Bab_ 24🅰

19 6 2
                                    

Untuk malam ini, Ammar bersyukur sangat Andre tidak melampiaskan lukanya dengan mimun-minuman haram, minuman yang Allah larang.

Justru malam ini Andre pergunakan untuk belajar walau enggan, hatinya tidak sepenuhnya ingin, ada sedikit keraguan. Namun, Ammar percaya sejauh apapun seorang hamba yang berniat ingin mendekat meski ada keraguan dihatinya, Allah pasti menjulurkan kuasaNya.

Bukankah kita sering dengar, apabila kita mendekati Allah dengan cara merangkak, maka Allah akan mendekati kita dengan cara berjalan. Jika kita mendekati Allah dengan berjalan, maka Allah dekati kita dengan cara berlari.

Tidakkah kita masih ingin berpaling dariNya? Sedang Maha Rahmannya telah terbukti.

Ammar mengajari Andre berwudhu. Tidak sulit, karena sebenarnya Andre sudah tahu, ia pernah belajar saat kecil dulu namun karena terlalu lama dia tinggalkan, mungkin terasa kaku dan sedikit lupa akan urutan.

Wudlu merupakan syarat sahnya shalat, maka tidaklah sah solat seorang hamba tanpa wudlu. Terlebih, wudlu tidak hanya sebuah gerakan dan penyampaian air pada bagian-bagian yang telah ditentukan. Jauh dari itu, wudlu selain mensucikan lahiriah, ia juga yang mensucikan bathin. Maka, Ammar percaya lambat laun, Andre akan dengan senang hati melakukannya.

Sebagaimana hadits nabi, 'jika seorang hamba berwudhu, maka ketika berkumur dosa-dosanya akan keluar dari mulut; lalu ketika membasuh muka, dosa-dosanya akan keluar dari pelupuk mata; kemudian ketika ia membasuh tangan nya, maka dosa-dosa pun akan keluar dari tangannya, bahkan sampai juga dari bagian dalam kuku-kukunya. Ketika ia mengusap kepala, maka dosa-dosanya akan keluar dari kepala bahkan dari bawah telinganya. Dan ketika ia membasuh kakinya, maka dosa-dosanya juga akan keluar dari kaki dan bahkan dari kuku-kuku kakinya." (HR. An-Nasa'i dan Ibnu Majah).

Untuk solat maghrib dan isya', Andre masih menjadi makmum yang mengikuti gerakan Ammar. Sungguh ia sebenarnya tidak lupa akan gerakan-gerakan ini, tapi ia lupa bagaimana bacaan-bacaan di setiap geraknya.

Usai solat isya', Ammar mulai mengajarkan bacaan solat pada Andre, tidak mudah bagi Andre yang kesehariannya adalah berbahasa indo, tapi bukan Andre namanya jika ia tidak bisa dengan cepat menghafalnya. Terlebih ia memang pernah belajar dan kenal dengan bacaan solatnya ini.

"Buat apa sih kita solat?" tanya Andre tiba-tiba saat Ammar meletakkan kertas bacaan solat dengan tulisan latin.

"Buat ibadah, lah, And."

"Iyya, maksud gue buat apa ibadah?" Kesalnya.

"Kamu tahu hakikatnya kenapa kamu diciptakan?"

Andre menggedikkan bahunya. Pasalnya pertanyaan itu yang dirinya punya namun tak pernah menemukan jawaban. Hanya presepsi-presepsinya sendirilah yang menjawabnya namun membuat luka teramat dalam. Presepsinya tentang bahwa ia diciptakan hanya untuk sengsara, tidak bernama bahagia.

"Dalam Al-Quran disebutkan, 'Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan suapaya mereka menyembah-Ku,'(Adz-Dzâriyat:56)"

"Jadi kita itu diciptakan hanya untuk menyembah, menghamba, dan menjadi kholifah untuk sesama."

Andre mengangguk paham. Ia kira ia diciptkan ya untuk dijalani, untuk bahagia, lalu mati. Hidup di syurga kemudian hari.

Sayangnya celotehan anak kecil siang tadi menggoyahkan pertahanan Andre, pertahanan yang sunggu tak mungkin ia jalani. Bisakah ia meraih bahagia tanpa Tuhan seperti inginnya? Bisakah ia bahagia tanpa papa dan mamanya?

Sesungguhnya Andre salah paham definisi bahagia. Ia kira foya-foya, kebebasan, harta terpenuhi adalah yang bernama bahagia. Tapi nyatanya? Bukankah semua itu sudah ada pada Andre? Tapi kenapa ia tetap merasa belum bahagia?

Malam terlewat larut. Keduanya terpejam usai beberas pakaian untuk mudik. Ya, keduanya. Karena Andre akan ikut Ammar mudik sesuai kesepakan tadi usai belajar bacaan solat.

***

Assolatukhoirumminannaum ...

Tiba-tiba Ammar dibangunkan oleh suara adzan di gawainya. Tumben sekali ia tidak bangun sebelum waktu subuh, pasti karena kemaleman tidurnya, oh, atau siang kemarin ia melakukan dosa yang tidak disadarinya.

Sungguh Ammar teramat menyesal melewatkan Qiamul Lailnya walau hanya sekali. Ammar beranjak segera dan akan membangunkan Andre di kamarnya agar bisa solat berjemaah.

Usai solat, Andre terkapar lagi di sajadahnya, matanya masih terasa pekat, ngantuk menderanya hingga solat yang ia kerjankan sedikit kehilangan kesadaran karena kelopak matanya sesekali mengatup.

Sedang Ammar masih larut dalam doa-doanya, mencurahkan segala resahnya, berterimakasih atas nikmatNya, dan tak lupa ia meminta agar terus membuka hati temannya, mengembalikan kepercayaan dalam hatinya.

"Andre, hayu mumpung jalanan belum macet."

Andre melenguh dan perlahan membuka matanya. "Masih gelap Ammar," keluhnya manja.

Apakah ia akan bangun sepagi ini untuk melaksanakan solat subuh? Ah, jujur saja Andre malas, ia ingin bebas. Ia belum terbiasa, lagipula bukankah waktu subuh itu sampai matahari terbit? Maka ia bisa solat subuh sebelumnya, saat langit sudah terlihat kebiru-biruan, tak lagi gelap seperti hatinya.

"Justru karena masih gelap, jalanan lengang, dan kita bisa lebih cepat sampai ke rumah."

Dengan berat hati, akhirnya Andre bangkit dan masuk ke kamar mandi untuk mengguyur tubuhnya agar segar. Ammar sambil mempersiapkan ransel yang akan dibawanya pulang.

Andrenata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang