This Is My Life 21

284 13 1
                                    

Kini waktu menunjukkan pukul 4.45 pagi, aku bangun dan bersiap untuk sholat. Setelah selesai membersihkan diri, akupun membangunnya.

"Rey, bangun dong. Udah subuh nih, 'kan hari ini kita bakalan balik ke Indonesia."

Hari ini kami akan kembali ke Indonesia, karena sudah tiga hari berada di London.

"Hoamm," suaranya baru bangun.

"Tuh mulut, kalau nguap ditutup. Entar lalat masuk," ucapku terkekeh, "Mending lalat deh, dari pada setan 'kan?"

"Iya, iya. Perempuan mah selalu benar," ucapnya cemberut, sambil berjalan menuju kamar mandi.

Aku yang melihat ekspresinya itu, hanya mampu tersenyum. Beberapa saat kemudian, ia pun keluar dengan kondisi rambut basah akibat berwudhu.

"Bener deh kata orang," ucapku.

"Bener apanya?" tanyanya sambil membentangkan sajadah.

"Kalau laki-laki habis wudhu, terus airnya netes dari rambutnya. Gantengnya masya Allah," jawabku tersenyum.

"Iya dong, suaminya siapa dulu, coba?"

"Aku!" seruku dengan girang.

"Udah, yuk kita sholat!" ajaknya dan aku hanya mengangguk.

Kami pun melaksanakan sholat, setelah itu aku turun untuk sarapan.

***

Setelah selesai sarapan, aku dan Rey bersiap-siap untuk berangkat ke bandara. Ya, hari ini kami akan kembali ke tanah air. Meskipun hanya tiga hari di London, tapi sudah rindu rumah aja.

Di tengah perjalanan, pikiran anehnya muncul lagi.

"Sayang." Panggilnya dengan manja.

"Hmmm," balasku.

"Kita honeymoon, yuk!" ajaknya.

"Honeymoon? Ke mana?" tanyaku.

"Ke Paris, atau ke mana aja gitu. Terserah kamu aja deh," balasnya.

"Nggak usah ke mana-mana, lagian bangak virus corona."

"Hm, virus corona di mana-mana, akulah yang merana. Capek deh," ucapnya.

"Ntar di rumah aja, honeymoonnya ya?"

"Iya deh, sayang."

Sekilas percakapan kami di dalam pesawat, hingga akhirnya kami mendarat.

"Alhamdulillah, sampai juga akhirnya."

"Iya, alhamdulillah."

Kami segera memesan taksi, bisa saja aku menyuruh orang untuk menjemput kami. Tapi, aku malas untuk menghubunginya.

Setelah sekitar hampir setengah jam kami di perjalanan, kini sampai juga di rumah. Segera kurebahkan tubuh ini, rasanya badanku sudah tertimpa beribu-ribu bangunan. Lelah dan capek.

***

"Sayang, bangun. Hei," ucapnya lembut membangunkanku.

"Sudah jam berapa sekarang?" tanyaku dengan suara khas bangun tidur.

"Udah pukul 14.45 sayang," jawabnya.

"Astagfirullah, kenapa nggak bangunin aku dari tadi, Rey? 'Kan aku belum sholat zuhur," ujarku lalu segera bangkit.

"Maaf, tadi aku lihat kamu kayaknya capek banget. Jadi, nggak tega."

"Hmm, nggak papa. Ya udah, aku sholat dulu, ya?"

"Iya, sayang."

Aku pun segera naik menuju kamar. Sesampainya di kamar, aku langsung berwudhu dan melaksanakan sholat. Selesai sholat, aku langsung turun menemui Rey yang sedang duduk santai di ruang tamu.

"Rey!" seruku, ia pun menoleh.

"Iya, ada apa sayang?" tanyanya.

Tapi sebelum menjawab, aku terlebih dahulu di sampingnya.

"Hm, gini nih," ucapku, "Udah satu tahun lebih, aku belum pernah bertemu dengan mama Anita. Jadi, bagaimana kalau kita ke rumah mama, besok?"

"Ide bagus, tuh. Aku juga rindu sama mama. Jadi, besok kita akan ke rumah mama, oke?"

"Oke," balasku dengan mengangkat ibu jari.

***

Keesokkan harinya ....

"Rey, udah siap belum, sih? Lelet amat. Udah kayak jaringan internet aja, deh." Kesalku.

Pasalnya sudah hampir setengah jam, dia tak kunjung keluar. Kalau gini, perempuan mah kalah. Biasanya 'kan, perempuan yang lama dandannya. Lah, ini malah kebalikannya.

"Lama ya, nunggunya?" tanyanya menghampiriku.

"Nggak lama, kok. Cuman satu abad doang!" ketusku.

"Maaf," balasnya cengengesan.

Aku hanya memutar mata malas, sungguh menyebalkan.

"Udah, nggak usah marah. Entar cantiknya luntur," ucapnya diakhiri kekehan.

"Gombal itu mulu deh, perasaan. Nggak ada yang lain, apa?"

"Ada, kok."

"Apaan?"

"Dengerin ya!"

"Antara bintang sama bulan, mana yang lebih terang?"

"Bulanlah," jawabku yakin.

"Betul, tapi bulan terang untuk langit malam. Sedangkan kamu terang untuk hati aku," ucapnya tersenyum.

"Bagus sih, tapi nggak nyambung."

"Lah, nggak nyambung gimana?"

Aku hanya mengangkat kedua bahuku.

"Ya udah, kita berangkat sekarang aja, ya? Udah agak siang juga soalnya," ucapnya mengalihkan pembicaraan.

"Iya, ayo!"

This Is My Life [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang