AFFAIR - 06

9.5K 529 125
                                    





Jeonel kira setelah membuat Rose tersipu-sipu di atas tikar dengan view air terjun, Rose akan luluh.

Jeonel kira saat Rose tertawa bahagia karena kembali berenang di bawah air terjun, Rose akan membuka hatinya lebar-lebar.

Jeonel kira setelah seharian membuat Rose sumringah dan tertawa bahagia tanpa henti, mengajak naik helikopter dan membuat wanita itu berseru bahagia, Rose akan menjadi kian ramah dan manis.

Semua hanya perkiraan semata, nyatanya Rose kini kembali pada mode judesnya, apalagi kesalahan yang Jeonel lakukan? Mengapa Rose masih susah di dekati saja, frustasi rasanya.

Hari ketiga Jeonel di desa terpencil ini, seperti katanya, kemarin Jeon meminta beberapa orang untuk mengurus listrik dan memperbaikinya, kedepannya listrik di desa ini akan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tak masalah ia harus menggelontorkan dana besar untuk sesuatu yang bukan kewajibannya. Setidaknya selama ia di sini tak ada yang namanya makan di terangi oleh lampu minyak. Kesal rasanya saat mandi harus terus menggorek hidung karena lubang hidung yang menjadi hitam karena asap pekat dari lampu minyak. Apes, karena lampu minyak yang Jeonel dapatkan adalah lampu minyak zaman batu yang apinya saja berwarna kuning kehitaman, sangat-sangat lampau.

Jeon sudah berkali-kali mencoba menyapa Rose sedari semalam, namun Rose hanya membalas dingin, pagi tadi bahkan wanita itu marah saat Jeon mengikutinya kesana kemari. Membuat Jeon mundur dan duduk kembali kedalam tenda miliknya.

Moodnya yang buruk membuatnya bertengkar dengan Liana melalui telepon, Liana yang terus merengek karena Jeon tak kunjung pulang membuat lelaki itu kembali tersadar pada dunia nyata. Ia memiliki istri dirumah yang kini merengek menunggunya. Namun izin berbelanja tas incarannya minggu lalu membuat Liana menyemburkan kecupan melalui perantara pesawat telepon. Kebahagaan Liana sangat mudah di raih, Jeon bahkan tak perlu bekerja keras menyusuri hutan dan menuju air terjun untuk membuat wanita itu bahagia, terasa terlalu mudah. Tak seperti wanita itu.

Di ujung matanya, Rose sedang wira-wiri membantu para korban yang sudah mulai pulih, matanya semakin memicing saat Rose kini memakai sarung tangan berwarna kuning mencolok, dengan sepatu boot merah muda, kedua warna yang sangat terang namun tak selaras karena perbedaannya.

Jeon segera berlari kencang menghampiri Rose, mencekal lengan wanita itu dengan erat.

"Kamu mau ngapain?!" Tegasnya dengan mata membelalak.

Rose yang kaget hanya benggong dengan ekspresi terkejut, namun setelahnya melepas paksa lengannya yang dicengkram oleh Jeon.

"M-mau angkat ini, kamu kenapa sih?" Cicitnya macam suara tikus.

Mendengar nada ketakutan dari Rose, Jeon mengendurkan ketegangan di wajahnya dan menghela nafas pelan. Kenapa juga Jeon sepanik ini, padahal Rose hanya akan mengangkat balok kayu besar di hadapannya. Hey! Tapi ini balok kayu, untuk apa Rose mengangkatnya?!

"Kamu ngapain angkat-angkat beginian? Kamu kan dokter, suntik aja itu pasien, akkkhh!" Geram Jeon akhirnya, pasalnya lengannya dicubit kecil oleh Rose, tapi namanya cubitan, makin kecil tentu saja makin sakit.

"Asal suntik-suntik aja! Ngawur kamu tuh! Kita lagi gotong-royong bapak Jeonel yang terhormat, anda kalau tak tahu apa itu gotong-royong, lebih baik duduk didalam singgasana saja." tegas Rose seraya menunjuk tenda milik Jeonel yang masih berdiri kokoh.

𝔸𝔽𝔽𝔸𝕀ℝ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang