Bab_ 15🅰

40 11 6
                                    

"Hai ...." Andre menjulurkan tangan dan memamerkan pagar putihnya. "kenalin, gue Andre."

Sedang gadis yang terduduk di bangkunya menatap Andre bingung.

"Gue temen kelas, anak sini." Seketika gadis bernama Agatha ber-oh ria. "Pasti belum kenal, kan? Makanya kenalan atuh, gak kasian nih tangan udah terbang gak ada yang nangkep?" Andre sembari menggoyang-goyangkan tangannya dihadapan Agatha.

"Eh ... em-maaf. Andre sudah tahu namaku kan? Agatha."

Meski begitu Agatha tetap tak meraih uluran tangan yang sejak tadi mengudara.

Dengan tiba-tiba tangan yang Andre julurkan tertarik kebelakang, seseorang menarik paksa.

"Ah elu, kayak kagak tahu aje gadis berkerudung lebar begono, mana mau salim, najis vroohh ...," seloroh Alan yang kemudian menjadi tontonan mahasiswa di kelasnya.

Ammar yang melihat pertunjukan itu geleng-geleng. Alan kembali ketempat duduknya, sedang Andre duduk di dekat Agatha yang kebetulan kosong, si pemilik belum datang.

Andre duduk menghadap samping, menatap gadis berkerudung lebar itu dengan menopang sebelah kepalanya miring.

Sedang gadis yang ditatap seperti itu merasa risih dan menggeser kursinya agar lebih jauh.

"Andre!" Ammar memanggil.

Andre menoleh sekilas, lalu balik lagi.

"Kenapa?"

Agatha tak mengerti pertanyaan Andre yang spontan. "Apanya kenapa?"

"Kenapa nggak mau salaman sama gue?"

Agatha menampilkan bulan sabitnya yang kemudian membuat fokus Andre buyar, bahkan sampai melupakan pertanyaannya sendiri.

"Maaf yah," nadanya lembut. "dalam agama kita melarang bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram? Eh, kecuali kamu beda agama sama aku."

Deg. Ada gelenyar aneh di kerongkongan Andre, ada sesuatu yang menggelitik hatinya, jiwanya merasa tertampar namun sedikit. Ya, hanya sedikit.

Andre mengangguk seolah dirinya paham, padahal ia tidak mengerti penjelasan gadis di depannya ini, hanya saja ia terlalu gengsi, terlebih senyumnya yang mebius ingatan Andre dengan pertanyaannya sendiri, dan jangan lupa ada sesuatu yang berbeda di hati Andre saat bibir gadis itu mengucap 'kecuali kamu beda agama sama aku.'

Usai manggut-manggut karena pura-pura paham dan hatinya linglung, Pak Amrud memasuki kelas dan menegur Andre.

"Kembali ketempatnya."

Dimata kuliah yang di ampu oleh Bapak terkenal galak dan kumis tebalnya, tidak boleh ada mahasiswa yang pindah-pinda tempat duduk, agar konsisten katanya.

Maka sejak semester awal teman seangkatan Andre memang konsisten pada tempat duduknya meski bukan mata kuliah Pak Amrud, karena sudah terbiasa disiplin tempat duduk sejak awal perintah dari dosen galak tersebut.

"Loh, kok Bapak lagi?" seru Andre pura-pura kaget saat berdiri.

"Mata kuliah saya, kan empat SKS, dibagi dua, senin sama selasa."

"Oooo ...."

Andre kembali manggut-manggut, meng iyyakan kebenaran, berharap bapak tua di depannya ini lupa kalau tadi menyuruh Andre kembali.

"Andre! Saya suruh balik, kok malah duduk lagi?"

"Eh, iyya, Pak, lupa. Hehe."

Dengan berat hati, Andre berjalan ke arah kursi di belakang Ammar.

Kuliah berjalan seperti biasa, Bapak yang telah berumur itu menjelaskan lalu memberi latihan. Sebelum kelas usai pastinya ada oleh-oleh tugas untuk dikerjakan di rumah bagi yang tinggal dan dikerjakan di kos bagi yang ngkost.

Jangan tanya, Andre sudah pasti malas mengerjakan itu semua, terlebih Andre selalu tidak fokus pada ceramah panjang yang Pak Amrud sampaikan perihal rumus.

Hari ini, hanya ada satu mata kuliah, setelahnya bisa langsung pulang atau bagi yang rajin langsung mengerjakan tugasnya. Ammar contohnya.

"Pulang yuk, Mar," ajak Andre yang telah berdiri disamping Ammar yang masih fokus dengan buku-bukunya.

"Bentar lagi, aku selesaikan dulu."

"Eh, Ammar, ini gimana si? Kok gue bingung rumusnya pake yang mana? Kebanyakan." Alice menyela Andre, mengalihkan fokus Ammar.

Kala itu, gadis yang duduk di depan Alice ikut nimbrung. Seperti biasa, mereka bertiga berdiskusi perihal rumus yang mungkin tidak dipahami salah satunya, atau bahkan harus dipahami ketiganya dan mencari jalan keluar sama-sama.

"Enak ya, jadi lo, Mmar. Dikerumunin bidadari uy," seloroh Andre.

Dikelas sudah tidak banyak anak-anak, hanya sebagian yang memilih ngobrol yang condong pada ghibah dan pasti sipelakunya cewek, atau seperti Ammar, memilih mengerjakan tugas segera.

Ammar mengabaikan Andre, sedang kedua gadis di depan Ammar melirik sekilas lalu abai.

"Yaelah, udah kaya bodyguard aje gue jagain anak orang takut macem-macem," kelakar Andre lagi.

Netra Andre terusik pada gadis berhijab itu, seketika Andre ingat gadis bernama Agatha yang juga berhijab lebar seperti gadis di depannya ini.

"Eh, lo siapa namanya sih?"

Abai. Kecewa. Andŕe dianggap patung bersuara.

"Eh woy, ello, cewek berhijab coklat."

Gadis yang dimaksud Andre melihat warna pakaiannya kemudian menatap Andre. "Aku?" Tunjuknya pada diri sendiru.

"Iyya, lo. Mana ada lagi cewe berhijab warna coklat." Gadis itu tertawa kecil.

"Bedain Andre, ini mocca bukan coklat. Paham warna nggak sih lo?" Alice menyangkal.

"Ya, sama ajalah."

"Kayaknya, kamu harus balik ke TEKA lagi deh, And. Haha ..."

Fokus Ammar ternyata buyar karena Andre. Sudah biasa sebenarnya seperti ini, kesal tapi Ammar tahan, jadi berujunglah dia ikut menikmati ke-absurdan yang tercipta oleh Andre.

"Diem, lo. Gue kasih tahu rahasia lo baru tau rasa."

"Rahasia apa? Perasaan aku tidak punya rahasia."

"Oh, nggak ada lo bilang? Oke gue kasih tahu. Eh lo, siapa sih nama lo?"

"Manda." Alice bantu menjawab.

"Oh, Manda, lo tahu? Ammar itu suka sama lo."






Yuk di komen gimana ceritavini sampe sini?

Greget ga?

Ada yang bikin kesel gak sih?

Atau ada yang bikin senyum-senyum sendiri?

Andrenata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang