Enjoy kuy!
Plak!
Setelah terdengar suara tamparan, kini wajah keduanya sama-sama terkejut.
Yaa, Irene memang yang menampar Jisoo. Ia sebenarnya tidak sengaja. Irene hanya kaget saat Jisoo berteriak di depan wajahnya.
Sedangkan Jisoo, ia sekarang menatap Irene tak percaya seraya memegang pipinya yang terasa panas.
"Ji, maaf, aku tidak sengaja." Saat Irene akan memegang pipi Jisoo, Jisoo segera menepis tangannya.
"Coba kau berada di posisiku, apa kau akan bertahan dengan semua ini?! Aku muak, unni! Sangat muak!" Setelah itu ia menyambar kunci mobilnya yang berada di atas nakas. Jisoo juga membawa tas ranselnya.
Irene berlari mengejar Jisoo. "Jisoo! Kau mau kemana?!"
Jisoo tidak peduli. Ia langsung masuk mobil dan melajukan mobilnya keluar dari rumah Irene.
"JI! JISOO!" Irene berteriak pun sia-sia karena mobil Jisoo sudah menjauh.
Irene menghela, kemudian memukul tangan kanannya yang ia pakai untuk menampar Jisoo tadi.
...
TokTok!
TokTokTokTokTokTokTokTok!
Cklek!
Akhirnya seseorang yang ia tunggu keluar juga. "Sayang?" Panggilnya.
Terdengar helaan nafas keluar dari seseorang di hadapannya.
"Mianhe." Ucapnya seraya menundukkan kepalanya.
Seulgi akhirnya mendekat dan memeluk Irene. "Hm."
Irene mendongakkan kepalanya. "Hanya 'hm'?"
"Iya, aku memaafkanmu. Aku juga minta maaf karena sudah bersikap kasar." Jawab Seulgi. Ia juga masih melingkarkan tangannya di pinggang Irene.
Cup!
"Gomawo."
Seulgi mengangguk seraya tersenyum.
"Sedang belajar?"
"Eh? Darimana kau tau aku sedang belajar?"
Irene mengambil pensil yang terselip di telinga Seulgi. "Ini buktinya."
Seulgi terkekeh. Ia sendiri lupa sudah meletakkan pensil di telinganya.
"Jangan belajar terlalu keras. Aku tidak akan memberimu syarat apapun sekarang."
Mata sipit itu membulat. "Jinjja?"
Irene mengangguk. "Aku mencintaimu apa adanya. Sekarang aku tidak peduli meskipun kau sedikit tidak pintar."
Saat itu juga Seulgi langsung memeluknya erat. "Saranghae!"
"Hm. Nado saranghae."
Sesaat kemudian Irene melepaskan pelukannya. Ia menghela nafasnya saat mengingat Jisoo yang pergi meninggalkan rumahnya tadi. "Jisoo,"
"Oh iya, bagaimana keadaannya?"
"Yang jelas dia tidak baik-baik saja."
Seulgi menghela. "Apa dia sudah bicara dengan Jennie?"
Irene mengangguk. "Hm. Aku tadi mengantarnya ke rumah sakit karena Jennie ingin bicara dengannya. Tapi saat keluar dari ruangan Jennie, Jisoo langsung berlari menuju mobil dan menangis."
"Apa yang mereka bicarakan?"
"Entahlah, aku tadi tidak menguping pembicaraan mereka karena masih berusaha menghubungimu."