This Is My Life 24

262 13 0
                                    

Kicauan burung terdengar nyaring ditelingaku. Aku menggeliat dan meraba-raba samping tempat tidur, namun nihil sesuatu yang kucari ternyata tidak ada. Kubuka mata perlahan, dan benar saja suamiku tak ada di sampingku saat ini.

"Perasaan pas sholat subuh tadi masih ada deh, kok ngilang sih? Aneh banget," ucapku membatin.

Setelah itu, aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ya, emang mau apalagi? Dasar aku.

Selesai mandi, aku langsung merapikan semua. Mulai dari tempat tidur sampai diriku sendiri, lalu turun ke bawah.

"Pagi, Ma." Sapaku pada mama yang berada dimeja makan.

"Hei, pagi juga sayang. Kamu gimana? Udah enakkan?" tanyanya beruntun.

"Alhamdulillah, ma. Oiya, Rey mana? Kok nggak ada," ucapku celingukan mencari keberadaannya.

Mama maupun si rempong Nadia, tidak ada yang menjawab. Hal ini tentu membuatku heran, terlebih dengan si rempong Nadia. 'Kan nggak biasanya.

Cup

"Ada yang rindu nih, yee." ucapnya setelah mencium pipiku.

Malu? Jangan ditanya lagi, malu banget. Memang sih, Reyhan sering lakukan itu. Tapi bukan didepan mama apalagi Nadia. Mau ditaruh di mana nih, mukaku?

"Khmm, kita jadi obat nyamuk nih, ma." Kata Nadia sambil terkekeh.

"Udah Nadia, nggak usah godain kakak kamu. Lihat tuh, mukanya Al merah." Mama menimpali ucapan Nadia.

"Sungguh anak dengan ibunya. Subuh-subuh makan bolu, sungguh terlalu," gumamku.

"Kamu udah baikan sayang?" tanya Rey mengalihkan pembicaraan.

"Alhamdulillah, udah nggak papa kok, Rey."

"Alhamdulillah, deh kalau gitu."

"Oiya, ma. Papa kok dari kemarin nggak kelihatan?" sambungnya beralih menatap mama.

"Oh itu, papa lagi ada kerjaan di Surabaya. Mungkin lusa baru pulang," jawab mama.

Aku dan Rey hanya ber'oh'ria saja. Setelah itu, tidak ada lagi percakapan. Semua sibuk dengan sarapan masing-masing, tapi tidak dengannya. Kadang sesekali menyuapi, duh jadi malu sendiri.

Setelah sarapan, kami semua kumpul di ruang keluarga sambil menonton.

"Rey, kamu nggak ke RS hari ini?" tanya mama.

"Nggak ma, aku masih mau nge-habisin waktu dengan istriku." Katanya.

"Emang setahun nggak cukup, kak?" Kini Nadia membuka suara.

"Nggak cukup, terlalu sedikit. Aku pengennya tiap hari sama dia," ujar Rey.

Sedangkan aku hanya diam memperhatikan percakapan dua anak dan ibu itu.

"Oiya, Al. Perusahaan ayah kamu gimana, sayang?" tanya mama beralih menatapku.

"Alhamdulillah, semua aman dan baik-baik saja. Mama nggak perlu risau," jawabku tersenyum.

"Alhamdulillah kalau begitu, nak."

"Oiya, Kak. Kalian nginep sampe berapa hari?" tanya Nadia menatapku bergantian dengan Rey.

"Nggak lama, cuman sampe hari ini doang. Sebentar siang kami akan pulang, kebetulan Al juga udah sembuh." Jelas Rey.

"Kenapa nggak besok aja pulangnya, nak?" Mama pun bertanya.

"Enggak papa, ma. Reyhan lagi ada kerjaan, 'kan selama ini jarang masuk ke rumah sakit." Jelasnya yang ditanggapi anggukan mama dan Nadia ...

***

"Ma, kami pamit dulu, ya?" ucapku dan Rey, sambil menyalami mama.

"Iya, sayang. Kapan-kapan main lagi, ya ke sini. Anggap aja rumah sendiri dan jangan sungkan," ucap mama memelukku dan mencium keningku.

"Iya, ma. Insya Allah," balasku tersenyum.

Nadia, dia sudah pergi sejak tadi ke kampus. Jadi, nggak sempat pamitan sama dia.

"Jangan lupa kasih tau Nadia ya, ma. Entar dia nyariin lagi," ucap Reyhan pula.

"Iya, entar mama kasih tau. Kalian hati-hati ya," ucap mama.

"Iya, Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam," balas mama sambil melambaikan tangan.

Rey pun melajukan mobil dengan kecepatan sedang, suasana tampak hening diantara aku dan Rey sampai kami tiba di pekarangan rumah.

This Is My Life [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang