Mendengarku muntah-muntah, Rey segera bangun dan menyusulku.
"Yang, kamu kenapa?" tanya risau sambil menekan-nekan punggungku.
"Nggak tau nih, kepalaku agak pusing dan ingin muntah terus."
"Kita ke Dokter, sekarang!" titahnya.
"Tapi--...."
"Tidak ada penolakan, oke!" tegasnya.
Nyaliku tiba-tiba menciut mendengar penuturannya, aku hanya bisa mengangguk sambil menundukkan kepala.
"Biar kugendong, oke!"
"Hmm."
Ia pun mengendongku ala bridle style. Entah gaya apa itu, tapi tubuhku serasa melayang.
Tubuhku terasa lemah, dan hampir saja ambruk. Untung sudah dalam gendongannya, kalau tidak entah apa yang terjadi.
"Kamu duduk, dan jangan banyak gerak. Nanti malah tambah pusing," ucapnya memakaikan sabut pengaman.
"Hmm," balasku.
Ia pun melajukan mobil dengan kecepatan agak tinggi, membuatku sedikit kaget.
"Astagfirullah, Rey. Pelan-pelan dikit, dong. Kalau kamu nyetirnya kayak gitu, bisa-bisa bukan hanya aku yang dibawa ke rumah sakit, tapi kita berdua." Kesalku.
"Hmm," balasnya.
Hal itu membuatku mendengus kesal, pasalnya sejak tadi dia tak mengindahkan ucapanku.
"Rey, ih pelan-pelan."
"Bentar lagi sampai kok, sayang. Kamu sabar ya," ucapnya.
"Huft, iya deh."
Kini aku diam. Percuma ngomong, nggak bakalan didengerin ama dia.
Beberapa menit kemudian, kami pun sampai di rumah sakit. Aku dan dia segera turun, ia merangkul dan membantuku berjalan.
Dia mulai membuka pintu, detik berikutnya kami sudah berada di ruang seorang Dokter.
"Bagaimana kondisi istri saya, Dok?" tanyanya khawatir.
"Begini Dokter Reyhan, istri anda baik-baik saja. Tapi, saya agak bingung."
"Bingung kenapa ya, Dok?"
"Anda 'kan juga seorang Dokter, masa tidak tau apa yang dialami istrinya." Dokter itu tersenyum dengan senyuman yang sulit diartikan.
"Maksud Dokter, apa?" tanyanya penuh selidik.
"Selamat pak, istri anda hamil. Usia kandungannya sudah memasuki dua minggu, jadi jaga dan awasi istri bapak. Nanti akan saya berikan vitamin," ujar Dokter itu.
"Anda serius 'kan, Dok? Hasilnya nggak salah atau ketukar?" tanyanya memastikan agar kejadian masa lalu itu tidak terulang lagi.
"Iya pak, dan kalau anda masih ragu, silahkan cek sendiri."
Setelah mendengar itu, ia langsung menemuiku. Wajah terlihat sangat bahagia, dengan senyuman yang tak pernah pudar dibibirnya.
"Rey, Dokter bilang apa?" tanyaku.
"Hmm, gimana ya?" ucapnya yang membuatku penasaran.
"Apa? Aku penasaran nih," ujarku.
"Kamu ... hamil, sayang."
"Bentar, kamu nggak lagi bohong 'kan? Ayolah, Rey! Jangan becanda deh," ucapku masih belum percaya.
"Bener sayang," balasnya meyakinkan.
"Demi monyet jadi gorila, kamu nggak becanda 'kan?"
"Iya, mana mungkin aku bohong. Kabar baik gini dibecandain."
"Alhamdulillah, akhirnya ...."
"Akhirnya apa?"
"Dapat amanah," jawabku cengengesan.
"Iya, alhamdulillah. Jadi, mulai sekarang kamu nggak boleh nge-bantah perintahku," tuturnya memperingati.
"Asyiap Bossku," balasku sambil hormat ...
***
Andai bunda sama ayah disini, pasti mereka akan bahagia. Terlebih dengan kak Ahsan, dia pasti akan sangat memanjakanku. Meski tidak kurang dari apa yang telah Rey lakukan selama ini, dan itu sudah lebih dari cukup.
Kini, lengkap sudah keluarga kecilku. Ada aku, Rey dan si Junior ...
Setelah pulang dari rumah sakit, Rey langsung membeli semua perlengkapan bayi. Ya Allah, baru juga dua minggu. Emang aku lahirannya besok, apa? Dasar suamiku.
Semua barang sudah lengkap, kini Rey beralih menelpon mama dan papa untuk memberikan kabar baiknya.
"Halo, assalamualaikum Ma."
"..."
"Bentar lagi, Rey bakalan jadi papa, ma."
"..."
"Iya, Ma. Al hamil, dan sekarang kami ada di toko perlengkapan bayi."
"..."
"Nggak juga sih, tapi untuk persiapan doang. Supaya nggak usah repot-repot nantinya."
"..."
"Iya, ma. Kami tunggu, assalamualaikum."
Panggilan segera ia matikan, setelah itu masuk kemobil dan pulang.
Jalanan siang ini tampak begitu ramai, namun tidak mengakibatkan kemacetan. Selang beberapa menit, kami sudah sampai di rumah. Di sana sudah ada mama, papa, dan juga si rempong Nadia.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is My Life [Completed]
RomanceNamaku Gilbriani Mad Husna Alfatih, seorang gadis blasteran Indonesia-Inggris. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki, bernama Muhammad Ahsanillah Alfatih. Ayahku seorang pengusaha berkebangsaan Inggris, sedangkan bunda juga seorang pengusaha,namun b...