AFFAIR - 09

7.8K 468 80
                                    



Tanah berwarna coklat terang itu kini terselimut oleh tumpukan kelopak bunga mawar merah, nampak sangat berbeda dengan keadaan tanah berselimut rumput hijau yang berjejer rapi disekitaran tanah itu. Mata jeon melirik kearah wanita yang sedang memandangi nisan seraya mengusapnya dengan pelan, Ivante Bagaskara, nama itu terpatri jelas dinisan batu itu. Sudut hati jeon seakan dicubit, memberikan bekas rasa perih yang samar-samar lenyap menghilang. Rose yang kini memaksakan senyuman dengan mata yang mulai berkaca-kaca membuatnya merasa kesal, baru beberapa hari lalu jeon menyanggupi akan menerima rose yang masih belum sepenuhnya melupakan ivan, namun nyatanya...

Ucapan selalu bertolak belakang dengan hati.

"Kau mau kemana?" Seru jeon saat rose sudah berdiri dari posisi duduknya.

Wanita itu tersenyum seraya membenarkan selendang hitam yang merosot dari kepalanya.

"Tempat kencan kedua"

Kencan kedua?

Jadi kegiatan mereka untuk berkunjung kemakam ivan adalah salah satu bentuk kencan mereka? Kencan pertama? Hah?! Yang benar saja, mereka berkencan dengan menemui mantan pacar rose? Wow, luar biasa.

Mata jeon bergerak mengikuti rose yang berjalan meninggalkannya, dasar penyihir itu! Perasaan sebelumnya ia sudah luluh dengan ucapan jeon, namun hanya selang 3 hari berlalu, sifatnya masih saja acuh. Padahal terlihat jelas jika rose merasa nyaman juga dengannya, buktinya rose tak pernah menolak ajakan kencannya. Tanpa sadar jeon tersenyum lebar,

"Sorry van" gumam jeon lalu berlarian kecil mengejar rose.

"Singkirkan tanganmu tuan jeonel!"

Meringis, jeon mengangkat lengannya yang memeluk pundak rose. Diangkat lengannya dengan kaku, dalam hati ia juga mencibir, kapan rose akan menjadi mawar yang jinak? Kenapa sampai sekarangpun durinya belum juga tumpul? Atau jeon salah menabur pupuk?

"Kemana kita?"

"Bukit blueberry!" Seru rose dengan kekehan semangat, lengannya bahkan mengacung kelangit.

Namun malah membuat jeon mengernyit heran, apakah rose sedang melucu? Tapi.. kenapa tak lucu?

Walau batinnya mengatakan tak lucu, bibirnya tak bisa menipu, kini jeon meringis memamerkan gigi kelincinya yang manis, manis jika terlihat dengan senyuman, namun terlihat menyeramkan saat diiringi seringaian.

"Jadi kau boots? Dan aku dora?"

"Hah? Mana ada, kau monyetnya, aku dora!"

Jeon tertawa terbahak saat rose berhenti dan menghentakkan kakinya, saat wanita itu mencebikkan bibirnya jeon mengusak puncuk kepala rose-membuat selendangnya merosot-dengan gemas lalu melangkah semakin menjauh. Ia merasa senang, rose memiliki sisi lain yang kali ini ia kembali diizinkan mengetahuinya, sisi menggemaskan.

"Ayo boots, bukit blueberry sudah menunggu"

Terdengar pekikan kesal dari rose yang dibelakangnya, namun seperti kecepatan cahaya, wanita itu berlari mendahului jeon untuk menuju mobil. Kekanakan memang, namun jeon dengan bodohnya malah kembali terbahak dan mempercepat langkahnya untuk mengejar rose. Seakan raganya sudah bukan miliknya lagi, sepenuhnya sudah dikuasai penyihir cantik itu. Jeon harus melaporkan rose pada Ikatan Dokter Indonesia, atau bahkan bapak presiden, karena dokter bernama Roseanne itu sudah menyalah gunakan keahliannya untuk membuat jeon sakit. Sakit cinta.

Merasa geli dengan pikiran gilanya, jeon melambatkan langkahnya saat menatap rose sudah duduk terengah diatas kap mobil.

"Cepat buka pintunya, disini panas"

𝔸𝔽𝔽𝔸𝕀ℝ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang