Enjoy kuy.
Cup!
Setelah beberapa detik, Jisoo melepaskan bibirnya dari kening Jennie.
Ia melihat Jennie terpaku sambil membulatkan matanya.
“Wae?” Tanya Jisoo.
Jennie menggelengkan sedikit kepalanya untuk mengembalikan kesadarannya.
Jisoo tersenyum. “Wajahmu merah.”
“Be-benarkah? Kenapa tiba-tiba merah?” Jennie panik. Saat ia ingin mengambil ponselnya untuk mengaca, Jisoo menahan tangannya.
“Ayo pulang.” Jisoo turun dari ranjang dan mengambil tasnya.
Jennie pun melakukan hal yang sama seperti Jisoo.
“Kenapa tadi menciumku?” Tanya Jennie saat mereka berjalan beriringan.
“Kenapa? Tidak boleh?” Bukannya menjawab, Jisoo malah balik bertanya.
“Bukan tidak boleh, tapi kau membuatku kaget.”
Jisoo tersenyum saat melihat Jennie mempoutkan bibirnya. “Naik taxi saja ya?”
“Appa sudah menunggu di depan.”
Kening Jisoo mengernyit. “Appa?”
Jennie mengangguk.
“Jangan bilang Appa sudah menunggu di depan saat jam pulang sekolah?!”
Jennie mengangguk lagi. “Aku tadi sudah menyuruhnya pulang, tapi Appa tetap ingin menunggu kita.”
Jisoo menghela nafasnya. “Kenapa tidak bilang saat aku sudah bangun tadi? Kan kasihan Appa mu sudah menunggu lama.”
“Karena aku ingin bersamamu lebih lama.” Jawab Jennie pelan.
Jisoo masih bisa mendengar apa yang Jennie katakan. Ia membuang pandangannya ke samping sembari menghela pelan.
Saat masuk mobil, Jennie memilih duduk di belakang bersama Jisoo. Bahkan ia sengaja membawa dirinya lebih dekat dengan Jisoo.
“Kepalamu masih pusing?” Tanya Jennie perhatian.
“Tidak.” Setelah menjawab pertanyaan Jennie, ia kembali melihat keluar jendela.
Lewat spion depan, Appa Kim bisa melihat Jennie yang diam-diam mencuri pandang pada Jisoo. Dan perasaan sedih sangat jelas tersirat di wajah anaknya.
Lelaki paruh baya itu menghela nafasnya saat melihat secara langsung jika hubungan antara Jisoo dan Jennie sedang tidak baik-baik saja.
Cit!
Appa Kim mengerem mobilnya saat sampai depan rumah.
“Appa, gomawo.”
Setelah mengucapkan terima kasih, Jisoo langsung membuka pintu dan turun dari mobil.
“Unni! Tunggu!” Teriak Jennie dari dalam mobil.
Langkah Jisoo terhenti. Ia berbalik untuk menunggu Jennie.
“Wae?” Tanya Jisoo saat Jennie berdiri di depannya.
Jennie tidak menjawab, ia malah mengambil jari telunjuk Jisoo dan memainkannya.
“Ada apa?” Tanya Jisoo lagi.
“Aku ikut pulang.”
Jisoo menggeleng. “Aku ingin tidur setelah ini.”
Jennie menundukkan kepalanya karena matanya sudah berkaca-kaca. “Aku janji tidak akan mengganggumu tidur.”