AFFAIR - 27

6.8K 420 126
                                    


Bodoh!

Kata itu yang terus Rose lontarkan pada dirinya sendiri. Ia bahkan melupakan tujuan awalnya menikahi Jeonel, hanya karena melihat bekas luka yang ia ciptakan. Rose terhanyut, pada jemari Jeon yang mengusap pipinya, pada tatapan yang begitu dalamnya, serta pada deru nafas yang semakin berat itu. Ia lenggah, bahkan saat Jeonel menyatukan kening mereka, dan perlahan turun mencium pipi hingga leher Rose.

Ini gila, mengapa hanya berawal dari sentuhan kecil, ia terbawa dengan mudah pada pesona Jeonel.

Rose menggerang lembut, saat bibir Jeonel terus menyerang lehernya, lelaki itu merapatkan diri hingga perut Rose benar-benar menempel pada diri Jeonel. Suasana terasa kian panas, baru saja Rose membersihkan diri, namun ia kembali diliputi keringat, hanya karena cumbuan panas Jeonel.

Memejamkan mata saat sensasi dingin menyentuh dadanya, namun dengan kilat bergantikan dengan hangatnya rongga mulut Jeonel. Lagi-lagi Rose hanya bisa mengalunkan lirihan setan. Lagi-lagi Rose terrayu, seperti saat pertama kali ia menyerahkan dirinya, mengapa ia begitu mudah?

Bathrobe itu seperti kain berisi batu yang dijatuhkan dari ketinggian, meluncur turun tanpa kendala melewati kakinya, Rose semakin merapatkan katupan matanya saat kehangatan itu pergi dari dirinya. Perlahan ia membuka mata, dengan nafas terengah ditatapnya sosok Jeonel yang kini menatapnya dengan sayu.

Kedua tangan Jeonel menyentuh pundak Rose, dengan perlahan dan sensual turun melewati lengan dan berakhir mengenggam tangan Rose. Dikecupnya kedua punggung tangan Rose bergantian, tanpa sedetikpun memutus pandangan pada mata Rose. Jeonel selalu seperti ini, menatap Rose dengan tatapan mendamba dan memuja tiap kali mereka melakukannya. Membuat Rose selalu merasa diinginkan.

Tangan Rose diarahkan untuk mengalung di leher Jeonel, seperti mudah menyesuikan, Rose segera menjalarkan jemarinya untuk meraup rambut Jeonel. Jeonel kembali mecium leher Rose, gerakannya sangat lembut seperti kupu-kupu, naik kearah telinga dan menggelitik disana.

"Apakah aku boleh menyapanya, Dokter?" Bisik Jeonel sensual, membuat Rose meremang.

Belum sempat mulutnya menjawab, mulut Jeonel lebih dahulu bertindak memanjakan. Lagi-lagi Rose menggerang, memekik kencang saat tindakan Jeonel benar-benar memanjakannya. Hormon sialan! Alih-alih menolak, Rose malah menyerahkan diri. Ini karena hormon, ya hormon!

Mungkin karena terlalu lama tak disentuh, hingga setiap jengkal sentuhan Jeonel terasa mendebarkan. Rose bahkan menegadah, berkali-kali mengedip dengan desahan panjang. Segalanya terasa luar biasa, hanya karena sentuhan Jeonel.

Perlahan Rose dibimbing menuju sofa, Jeonel duduk disana dengan kepolosan, entah sejak kapan itu terjadi. Setelahnya pun Rose hanya menuruti apa saja yang Jeonel bimbingkan. Dengan penuh kehati-hatian, Rose mendudukkan diri dipangkuan Jeonel. Wajahnya memerah padam, mulutnya terbuka seperti habis memakan masakan pedas. Keduanya saling tatap dengan beradu menarik buang nafas.

Persetan dengan dendam, persetan dengan tujuan awalnya, karena saat ini, tujuannya adalah pelepasan!



#### AFFAIR ####




Senyuman bahagia tak bisa surut dari wajah Jeonel. Seakan tak mempunyai lelah, ia bahkan masih terjaga walau baru saja menguji kekuatan fisiknya. Disampingnya Rose kembali terlelap, dan momen itu Jeonel manfaatkan untuk menatap istrinya tanpa harus merasa khawatir dibalas dengan tatapan kebencian.

𝔸𝔽𝔽𝔸𝕀ℝ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang