Bab_1🅰

258 31 31
                                    

Assalamualaikum Reader...
Alhamdulillah saya balik lagi..
Pastinya cerita baru lagi😄😄

Cerita ini Insyaa Allah akan menemani kalian selama bulan April, apalagi buat yang lagi stay dirumah. Bisa tuh ditunggu updatenya setiap hari.

Uwuwu.. SETIAP HARI uyy..

Semoga di bulan April Indonesia membaik, tentara yang Tuhan kirimkan cepat menyelesaikan tugasnya, dan semoga menjadi pelajaran untuk kedepannya. Tidak ada yang Allah ciptakan tanpa hikmah dibaliknya.

And then..

Semoga suka.

Eits tapi sebelumnya ada yang perlu diperhatikan:

1. Dilarang memplagiasi, hak cipta dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
2. Jika ada kesamaan nama, latar, kisah, ini hanya kebetulan.
3. Vote dan komennya sangat dianjurkan yes!

Bismillahh..
Happy reading. Panjang amat pengantarnya? Maap. Hehe.
.
.
.
.
.
.

Siang itu langit cerah, menyamakan dua insan yang sedang tertawa bahagia didepan kelas yang sudah sepi, seolah dunia milik mereka berdua.

"Sstt.. dikeningmu ada..." Andre menatap fokus.

"Ada apa?" Jawab gadis yang sedang duduk santai dikursi taman dengan panik.

Tiba-tiba saja tawa ramai berganti hening. Andre terus saja mendekat, menatap kening gadis dihadapannya.

"Diem! Jangan gerak. Ada.." suaranya lirih.

Jarak keduanya semakin menipis. Gadis itu tak bergerak sedikitpun, takut sesuatu berbahaya sedang bertengger dikeningnya.

Cup.

Gadis bernama Kalila terkesiap, melayangkan telapak tangannya lembut di bahu Andre, lalu tersenyum sipu.

"Cie.. pipinya merah, nunduk-nunduk lagi," goda Andre.

"Andre, curang ih." Tatapannya pura-pura marah tapi senyumnya masih tercekat samar.

"Kenapa bro?"

Tiba-tiba suara serak khas laki-laki membuyarkan lamunan Andre yang termenung ditengah penggalan kenangannya menghampiri.

Tak ada niatan Andre membalas sapaan orang yang tak dikenalinya, hanya menatapnya sekilas, lalu kembali menatap trotoar yang telah jarang dilalui pejalan kaki.

Tidak menyerah, laki-laki itu mengulurkan tangan dihadapan Andre. "Kenalin, Ammar, mahasisawa baru disini. Kamu sama, kan?"

Ya, pria yang menyebut dirinya Ammar tahu dia mahasiswa baru, karena satu tim saat OSPEK kemarin, dan dia tipe yang ceria, supel, bukan tipe pemurung seperti yang Ammar lihat sekarang.

Dengan berat hati, Andre menerima uluran tangan yang telah lama mengudara dan mengangguk sebagai jawaban.

"Andre."

"Aku tahu namamu Andre. Kita satu tim, tapi mungkin kamu nggak tahu aku."

Hanya tautan alis kirinya yang Andre perlihatkan, tak berniat sedikit pun untuk merespon.

"Gak mau pulang? Udah maghrib nih. Ada kendaraan? Mau bareng? Tapi pakek motor butut. Hehe."

Laki-laki yang mengaku Ammar tidak bisa diam, ia memang begitu, banyak bicara, tak mudah menyerah, walau tahu dirinya tak diacuhkan.

Tapi, di sini letak kesalahan banyak orang, meninggalkan hanya karena tidak diacuhkan. Padahal, orang tidak acuh bukan karena tak peduli, tapi didasar hatinya ia butuh, butuh seseorang untuk menemaninya, menjadi tempat untuk meluapkan isi hatinya.

Andrenata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang