Tentang seseorang yang hanya bisa mencintai dan mengagumi dalam diam.Dan orang itu adalah...
Kim Jisoo.
...
"Unni?" Sapa Jennie ketika Ia keluar dari pagar rumahnya.Jisoo tersenyum sembari mengerem sepedanya. "Tumben berangkat pagi?"
"Appa pergi ke kantor sekarang."
Jisoo mengangguk. "Sudah sana, Appa mu sudah menunggu."
Jennie menoleh ke belakang. Ia melihat Appa nya tengah menghidupkan mesin mobil. Lalu pandangannya kembali menatap Jisoo. "Aku pergi dulu, sampai bertemu di sekolah."
Jisoo mengangguk seraya tersenyum manis. Ia lalu mengayun sepedanya menuju sekolah. Jisoo bisa saja pergi ke sekolah menggunakan mobil, ataupun sepeda motor. Tapi Ia lebih suka naik sepeda karena Ayah Jisoo selalu mengajarkannya untuk hidup sederhana. Toh bersepeda juga membuatnya lebih sehat dan mengurangi polusi udara.
Mereka berdua adalah pelajar di Hannyoung High School. Salah satu sekolah paling bergengsi di Korea Selatan. Umur keduanya pun hanya berselisih satu tahun. Jisoo sekarang siswi tingkat akhir, sedangkan Jennie satu tingkat di bawahnya.
Memang tidak mudah untuk masuk sekolah tersebut. Hanya beberapa saja yang diterima disana. Jisoo yang memang memiliki kepintaran di atas rata-rata dengan mudah diterima di Hannyoung. Sedangkan Jennie, Ia juga dengan mudah masuk sekolah tersebut karena orang tuanya adalah salah satu donatur tetap disana.
Rumah keduanya juga bersebrangan. Jisoo hanya tinggal dengan seorang maid di rumahnya karena orang tuanya meninggal setelah mengalami kecelakaan beruntun. Kejadian memilukan itu terjadi dua tahun lalu saat keduanya pulang dari luar kota untuk melakukan perjalanan bisnis. Jisoo sangat kuat dan menerima apa yang terjadi dengan kedua orang tuanya. Meskipun orang tua Jisoo telah tiada, tapi hidup Jisoo tidak pernah kekurangan. Ia selalu mendapat uang jajan yang di kirimkan pamannya satu bulan sekali. Paman Jisoo lah yang menggantikan posisi ayahnya sebagai CEO perusahaan. Jisoo juga tau, perusahaan itu nantinya akan menjadi miliknya. Tapi Jisoo tidak menginginkan itu, Ia punya tujuan lain di hidupnya.
Jennie Kim. Ia tinggal dengan Appa dan Eomma nya. Sama seperti Jisoo, Ia juga anak tunggal. Hidupnya sangat tercukupi karena Ia dilahirkan dari keluarga kaya raya. Meskipun begitu, Jennie tidak suka menghamburkan uangnya. Yaa memang dulu Ia sering menghabiskan uangnya untuk membeli barang-barang branded. Tapi sekarang tidak, Jennie lebih suka mendonasikan uangnya ke beberapa yayasan di Korea. Siapa lagi yang merukiyah nya kalau bukan Jisoo.
...
Hanya memerlukan waktu sepuluh menit bagi Jisoo untuk sampai di sekolahnya. Ia memarkirkan sepedanya kemudian berjalan ke kelas. Sepanjang Ia berjalan pun banyak murid yang menyapanya. Tapi seperti biasa, Jisoo hanya mengeluarkan senyum tipisnya. Ia selalu bersikap dingin dengan orang lain, tapi tidak dengan satu nama yang ada di hatinya.
"Jisoo?"
Jisoo menoleh. "Ada apa?"
"Ingin berjalan ke kelas bersamamu, boleh kan?" Ajak Bobby.
