Sembilan belas

408 37 6
                                    

~Balas dendam bukan solusi untuk menyelesaikan masalah

Sudah seminggu Tata dan Fariz tidak saling menyapa, baik di sekolah ataupun chatt dan telepon. Tata sudah bersusah payah untuk menahan keinginannya yang ingin menyapa, mengechatt atau menelpon Fariz. Ia lakukan karena paksaan Yanda dan Fany yang menyuruhnya untuk berusaha move on dari Fariz. Namun pada kenyataannya nihil.

Semakin Tata berusaha menjauh dari Fariz semakin berat rasanya meninggalkan dan melupakan Fariz. Sebenarnya Raffi sahabat Fariz sudah mencoba mengechatt Tata dan menanyakan apakah Tata dan Fariz ada masalah, namun Tata bilang bahwa Tata mempunyai keinginan untuk menjauh dari Fariz. Bahkan Raffi sudah mati-matian untuk membujuk Tata kembali, namun tekad Tata begitu kuat meski bukan 100%.

*****
Bel pulang sekolah telah berbunyi sekitar 20 menit yang lalu. Tata masih duduk berdiam diri sambil memainkan ponselnya dihalte sekolah. Sebenarnya Tata merasa kesal, karena supir pribadinya Pak Udin yang bilang bahwa akan menjemput Tata terlambat. Entahlah mungkin Pak Udin ada urusan lain. Yang jelas Tata merasa bosan.

Angkot sudah berlalu lalang semenjak tadi, bahkan beberapa kenek supir mengajak Tata untuk menjadi penumpangnya, namun karena Tata trauma, ia mengurungkan niatnya untuk naik angkot walaupun ia ingin segera pulang ke rumahnya.

"Duhh Pak Udin kapan sih nyampenya?" Kesal Tata sambil kembali mengecek ponselnya siapa tahu Pak Udin mengabarinya. "Mana baterai hp gue tinggal dikit lagi."

"Tau kayak gini tadi-tadi gue nebeng sama Fany." Kesal Tata sambil menghentak-hentakan kakinya saat menunggu Pak Udin menjemputnya.

Tin tin...

Tiba-tiba ada suara klakson motor yang langsung membuat Tata menengok ke arahnya. Terlihat seseorang yang menggunakan helm full facenya diatas motor sportnya berhenti di depan Tata.

"Naik." Titahnya pada Tata. Sedangkan Tata masih tidak berkutik. Ia tidak menyangka jika laki-laki yang menyuruhnya naik adalah Ezra. Seseorang yang pernah menyukainya di sekolahnya dulu bahkan semenjak Tata mulai menjauh dari Fariz, Ezra terus menerus mengechattnya, menelponnya atau bahkan Ezra menjemputnya pulang sekolah, padahal jarak antara sekolah Tata dan Ezra cukup jauh. Begitu pula dengan Tata yang selalu menolak tawaran Ezra.Larut dalam lamunannya akhirnya Ezra turun dari motornya menghampiri Tata yang masih bengong.

"Buruan, gak usah banyak mikir." Ucap Ezra dihadapannya. Tata pun sontak terkejut mendapati Ezra yang sudah ada di hadapannya.

"Ng-nggak usah deh, gue nunggu supir gue aja," Tolak Tata pada Ezra "Btw makasih ya."

"Gak ada penolakan. Udah cukup perasaan gue yang ditolak Ta, kali ini lo ikut gue ya." Pinta Ezra memohon.

Ada perasaan tidak enak dalam hati hati Tata yang sulit di mengerti. Entah Tata tidak enak karena merasa kasihan pada Ezra karena selalu ditolaknya baik itu tawaran pulang bareng ataupun perasaan cintanya pada Tata, entah perasaan tidak enak akan ketakutan suatu hal. Mungkin itu hanya perasaannya saja. Hingga akhirnya Tata menganggukan kepalanya pertanda mau. Tata segera mengetikan pesan kepada Pak Udin untuk tidak menjemputnya sekalian bilang kalau ia ikut pulang bersama temannya.

Setelah Tata menaiki motor sport Ezra, Ezra segera menancap gas motornya. Di atas motor, Tata hanya memegang kaku bahu Ezra. Ia tidak berniat untuk memegang pinggang Ezra atau sampai memeluknya.

"Mmm Ezra, rumah gue nanti pas ada pertigaan di depan belok kiri ya." Ucap Tata sedikit teriak mengingat Ezra memakai helm yang akan sedikit mengganggu pendengarannya. Ezra hanya mengangguk mengiyakan.

"Loh loh, Zra, rumah gue arahnya bukan ke sini, belok kiri pas pertigaan tadi kelewatan," Teriak Tata pada Ezra. Namun Ezra hanya diam saja tanpa menjawab Tata. Sekali lagi Tata menepuk pundak Ezra. "Zra rumah gue arahnya bukan ke sini." Namun Ezra masih diam dan menambah kecepatan motornya.

Sweet coldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang