Enjoy kuy.
“Ji?” Panggil Irene saat ia masuk kamar Jisoo.
“Eh? Unni? Ada apa kesini?”
“Aku tadi ke toko buku, sekalian mampir kesini.” Jawab Irene. Ia mengambil kursi dan duduk di sebelah Jisoo yang sedang belajar. “Cajaaa...Aku juga membawa ayam untukmu.” Ia mengangkat bungkusan plastik yang berada di tangan kanannya.
Senyum Jisoo langsung mengembang. Ia menutup bukunya lalu memakan ayam yang di belikan Irene.
“Kau tidak mau?” Tawarnya.
Irene menggeleng. “Makan saja, aku sudah kenyang.” Ahh Irene mengingat sesuatu, ia harus menanyakan ini pada Jisoo. “Ji?” Panggilnya.
“Hm?”
Irene mencari buku yang ia lihat dulu. Setelah menemukannya, ia bertanya pada Jisoo. “Ini apa?”
Jisoo menoleh sekilas. “Kau lulusan Harvard, masak tidak tau itu namanya buku.”
“Maksudku untuk apa semua buku tentang kedokteran ini? Tidak mungkin kan kau hanya membacanya? Mengingat buku-buku ini harganya juga tidak murah.”
Jisoo mengelap tangannya menggunakan tisu sebelum menjawab. “Aku ingin menjadi dokter.”
Mata Irene membulat. “APA?!”
Jisoo terkekeh. “Aku hanya bercanda Nyonya Kang.”
Irene tersenyum malu setelah mendengar panggilan itu. Tapi ia harus mengesampingkan perasaannya yang berbunga-bunga. Ia masih kepo dengan Jisoo. “Aku serius, untuk apa kau membeli semua buku ini? Tidak mungkin kan kau membelinya tanpa alasan?”
Jisoo menghela pelan. “Unni?”
“Wae?”
“Aku ingin melanjutkan kuliah kedokteran.”
Irene menatap Jisoo dengan ekspresi bingung. “Kedokteran? Tapi untuk apa? Kau kan harus melanjutkan perusahaan Appa mu?”
Jisoo menggeleng. “Aku tidak tertarik.”
“Ji, dengarkan aku. Ayahku sebentar lagi pensiun menjadi CEO di perusahaan Appa mu, kau pikir siapa yang melanjutkan perusahaan jika bukan kau?”
Jisoo akhirnya menatap Irene. “Kau.”
Irene menjitak kepala Jisoo. “Jangan seenaknya kalau bicara.”
Jisoo menghela nafasnya. “Apa aku tidak boleh punya tujuan lain di hidupku?”
“Bukan begitu, tapi...Tunggu, boleh aku tau alasanmu ingin menjadi dokter?”
“Ingin saja.”
Tak!
Irene menyentil dahi Jisoo. “Berikan aku alasan yang logis.”
Jisoo melihat coretan di buku tulisnya. Coretan yang bertuliskan 'Kim Jisoo pabo' 'Unni, saranghae'. Detik itu juga seulas senyuman terlukis di wajah Jisoo. “Unni?” Panggilannya lagi.
“Wae? Aku akan memukul kepalamu jika alasanmu tidak masuk akal lagi.” Tangan Irene sudah berada di depan kepala Jisoo.
“Apa kau pernah berpikir untuk melindungi seseorang?”
Tangan Irene yang sudah mengambil ancang-ancang pun ia turunkan karena melihat wajah Jisoo yang sangat serius. “Tentu aku pernah berpikir seperti itu.”
“Alasanku menjadi dokter karena aku ingin melindungi seseorang.”
“Siapa dia? Jennie?”
Jisoo menggeleng. “Bukan.”