih terus merembas. Keadaan di dalam sana mulai riuh, menimbulkan rasa penasaran pada diri Rose, tak lama karena kini riuh itu berubah menjadi keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝔸𝔽𝔽𝔸𝕀ℝ ✔
Romance⚠️ Konten Dewasa * Pernikahan Rose gagal, bukan karena orang ketiga ataupun perubahan rasa, namun Tuhan lah yang tiba-tiba memberikannya cobaan. Calon suaminya meninggal sebelum mereka terikat janji suci, membuat Rose terpukul dan jatuh hingga dasar...