Jeon mengepalkan erat kedua tangannya diatas meja, menatap layar komputer dihadapannya dengan kesal. Sudah seminggu berlalu ia memberikan tugas pada Jeffrey untuk mencari tahu keberadaan Jeffrey melalui nomor telepon—dimana terakhir kali Jeffrey mengiriminya foto sialan itu. Namun sampai saat ini Hoseok belum juga mendapatkan informasi. Sebebarnya belum dapat atau karena lelaki itu menyembunyikan dari Jeon?
Masih berkutat dengan komputernya dimana menjadi perantara ia berkirim pesan melalui email, Jeon membuka email lain dimana dengan orang tersebut pula Jeon memerintahkan penyelidikan pada Jeffrey. Sedari awal ia memang meminta beberapa bantuan, tak hanya pada Hoseok saja. Saat dimana lelaki itu mengumpatinya, adalah saat Jeon merasa khwatir jika lelaki itu tak lagi dapat diandalkan.
Benar saja, suruhannya yang lain bahkan sudah menemukan keberadaan Jeffrey, sedangkan Hoseok? Nol besar!
"Australia?" gumamnya seraya mengusap dagunya dengan tatapan kosong.
Haruskah ia menyusul Rose? Membuat danau tempatnya terapung kembali menjadi keruh? Atau benar-benar melepas Rose untuk Jeffrey?
Tangan Jeon mengepal kian erat, segera ia raih ponselnya, berkutat beberapa saat dan menempelkannya pada telinganya.
"Siapkan pesawatku, aku harus pergi ke Australia. Siapkan dalam 2 jam!" tekannya dengan nada memerintah tanpa sanggahan.
Ya, ia harus pergi, setidaknya memastikan apakah Rose baik-baik saja dengan jeffrey? Apakah...
Dilempar ponselnya kearah meja, mendunduk dengan kedua lengan meremas surainya, Jeon kembali terpuruk, lagi dan lagi. Hanya karena seorang wanita yang sudah ia campakkan, Jeon menjadi uring-uringan. Ia bahkan tak paham sebenarnya apa keinginannya? Sungguh..
Deringan nyaring membuat kegiatan merenung Jeon terusik, diliriknya ponsel yang kini menyala menampilkan sebuah nama yang menghubunginya.
Doni.
Mata Jeon membelalak, diraihnya dengan sigap ponsel yang sempat ia buang itu. Jujur, jantung Jeon berdebar kencang, nama Doni bukankah menjadi udara segar ditengah kepanasan hatinya?
"Hallo?"
"Kemari sekarang juga!"
Jeon mengernyit, walau lawan bicaranya tak akan menyadarinya, namun rasanya tak kuasa untuk tak mengernyitkan keningnya atas teriakan lelaki itu.
Kemari? Kemana?
"Haish! Cepat kemari, akan kukirimkan alamat dimana aku dan Rose berada!"
Sontak Jeonel tersenyum lebar, terpancar rona kelegaan diwajahnya. Jadi.. saat ini Rose bersama Doni? Syukurlah, setidaknya segala pikiran macam-macam yang ia lontarkan pada Rose dan Jeffrey, mungkin tak akan terjadi.
"Ak—"
"Dia pingsan, dan saat kuperiksa, ternyata ia sedang mengandung. Cepatlah! Kau harus bertanggung jawab!"
Mata Jeon masih membelalak walau sambungan telpon itu terputus, tak lama setelahnya ia tersenyum lebar. Dengan sigap lelaki itu segera meraih segala barang yang ia butuhkan diatas mejanya, dan bergegas berlari meninggalkan ruangannya.
Rose, dia sedang mengandung?
Sungguh ini adalah berita terbaik dari segala berita baik.
#### AFFAIR ####
"BEB!!! yey ngapain?! Gilindang! Gilindang!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝔸𝔽𝔽𝔸𝕀ℝ ✔
Romance⚠️ Konten Dewasa * Pernikahan Rose gagal, bukan karena orang ketiga ataupun perubahan rasa, namun Tuhan lah yang tiba-tiba memberikannya cobaan. Calon suaminya meninggal sebelum mereka terikat janji suci, membuat Rose terpukul dan jatuh hingga dasar...