Bab_ 16🅰

30 10 6
                                        

Spesial buat yang nunggu nih...
Eits tp udah ngaji belom?
Udah belajar belom?
Udah ngerjain tugas?

Sok atuh

.
.
.
.
.
.
.

Happy reading..



"Eh, Mmar, emmm ...," ucapan Andre terjeda, netranya berputar ke atas, mencari penggalan kata yang ia lupakan.

"Apa, And?" Sayup-sayup suara Ammar terbawa angin jalanan. Keduanya kini berada di Unta Besi milik Ammar.

Sudah beberapa hari ini, unta teman seperjuangan Ammar tidak bertemu jalan hitam nan halus. Karena selama tinggal bersama Andre, selalu Andre yang membawa motor. Tapi pagi tadi Ammar memaksa untuk membawa motornya. Berakhirlah Ammar yang memegang kendali motornya hingga pulang.

Sayup-sayup angin juga menelisik pori-pori Ammar pelan, lantunan lafadz hauqolah tak pernah putus dari bibir Ammar, lafadz yang acap kali mengingatkan diri bahwa kekuasaan Allah tiada batasnya.

Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi

"Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang maha tinggi lagi maha agung."

Maka, jikalau bukan karena kekuasaan Allah, Ammar tak akan memiliki teman yang sedang mengingat sesuatu di belakangnya untuk di tanyakan, kalau bukan karena kuasa Allah pula Ammar tidak akan merasakan tinggal di tempat mewah, dan kuasa Allah pulalah Ammar merasakan angin siang ini sambil mengendarai motor perjuangannya.

Sedang, laki-laki kerempeng dengan pipi mungil itu masih berusaha mengingat kata asing yang baru didengarnya, kata yang bukan bahasa inggris atau bahakan bahasa daerahnya.

Andre kesal sendiri, tapi teman di depannya ini asik saja membaca sesuatu yang Andre tidak tahu dan tidak ia dengar dengan jelas.

"Oh, mah ... apa sih? Mahar apa mahram ya, Mmar? Tadi Agatha nyebutin itu kan? Lo denger kan, Mar?" teriak Andre sambil mendekatkan suaranya di telinga Ammar yang tertutup helm.

Ammar mengangguk. "Mahram," koreksinya. "Mahar beda lagi, itu kalo mau nikah."

Andre mngangguk, jelas saja hal itu tidak akan terlihat oleh Ammar yang sedang fokus membelah jalan.

"Jadi apa itu Mahram?"

"Mahram itu orang yang tidak boleh dinikahi tapi boleh bersentuhan," terang Ammar.

Andre yang sedang mencoba mencerna perkataan Ammar, diam. Karena diam, Ammar mencoba menambah penjelasannya lagi.

"Seperti saudara, kalau kamu punya adik perempuan, dia mahram kamu, seseorang yang tidak boleh kamu nikahi tapi boleh kamu sentuh, sentuhannya tidak membatalkan wudlu."

Andre paham sekarang. Jadi gadis manis yang Andre taksir itu tidak mau bersentuhan karena Andre bukan orang yang diperbolehkan untuk menyentuhnya?

Oh? Apakah gadis itu punya wudlu hingga tak mau bersentuhan? Takut wudlunya batal?

Walau Andre bukan orang yang rajin solat, tapi ia ingat beberapa pelajaran yang pernah ia ajari sewaktu kecil. Sewaktu kenyataan belum mengantarkannya pada kesendirian.

Andrenata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang