Pagi ini Rose berangkat kerumah sakit dengan malas-malasan, sepertinya ia sudah mendalami keseruan bekerja di desa, walau di sana sangat melelahkan dengan kasur yang tidak empuk. Setidaknya udara di sana sangat bersih, berbeda dengan keadaan di kota, bahkan di desa tak ada macet seperti pagi tadi. Beruntung Rose mendapat izin dari Doni untuk berangkat siang, jadi ia tak harus terburu-buru karena bangun kesiangan di tambah dengan macetnya ibu kota.
"Hai bebebnya akoh ...." Doni berlari seraya merentangkan lengannya, saat tepat berada dihadapan Rose, lelaki itu memeluk Rose erat lalu mengangkat Rose dan berlari kencang.
"Heh sinting! Turunin aku!" Pekik Rose seraya mamukul-mukul badan Doni yang kekar, ya tubuh doni sangat kekar, maklum saja ia adalah penggila olahraga. Katanya di tempat gym banyak lelaki tampan dan sexy, karenanya Doni semakin rajin dan menggilai olahraga.
Sepanjang jalan Rose hanya menyembunyikan wajahnya dengan tangan terus memukuli Doni. Pemandangan di mana Doni mengendong Rose dan berlarian tentu saja membuat lorong rumah sakit menjadi heboh, karena tak mau viral, Rose memilih menyembunyikan wajahnya saja, untung ia masih belum berpakaian Dokter, mungkin orang tak akan mengenalinya? Semoga saja.
Tujuan langkah berlari Doni adalah ruangannya, terdengar suara pintu yang terkunci, lalu Rose dihempaskan begitu saja kesofa ruang kerja Doni. Ruang kerja Doni sangat mewah, dan sama sekali tak terlihat seperti ruang kerja Dokter, untung juga sofanya empuk, sehingga Rose tak kesakitan karenanya.
"Mulai besok aku siapin makanan bernutrisi deh buat kamu, badan kurus begitu, nggak sexy tauk!"
Rose mendesis kesal saat Doni mengejeknya dengan rengesan menyebalkan, memang Doni adalah manusia menyebalkan tingkat Dewa, sangat amat jago membuat mood Rose yang jelek menjadi makin jelek.
"Kamu ngapain sih gendong aku kayak gitu? Apa pula kunciin aku di sini? Kamu mau berbuat asusila ya?" Diacungkan dua kepal dengan tatapan tajam, namun Doni malah menyengir geli lalu mendudukkan diri di hadapan Rose.
"Eh kamu lupa aku nggak suka mek*?"
"Don! Mulutmu ih!" dengus Rose.
Doni malah tertawa makin terbahak, membuat Rose makin kesal saja, memang salah mengajak lelaki ini mengobrol dengan normal.
"Jadi gini, eum ...," Doni tampak melirik sekeliling, terlihat aneh dengan gelagatnya yang tak biasa, sejak kapan Doni terlihat cemas begini?
"Selamat siang, Rose,"
Rose menatap kearah meja Doni, kursi putar itu sempat berputar sebelumnya, dan tebak siapa manusia yang mendudukinya? Yup, dia adalah Jeonel, siapa lagi yang sangat rajin menganggu hidup Rose? Setelah semalam membuat Rose tak henti memikirkannya, lelaki itu kembali muncul di hadapan Rose, lagi.
"Sorry, aku udah kasih izin kamu masuk siang kan? Jadi please, bantu aku dapet sokongan dana," bisik Doni yang kini sudah berada di dekat Rose.
Pantas saja lelaki bawel itu memberinya izin dengan sangat mudah! Pantas saja Doni bahkan terlihat semangat sampai mengendong Rose, pantas saja Rose dikunci di ruangan ini! Ternyata ada udang dibalik batu! Saat melayangkan tatapan membunuh, Doni segera melesak keluar dan kembali mengunci pintu ruangannya dari luar. Hello! Ini kenapa Rose dikurung dengan lelaki menyebalkan ini?! Walau ada niatan untuk kabur, namun jangan dikandangin begini dong! Sial!
"Tidurmu nyenyak?"
'Tidak berkat kau!'
Namun mulutnya hanya bisa tersenyum kaku saja, kenyataan ia dan Jeonel berada di ruangan yang sama, hanya berdua membuat Rose menjadi panik, ia takut akan dibuat lemah hati lagi. Cukup kemarin Jeonel menepuknya dengan lembut, membimbing Rose menuju parkiran dan menungguinya menangis hingga tangisnya reda, cukup itu saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝔸𝔽𝔽𝔸𝕀ℝ ✔
Romance⚠️ Konten Dewasa * Pernikahan Rose gagal, bukan karena orang ketiga ataupun perubahan rasa, namun Tuhan lah yang tiba-tiba memberikannya cobaan. Calon suaminya meninggal sebelum mereka terikat janji suci, membuat Rose terpukul dan jatuh hingga dasar...