Rose duduk termenung diatas trotoar, matanya menatap kosong jalanan yang mulai ramai oleh lalu lintas. Ditangannya terdapat ponsel yang beberapa saat lalu ia rogoh dari kantung coatnya. Kesadarannya seakan melebur dengan angin yang sedang menerpanya dengan lumayan bertenaga. Saat ini di Inggris sedang berada pada musim gugur atau yang sering warga sini sebut dengan istilah autumn. Daun mulai berguguran dan udara menjadi semakin dingin. Dibawah pohon yang rindang ini, Rose menyesalkan kebodohannya yang tidak masuk akal.
Bagaimana bisa ia menyerahkan kunci mobilnya begitu saja? Apa yang harus ia laporkan pada polisi? Apakah ia masih bisa melapor atas tindak perampokan? Padahal nyatanya ia menyerahkan kunci itu suka rela.
"Bodoh!" Geramnya seraya menjambak rambutnya gusar.
Saat menyadari satu tangannya mengenggam ponsel, buru-buru Rose menghubungi Doni. Satu-satunya manusia yang bisa ia mintai pertolongan.
Jika membicarakan tentang satu-satunya manusia, sebenarnya Rose memiliki orang tua angkat. Dimana keduanya teramat menyayangi Rose, namun sepertinya ia tak bisa lagi kembali pada orang tua angkatnya.
Menurut cerita yang ia dapatkan dari sang mama, papa angkatnya telah berkhianat. Beliau menjalin kasih dengan wanita muda, bahkan saat ini wanita itu sedang mengandung. Berkat hal ini, Rose bahkan sempat terpuruk, itulah mengapa ia sempat ingin membunuh bayinya.
Kekecewaan sang mama, serta bagaimana beliau mencaci wanita perusak rumah tangga orang itu, terasa seakan ikut menyerangnya juga. Bukankah situasi saat ini sama dengan dirinya? Bedanya Rose tak mengetahui saja jika Jeon ternyata sudah memiliki istri. Namun kenyataan dimana ia hanyalah selingkuhan tak akan pernah bisa dihapuskan jejaknya. Bahkan jika orang lain melupakannya, istilah 'Selingkuhan' akan terus melekat dihatinya.
Dirinya, wanita yang merusak rumah tangga orang lain. Bahkan kini menyisakan benih yang harus siap dikutuk oleh semua orang.
Rose mengusap perutnya, ponsel yang sudah terhubung dengan Doni ia hiraukan begitu saja. Lagi-lagi ia memikirkan hal ini, lagi-lagi ia tersakiti oleh pikiran yang entah mengapa terus terarah kesana.
Terkesiap saat suara klakson dari mobil dijalanan membuyarkannya, Rose menatap ponselnya dan segera ditempelkan pada pipinya.
"Doni!!!! Mobilmu dirampok, tas dan hartaku disana! Huaaaaa...."
Setelah sedari tadi menahan air mata, kini Rose melepas teriakan kesakitannya dengan lega. Mungkin tangisan ini bisa disebut pengalihan? Ia menangisi kesakitan kisah hidupnya yang pahit, namun ditutupi oleh perampokan konyol yang tidak masuk akal. Dengan menangis histeris, Rose terus berteriak menceritakan permasalahannya saat ini. Apa-apaan pula ini? Mengapa ia benar-benar dirampok?
"Aku kira itu ulah Jeffrey, tapi dia tak datang membantuku! Dasar brengsek sialan!!"
Rose terus menangis, membungkuk menutupi malu saat ada beberapa warga sekitar yang menatapnya. Jelas saja ia malu, apa yang akan ia katakan jika ditanyai oleh orang lain? Menceritakan kebodohan konyolnya dan menjadi bahan tertwaan?
Hell no! Thanks!
"Aku brengsek?"
Rose menaikkan pandangannya, menatap sosok Jeffrey yang kini berdiri dihadapannya. Sontak Rose berdiri, tanpa sadar ia tersenyum lebar dan mendekat kearah lelaki itu.
"Jadi ini benar-benar hanya keusilanmu? Mobil Doni tidak benar-benar dirampok kan?"
Alis yang tertata rapi dan kening yang mulus itu mengernyit, sosok Jeffrey yang berdiri dihadapannya memicingkan matanya. Hal itu membuat Rose berdebar-debar, bukan karena rupawannya sosok dihadapannya. Namun, raut wajah itu menandakan seakan lelaki dihadapannya itu kaget dengan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝔸𝔽𝔽𝔸𝕀ℝ ✔
Romance⚠️ Konten Dewasa * Pernikahan Rose gagal, bukan karena orang ketiga ataupun perubahan rasa, namun Tuhan lah yang tiba-tiba memberikannya cobaan. Calon suaminya meninggal sebelum mereka terikat janji suci, membuat Rose terpukul dan jatuh hingga dasar...