Enjoy kuy.
“Aku anak haram. Kehadiranku tidak di inginkan siapapun, termasuk Ayahku sendiri. Dan yang menyiksaku kemarin adalah anak dari Ayahku dengan istri sahnya.”
Setelah Bona mengatakan itu, anggota 3J kini terdiam.
“Makanya aku marah ketika kalian menyelamatkanku. Aku ingin istirahat dari semua ini.”
“Tapi bukannya kau berteriak minta tolong?” Tanya Jisoo pelan.
Bona tersenyum. Air matanya pun sudah menggenang di pelupuk matanya. “Aku kira aku bisa menahannya, tapi ternyata tidak.”
“Bona-ssi?” Panggil Jaehyun.
Bona menoleh setelah mengusap air matanya. “Dari mana kau tau namaku?”
“Kau satu sekolah dengan Yeri kan? Ahh, Yeri adalah adikku.” Jawab Jaehyun.
“Jung Yerim?” Tanya Bona memastikan.
Jaehyun mengangguk.
“Namaku Jisoo. Yang di belakangku Jinyoung Oppa. Dan yang sangat cerewet itu Jaehyun, kakaknya Yeri.” Jisoo memperkenalkan diri.
“Kau selama ini tinggal dengan siapa?” Tanya Jaehyun.
“Sendiri.”
“Ibumu?”
“Ibuku telah meninggal.”
“Hm? Kenapa? Jangan bilang,” Jinyoung sengaja menghentikan ucapannya.
Bona mengangguk. “Ibuku di bunuh Ayahku sendiri.”
“Shit! Ayahmu lebih bejat dari Ayahku.” Jaehyun menghela sebentar. “Ternyata laki-laki sama saja.” Lanjutnya.
Setelah mengatakan itu, mereka bertiga langsung menatap Jaehyun.
“Kau juga laki-laki.” Ucap Jisoo datar.
“Setidaknya sikapku tidak seperti mereka. Ahh lupakan.” Jaehyun bingung mengolah kata.
“Terus kenapa Ibumu bisa hamil dengan orang itu?” Tanya Jinyoung.
Bona menggeleng menandakan ia tidak tau. “Ibuku tidak pernah mengatakan yang sebenarnya.”
“Sudah berapa lama beliau meninggal?”
“Lima tahun.”
“Berarti kau tinggal sendiri semenjak sekolah menengah pertama?” Tebak Jinyoung.
Bona mengangguk.
“Setelah ini tinggallah di rumahku.” Ucap Jisoo.
Bona menatap Jisoo bingung. “Untuk apa?”
“Setidaknya tidak ada yang menyakitimu lagi. Ada aku, Jinyoung Oppa, dan Jaehyun yang melindungimu.”
“Benar apa yang Jisoo katakan. Aku yang akan mengurus kepindahan sekolahmu, kau bisa sekolah di sekolah kami.” Ujar Jinyoung.
“Jangan merasa sungkan, lagi pula Jisoo juga tinggal sendiri di rumahnya.” Tambah Jaehyun.
Bona menggeleng. “Tidak usah.”
“Batu.” Gumam Jaehyun.
“Yak! Siapa yang kau bilang batu?”
Jaehyun terkekeh sambil menatap Jisoo. “Astaga, telingamu peka sekali.”
“Jangan menolak. Yaa, hanya ini yang bisa kita lakukan untuk membantumu.” Ucap Jinyoung.
Bona tetap menggelengkan kepalanya. “Aku masih punya rumah.” Ia menghela sejenak. “Tapi aku tidak akan menolak jika satu sekolah dengan kalian.”