AFFAIR - 13

5.8K 470 104
                                    


Badan rose dipeluk erat dan ditahan oleh doni didalam ruangannya, sementara liana kini sudah diamankan dengan digiring keluar oleh dua security. Rose tak menyangka kekuatan liana akan sebesar itu, pasalnya suster dinda sudah terkapar dengan tangan menangkup pipi—bekas tamparan liana. Sedang rose masih memberontak dari pelukan doni, ia tak mau ditahan macam orang bersalah, padahal yang mencari gara-gara kan liana.

Okay, rose akui jika dirinya termakan emosi, ia yang biasanya hanya akan melayangkan ucapan sinis saja jika ada yang berani mengusiknya. Namun entah mengapa, ucapan liana yang memfitnahnya—pelacur—membuat rose naik pitam. Ia hidup dengan bekerja keras agar bisa berdiri dengan kakinya sendiri, namun dengan mudahnya orang lain memberinya cap buruk macam itu? Tentu saja rose tak akan tinggal diam. Terlebih... liana membawa-bawa mantan tunangannya yang telah tiada—ivan. Pertengkaran dengan saling jambak dan tarik itu memang memalukan, namun setidaknya hati rose sedikit merasa lega.

"Bebku.... kamu jangan gila gini lagi dong ih... eike takut yey kenapa-kenapa" rengek doni masih dengan memeluk rose sangat erat.

Sebenarnya rose ingin marah, sebab doni berbicara dengan bahasa alien yang belibet disaat ia sedang emosi begini. Namun, karena doni yang kini mengkhawatirkannya, rasanya tak patut jika saat ini rose membentaknya.

"Sorry don aku lepas kendali, udah lepasin, aku susah nafas nih!"

Sontak doni melepas pelukannya, mengangkat kedua tangan dan meringis bersalah.

"Sorry beb"

"Tapi deseu pelangan Vvip, matilah eike~"

*Deseu(dia)

Rose memutar bola matanya kesal, setelahnya menanggalkan jas kerjanya dan meraih tasnya. Jika harus melanjutkan pekerjaan rasanya sudah tak fokus lagi, toh ini juga sudah mendekati jam makan siang. Jadi rose akan pergi untuk menenangkan pikiran.

"Beb!!!! Yey mau kemana? Yey marah?!"

Tak mempedulikan teriakan doni, rose terus memilih keluar dari ruangannya. Semoga saja liana sudah pergi saat ia keluar, rose tak mau darahnya naik lagi dan mereka berakhir berkelahi lagi dilobby rumah sakit. Haish.. memikirkannya saja rose geli, apa jadinya jika ia dan liana bertengkar dikeramaian? Pasti sangat memalukan.

"Beb... sorry, eike kan butuh duta, kenapose yey sustagen diajriya kerja sama, beb!!!!!! Yey—"

*Beb... sorry, aku kan butuh duit, kenapa kamu susah diajakin kerja sama, beb!!!!!! Kamu—"

Rose diam dengan kening mengernyit, bahkan kini ia mendesis kesal saat badannya terdorong akibat doni yang menabraknya. Dihadapannya Jeonel menahan badan rose agar tidak limbung jatuh terdorong. Namun tatapan rose kini beralih menatap liana yang melangkah cepat keluar dari rumah sakit. Syukurlah wanita itu telah pergi. Tapi....

Perhatian rose kini teralih pada jeonel yang menyentuh rambutnya, sontak rose menepis tangan jeon dan merapikan rambutnya sendiri. Malu rasanya jeon harus melihat keadaan rose yang sedang acak-acakan begini.

Rose berjengit kecil saat merasakan tangan jeon mengusap pipinya, rasa geli menggelayar bersamaan dengan matanya yang berkedip-kedip menatap mata jeon yang terlihat... marah?

Tapi kenapa?

"Pipi kamu.." lirih jeon seraya mengusap lembut pipi rose. Yang sebenarnya terasa seperti gelitikan, karena jeon yang tak berani menyentuhnya.

"Apa ini sakit?"

Entah mengapa rose merasa... berdebar. Sosok jeon yang kini mengusap pipinya dengan teramat lembut, ditambah dengan sorot kekhawatiran itu, membuat rose jatuh pada perhatiannya. Perhatian jeon yang membuat rose tak sadar pada daratan lagi.

𝔸𝔽𝔽𝔸𝕀ℝ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang