This Is My Life 8

385 22 0
                                    

Karena setuju, bunda pun meminta temannya itu untuk datang besok. Agak gugup, tapi segera ku buang jauh-jauh perasaan itu.

Karena mereka datang besok, hari ini bunda membuat banyak cemilan untuk mereka. Mau tidak mau, aku harus membantu. Kak Ahsan bilang, supaya calon sama ibu mertuaku merasakan masakan menantunya.

Menantu? Orang aku belum nikah sama tu orang. Kak Ahsan ada-ada saja.

***

Keesokan harinya....

Ayah dan bunda sudah bersiap-siap di ruang tamu, sedang aku tengah berada di dalam kamar. Suruh siap-siap, dandan yang cantik. Apa ngga salah dengar? Seorang Gilbriani Mad Husna Alfatih, disuruh dandan. Pake lipstik pun tak pernah, jangankan pake liat aja udah mau muntah.

Tok ... tok ...

"Bentar," ucapku berjalan menuju pintu kamar, ternyata kak Ahsan.

"Kenapa, kak?" tanyaku.

"Ngga papa, kok. Cuma pengen liat adek tersayangnya kakak, doang." Senyumnya mengembang menampakkan sederet gigi putihnya.

Aku hanya ber'oh'ria, lalu kembali ke meja rias.

***

Di ruang tamu, ayah dan bunda sudah tak sabar menantikan kedatangan merekan.

Tiba-tiba....

Tok ... tok ...

Segera bunda melangkah menuju pintu utama, saat pintu terbuka menampakkan seorang wanita dengan pria paruh baya.

Ternyata itu teman bunda dan suaminya. Tante Anita Dirgantara dan om Bram Dirgantara, itu nama mereka.

"Eh, Cabe datang. Yuk, masuk!" seru bunda mempersilahkan.

"Bunda, Cabe itu...,"

"Calon besan, Yah."

Mereka hanya tersenyum mendengar penuturan bunda. Saat mereka masuk, ada laki-laki yang mengekor dibelakang. Pasti itu anaknya, menurut kak Ahsan, sih.

Setelah, melihatku di kamar tadi, kak Ahsan langsung turun ke bawah.

"San, panggilin Al, Nak!" perintah ayah.

Kak Ahsan pun mengangguk, lalu berjalan ke atas menuju kamarku.

Setibanya di depan kamar, ia langsung masuk dan memberi tahu bahwa teman anaknya bunda sudah datang.

"Dek, turun gih. Calonmu nungguin, tuh. Kasian lho," godanya padaku.

"Kakak apaan, sih. Biarin aja," ujarku malas.

"Ayah yang minta kamu turun, dek. Lagian kamu 'kan udah setuju," ucapnya mengingatkan.

Aku hanya mampu menghela nafas panjang, lalu mengekor dibelakang kak Ahsan.

***
"Calon mantu mama cantik ya, pa?" ucap tante Anita yang memandangku, sedang om Bram hanya mengangguk.

Aku hanya tersenyum simpul, sambil menunduk. Bukannya malu, tapi karena begitulah ajaran yang selalu di ajarkan orang tuaku, meski terkadang hanya sebuah nasehat kecil.

"Baik, kedatangan kami ke sini ingin melamar nak Al untukjadi menantu kami," jelas om Bram.

Aku melihat ayah dan bunda bergantian, ku lihat wajah mereka mengisyaratkan agar aku menerima lamaran itu.

"Iya, saya terima lamarannya," ucapku menunduk.

"Alhamdulillah." Serentak mereka berucap.

"Sebaiknya, kita biarkan mereka untuk saling mengenal. Tapi, San akan tetap di sini. Karena Al dan Rey belum mahrom," ucap ayah yang diangguki semuanya.

Kini, hanya ada aku, kak Ahsan dan dia. Kok, bisa ya? Aku menikah dengan orang yang bahkan namanya saja tidak ku ketahui.

"Ekhmm," dehem kak Ahsan membuyarkan lamunanku.

"Ngga ada yang mau kenalan, gitu?" tanyanya menaik-turunkan alisnya seraya menatapku.

"Kenalin, nama gue Reyhan Putra Dirgantara. Panggil aja Rey," ujar tersenyum.

Aku hanya mengangguk.

"Oiya Rey, kenalin gue kakaknya Al. Muhammad Ahsanillah Alfatih. Bisa panggil Ahsan atau San," balas kak Ahsan menjabat tangannya.

"Dan ini adek gue satu-satunya, Gilbriani Mad Husna Alfatih. Lo bisa panggil Al," sambung kak Ahsan, sedangkan dia hanya tersenyum.

***
Hari pernikahanku tinggal 3 hari lagi, dan hari ini kami akan pergi ke butik mengambil gaun pengantin.

Sengaja ku pilih warna hitam, karena itu adalah pakaian yang disukai Rasulullah untuk para wanita.

Sedangkan pakaian Rey disesuaikan dengan gaunku, dan untuk para keluarga kedua mempelai ku pilih warna putih. Agar serasi antara hitam dan putih.

***
Hari yang ditunggu pun tiba, yaitu hari pernikahanku. Semua orang berkumpul di aula tempat diadakannya ijab kabul, sedang aku berada di kamar.

Pernikahanku dilaksanakan di rumah ayah sendiri, dan beliau jugalah yang akan menikahkanku tanpa perantara penghulu seperti pernikahan pada umumnya.

Kini waktu ijab kabul pun di mulai. Ayah dan Rey saling berjabat tangan.

"Reyhan Putra Dirgantara,"

"Ya, saya."

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putriku Gilbriani Mad Husna Alfatih, dengan maskawin seperangkat alat sholat dan lantunan surah Ar-Rahman di bayar tunai." Suara ayah lantang.

"Saya terima nikah dan kawinnya Gilbriani Mad Husna Alfatih dengan maskawin tersebut dibayar tunai," ucapnya mantap.

"Bagaimana saksi? Sah?"

"SAH!!"

Kini statusku berubah hanya dengan kata 'Sah'. Kini aku telah menjadi istri orang. Itu berarti, tanggung jawab ayah dan kak Ahsan berpindah padanya yang kini telah sah menjadi suamiku.

This Is My Life [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang