Dua puluh satu

363 41 19
                                    

~ Hilangmu adalah resahku, jadi jangan pernah menghilang tanpa kabar dan membuatku resah.

"Jadi gimana rencana lo Riz?" Tanya Reygan penasaran. Fariz sempat berpikir sejenak sambil sesekali memainkan bibirnya.

"Kita tanya satpam sekolah." Jawab Fariz. Ketiga sahabatnya hanya mengerutkan alisnya saat mendengar penuturan Fariz.

"Maksud lo Mang Jana?" Tanya Raffi. Fariz mengangguk membenarkan perkataan Raffi.

"Ohh gini ya Riz, lo udah miskin? Sampe-sampe lo mau lamar kerja gantiin Mang Jana?" Tanya Garan dengan polosnya. Fariz menghembuskan nafasnya kasar karena kesal akan perkataan Garan. Sedangkan Raffi dan Reygan memutar bola matanya.

"Eh curut! Kekayaan Fariz gabakalan punah 7 turunan kali." Bentak Raffi karena kesal.

"Mulai lagi otaknya geser." Ucap Reygan.

"Heh lo jangan ngatain gu... " Ucapan Garan terpotong saat Fariz membekap  mulut Garan dengan tangannya.

"Kalo kayak gini lama! Gue khawatir sama Tata! Gak usah bikin lelucon!" Bentak Fariz. Garan yang kehabisan pasokan oksigen dengan sekuat tenaga menghempaskan tangan Fariz. Dan siapa yang berani melawan Fariz jika sudah membentaknya begini.

"Gue yakin pas Tata pulang sekolah Mang Jana masih disana, secara Mang Jana kan pulangnya sore. Jadi kita tanyain dia siapa tau dia liat Tata." Ucap Fariz memperjelas. Reygan, Raffi dan Garan mengangguk paham.

"Tapi kita kan gak tau alamatnya ataupun no hp nya." Jawab Reygan.

"Itu dia masalahnya." Jawab Fariz sambil berpikir.

"Gue ada nomor Mbak Ijah!" Ucap Garan. Ngomong-ngomong Mbak Ijah adalah salah satu Ibu kantin yang jualan di sekolah Fariz dan kawan-kawan. "Kita tanyain aja sama Mbak Ijah, kan Mang Jana suka bantuin Mbak Ijah buat ngisi ulang air galon. Siapa tau Mbak Ijah punya no hp Mang Jana." Lanjutnya.

"Serius lo punya no Mbak Ijah? Kenapa lo bisa punya no Mbak Ijah?" Tanya Raffi penasaran.

"Hehe soalnya anaknya yang suka bantuin Mbak Ijah di kantin cantik, mau gue gebet, kan deketin dulu Emaknya hehe." Kata Garan sambil nyengir kuda. Reygan dan Raffi hanya melongo mendengarnya.

Setelah mendapatkan alamat Mang Jana, ketiga cowok itupun langsung melesat menuju rumahnya. Tentunya setelah Garan meminta no hp Mang Jana kepada Mbak Ijah dan menanyakan alamat rumahnya pada Mang Jana.

Sesampainya di rumah Mang Jana.

"Jadi Mang Jana nggak liat Tata?" Tanya Fariz.

"Aduh kumaha nya, mungkin Mamang teh liat, cuma kan si Aa tau kan murid di sekolah teh banyak. Jadi Mamang teh gatau si Aa nyari cewek yang mana." Ucap Mang Jana dengan logat sundanya, karena Mang Jana memang orang asli Bandung yang merantau di Jakarta.

Fariz pun mengacak rambutnya gusar. Ia sudah sangat khawatir akan keadaan Tata.

"Atau Mamang liat nggak cewek yang terakhir pulang sekolah gitu? Soalnya Yanda bilang Mang Udin jemput Tata nya telat." Kata Reygan.

"Bentar, Mamang inget-inget heula nya," Mang Jana segera mengingat-ingat kejadian disekolah. "Ah, kayaknya Mamang liat cewek yang terkahir pulang teh nunggu di halte depan sekolah, kulitnya putih, cantik, hidungnya mancung, ya pokonamah geulis weh. Jigana mah yang itu yang si Aa maksud teh. Terus dia teh kayak nungguin jemputan gitu, terus Mamang liat teh si cewek yang ituteh naik ke motor dibonceng sama laki-laki tapi kayaknya laki-laki na teh bukan sekolah di sekolah kita karena seragam sekolahnya beda."

Fariz mengepalkan kedua tangannya hingga kukunya memutih. Sepertinya pikiran Fariz jatuh kepada seseorang. Ia ingat ketika Tata dipaksa oleh seseorang saat akan pulang sekolah di depan gerbang, dan saat itu Fariz mengaku sebagai pacar Tata. Ya, pikiran Fariz jatuh kepada Ezra.

Sweet coldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang