Bab_ 25🅰

35 10 1
                                        

Usai perdebatan motor siapa yang akan dipakai untuk mudik, keduanya langsung melesat menjauhi hiruk pikuk kota Surabaya, membelah jalan beraspal, berdamai dengan angin petang yang masih segar, tak lupa langit gelap kebiruan menjadi pelengkap perjalanan mereka.

"Berapa jam perjalanannya, Mar?" Tanya Andre setelah mereka hampir sampai di jembatan terpanjang se-Indonesia.

"Tiga Jam perkiraan kalau tidak ada kendala di jalan," ucap Ammar lebih kerasa agar suaranya yang terbawa angin tetap terdengar di telinga Andre.

Andre sedikit kaget, ia kira akan menempuh perjalanan satu sampai satu setenga jam, pasalnya mereka memakai motor. Tiga jam itu bukan waktu yang sedikit dan dengan kecepatan yang Ammar gunakan pasti jalannya cukup jauh. Alamat punggung remuk, bathin Andre.

"Dengan kecepatan seperti ini masih menempuh perjalanan tiga jam?" Ammar mengangguk.

"Kalau mau santai ya, sekitar empat jam perjalanan. Kenapa? Aku terlalu cepat bawa motornya?" Teriakanya tapi masih mempertahankan kelembutannya. Sesekali bibir Ammar ia basahi dengan solawat mengharap syafaat dalam perjalanan pulangnya.

"Enggak," balas Andre berteriak.

Roda unta besi milik Ammar telah memasuki gerbang pembatas antara tol dan jembatan. Ya, tujuan keduanya adalah pulau madura yang sekarang untuk menyeberangi lautan tak perlu menggunakan kapal laut.

Jembatan terpanjang di Indonesia yang dikelola oleh PT Jasa Marga untuk melintasi selat Madura memiliki panjang 5438 m dengan lebar 30 m. Jembatan ini di desain denga Jembatan kabel pancang.

Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor seperti dirinya dan Ammar yang kini bejalan di sisi luar jembatan.

Jembatan ini dilengkapi lampu di sepanjang jalan hingga menambah kesan keindahan. Ini pengalaman pertama Andre melewati jembatan ini dan dibuat terperangah. Dirinya seperti terbang diatas luasnya lautan.

Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Sayangnya Andre mendustakan nikmat Tuhan, ia lupa siapa yang mencipta keindahan dan sang maha pemilik sifat keindahan itu sendiri.

"Andre," seru Ammar saat mereka tepat berada ditengah-tengah jembatan yang menampakkan dengan jelas konstruksi cable stayed yang ditopang oleh menara kembar setinggi 140 meter.

Andre yang sempat tercengang melihat sekitarnya harus dipanggil beberapa kali oleh Ammar. Baru pada panggilan ke-empat Andre merespon.

"Hmm ..."

"Kamu kenapa tiba-tiba pengen belajar solat?"

Andre menceritakan kisahnya yang kemarin bertemu anak kecil. Ia malu, malu terlebih diusia yang sudah banyak ia sia-siakan. Entah mengapa anak kecil itu mampu membuat perubahan pada diri Andre.

Setelah jembatan itu menjauh dari pandangan, Andre merenggangkan otot-otonya, mengulas kembali ingatan yang merekam indah suatu jembatan dan hamparan laut yang baru saja dilewatinya.

"Lo tiap mudik lewat jembatan ini, Mar?" Ammar mengangguk. "Bagus yaa ..." lagi-lagi hanya dijawab anggukan oleh Ammar dan membuat kesal Andre.

"Lo biasanya bawel ini, kenapa sekarang cuma ngangguk-ngangguk doank?"

"Kalau aku ngomong harus teriak-teriak dan itu butuh tenaga," teriak Ammar.

Keduanya sudah berada dikawasan kota Bangkalan, memakan sekitar satu jam lebih hampir dua jam untuk menghabiskan jalan di kota Bangkalan, setelahnya unta besi akan memasuki kawasan kota Sampang.

Andrenata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang