This Is My Life 20

308 15 0
                                    

Kini malam menyapa, langit dipenuhi bintang yang bersinar. Selesai sholat isya, aku segera menyiapkan makan malam. Lama berkutat dengan peralatan dapur, akhirnya selesai juga semuanya.

Keringat bercucuran dibagian pelipisku, dengan lembut Rey mengusapnya menggunakan tangannya sendiri.

"Capek ya? Mending kita cari asisten rumah tangga aja deh, biar ada yang bantuin kamu gitu. 'Kan bisa ngurangin kerjaan kamu, sayang."

"No, aku ingin mengurus kamu sendiri, tanpa ada bantuan siapapun. Aku 'kan istri kamu, jadi akulah yang harus layani kamu. Jadi nggak usah deh, cari asisten segala, ya?"

"Iya, apapun untuk istriku ini," ucapnya mencubit pipiku.

"Sakit Rey," rengekku sambil memegang pipiku.

Cup

"Udah nggak sakit 'kan?"

"Heheh, tau aja kamu," balasku cengengesan.

"Udah ah, yuk makan!" sambungku.

Kami pun duduk berdampingan, aku mengambilkan nasi serta lauk-pauk untuknya. Lalu, untuk diriku juga. Saat satu suapan sudah masuk kemulutku, ia hanya memperhatikan.

"Kenapa nggak dimakan? Nggak enak, ya?" tanyaku, sedangkan ia hanya menggelengkan kepalanya.

"Lah, terus kenapa?" tanyaku bingung.

"Suapin," rengeknya seperti anak kecil yang tak dibelikan es krim.

"Manja amat," ujarku memberikan suapan pertama padanya.

"Bialin, ama istri sendili. 'Kan nggak papa," balasnya seperti anak kecil, hal itu malah membuatku gemes.

"Uluh-uluh, manjanya."

Cup

Kucium kedua pipinya.

"Nggak sekalian di sini juga," ucapnya menunjuk bibirnya.

"Mualas," balasku terkekeh.

"Aku ngambek, nih?"

"Ya udah, ngambek aja."

Setelah makan, ia membantuku mencuci piring kotor. Lalu, setelah semuanya selesai ia berlalu tanpa mengucapkan sesuatu.

"Lah, tuh anak beneran ngambek, ya?" gumamku menatap punggungnya yang menaiki tangga.

***

"Rey, kamu beneran ngambek?" tanyaku membalikkan badan.

Kini kami sudah berada di tempat tidur, dan ia berbaring membelakangiku. Hal itu tentu saja membuatku agak risih, 'kan nggak biasanya dia begitu.

"Ray, aku minta maaf."

Lagi dan lagi, ia tak menanggapi ucapanku. Apa dia sudah tidur?

"Rey, kamu udah tidur, ya?"

Namun tetap tidak ada sahutan. Karena penasaran akupun melihatnya, dan benar saja. Dia sudah tertidur.

Aku memeluknya dari belakang, tanpa terasa air mataku luruh begitu saja.

"Aku minta maaf, sungguh. Aku tak bermaksud seperti itu ... hiks ... hiks," isakku.

Karena merasa terganggu, Rey pun membalikkan badannya menghadapku.

"Hei, kok nangis?"

"Aku minta maaf, sungguh aku tak bermaksud seperti tadi. Aku minta maaf ... hiks," ucapku masih terisak.

"Udah, nggak papa. Kamu jangan nangis, ya? Entar cantiknya ilang, emang mau?"

Nih orang, suasana kayak gini masih aja nge-gombal.

"Kamu nih, ya. Suasana kayak gini, masih aja gombal. Basi, tau nggak?" ujarku memukul pelan dada bidangnya.

"Awww, mama! Anakmu di-Kdrt-in sama menantu kesayanganmu!" teriaknya dramatis.

"Caelah, nggak usah sok drama deh. Udah tengah malam juga."

"Sayang, sunnahan yuk!" ajaknya manja.

"Lah? Bukannya tadi kita udah sholat, ya?"

"Janjinya tadi, apa coba?"

"Apanya?" ucapku sambil mengetuk-ngetuk daguku.

"Hah, iya. Aku baru ingat," ucapku dan bangkit dari tempat tidur.

"Ya Allah, akhirnya peka juga istriku."

Tak berselang lama kemudian, aku datang membawa segelas susu coklat.

"Nih, habisin ya, sayang."

"Lah, kok susu sih?"

"Iya dong, anak yang cerdas itu harus minum susu. Supaya tambah encer otaknya, biar nggak mikir yang aneh-aneh."

"Ya udah, iya."

Ia pun mengambil susu itu, lalu meminumnya sampai tandas. Hanya menyisakan setetes diujung bibirnya. Entah apa yang merasukiku, dengan santainya kukecup sekilas. Lalu berlari ke dapur.

***

"Astagfirullah, apa yang telah hamba-Mu ini lakukan?"

"Bodoh, bodoh kau, Al."

Aku bermonolog sendiri, nyeramin juga sih. Udah kayak orang gila, bicara sendiri.

"Udah ah, ngantuk. Sebaiknya gue kembali ke kamar, pasti dia udah tidur. Semoga," pikirku dan berjalan menaiki tangga menuju kamar.

Ceklek

Pintu terbuka, menampakkan sosok lelaki gagah sedang tidur pulas di atas kasur.

"Untung aja," ucapku.

Tiba-tiba ....

"Untung apanya, hum?"

Ya elah, nih orang penipu amat. Kirain dah molor, ternyata malah nongol. Kayak setan aja.

"Untung ... udah tidur, yuk! Aku ngantuk nih," ujarku.

"Tapi peluk, bisa 'kan?" tanyanya, dan aku hanya mengangguk pertanda setuju.

Akhirnya kami berdua tidur dengan posisi dia memelukku dari belakang.

This Is My Life [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang