This Is My Life 7

414 23 0
                                    

Aku lalu duduk di samping bunda, entah kenapa, perasaanku agak berbeda kali ini. Wajah ayah, bunda, serta kak Ahsan sangat terlihat serius.

"San, ambil barang bunda yang tadi, Nak!" perintah bunda pada kak Ahsan.

"Iya, bund." jawabnya lalu berlenggang ke dapur.

"Sayang, ayah sama bunda minta maaf, ya. Kamu pasti kecewa 'kan?" pertanyaan yang membuatku bingung.

Ayah sama bunda kenapa, sih? Kok, jadi aneh gini?

Satu
Dua
Tiga

"Suprise!" seru mereka kompak dengan kedatangan kak Ahsan yang memegang sebuah kue ulang tahun.

Astaga, ternyata hari ini adalah ulang tahunku. Bagaimana bisa aku lupa, hari ini usiaku genap 17 tahun.

Ayah, bunda serta kak Ahsan ternyata tidak lupa, sedangkan aku yang ulang tahun malah lupa. Maklum, udah tua ... hehe ...

"Duh, adekku ini. Udah tua rupanya," ujar kak Ahsan sambil mencubit kedua pipiku.

"Tua? Tuh mata kayaknya harus diperiksa deh, kak. Orang umur Al, baru 17 tahun kok," balasku.

"Udah, kalian ini. Kalau udah ketemu, batantem terus. Giliran dipisah, malah rindu. Ada-ada saja," ucap ayah menggelengkan kepala melihat tingkah kami.

Aku dan kak Ahsan hanya cengengesan mendengar ucapan ayah.

"Oiya, Nak! Karena hari ini ulang tahunmu, jadi bunda ingin minta sesuatu." ujar bunda menatapku serius.

"Bunda pengen sesuatu, tapi bunda tidak akan memaksamu, Nak. Tapi, bunda mohon pertimbangkan keputusan ini nanti," sambungnya.

"Eh, bentar deh, bund. 'Kan Al yang ulang tahun, kok malah bunda yang minta sesuatu. 'Kan aneh," sergahku namun dengan nada lembut.

"Sayang, keputusan ini kami buat demi kebaikanmu," ucap ayah.

Aku memandang ayah dan bunda bergantian. Berbeda dengan kak Ahsan yang tadi hanya diam, menyimakku dan bunda berbicara.

"Emang ada apa, yah? Bunda?" tanya kak Ahsan yang mulai angkat suara.

"Jadi gini Nak," bunda menghela nafas panjang, "Al, sudah bunda jodohkan dengan anak temannya bunda. Jadi, bunda ingin tau apakah Al menerimanya atau tidak?"

"Jadi, maksud bund ...,"

"Bunda sama ayah kok, tega sih. Al itu masih terlalu muda, lagipula Al juga ingin kuliah dan membuat ayah dan bunda bangga," jelasku yang memotong ucapan kak Ahsan.

"Tapi, Nak. Ini demi kebaikan kamu, ayah dan bunda juga sudah bangga sama kamu, sayang. Jadi, bunda mohon pertimbangkan semua ini. Bunda sudah janji," jelas bunda lirih.

"Sebelumnya bunda itu harus minta pendapat Al dulu, bunda. Bukan langsung beri janji sama orang lain," tegasku lalu meninggalkan mereka di ruang keluarga.

Ku berlari menaiki tangga, menuju kamar dan menangis. Kenapa, sih bunda sama ayah pake acara ngejodohin segala. Lagi pula, aku juga masih ingin kuliah, kerja dan membanggakan mereka.

Bagiku, ayah dan bunda adalah orang tua yang tidak peduli dengan anaknya sendiri. Kenapa harus menjodohkanku dengan orang yang tidak ku kenal sama sekali, sungguh mengecewakan.

Tok ... tok ...

"Dek, kamu di dalam kamar, ya?" tanya kak Ahsan di balik pintu.

"Ngapain sih, kak datang ke sini," ujarku membuka pintu.

"Kakak boleh masuk, ngga?"

"Ngapain nanya coba, orang kak San udah masuk juga," jawabku lalu duduk di atas tempat tidur.

"Gini dek, dengerin kakak baik-baik ya. Setelah itu kamu boleh milih untuk terima atau enggak perjodohan ini," jelasnya yang juga duduk di sampingku.

"Ayah sama bunda jodohin kamu, itu karena tidak selamanya kamu akan berada disisi ayah dan bunda terus, dek. Suatu hari nanti, mereka akan pergi. Kalau kamu harapin kakak, jangan sampai kamu malah kecewa sendiri, dek. Bagaimana jika suatu saat nanti, kami bertiga sudah tidak ada. Siapa yang akan menjagamu?" jelas kak Ahsan sambil mengusap air matanya.

Karena sedih, akupun langsung memeluk kak Ahsan. Sekarang aku mengerti, ayah dan bunda sangat sayang padaku. Mereka hanya takut, jika mereka nanti pergi siapa yang akan jagain aku.

***
"Bunda, Al minta maaf, ya? Al tau, ini semua ayah dan bunda lakukan demi kebaikan Al, sendiri. Maaf," ucapku lirih.

"Ngga papa, Nak! Ayah dan bunda ngerti kok, bunda juga ngga maksa Al untuk terima perjodohan ini," ujar bunda memelukku.

"Iya, Nak. Kami tidak memaksamu untuk menerimanya," timpal ayah mengelus lembut kepalaku yang tertutupi hijab.

"Al, terima perjodohan ini yah, bunda. Al yakin, pasti pilihan ayah dan bunda baik." ucapku melepas pelukannya.

This Is My Life [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang