Guyuran air mulai membasahi tubuhku, tak lama kemudian akupun keluar. Sesaat langkahku terhenti, astaga ternyata aku lupa membawa pakaian ganti.
"Duh, gimana nih? Atau aku minta tolong, Rey. Tapi jangan sampai dia ... sudahlah. Dari pada kedinginan," pikirku.
"Rey! Sini bentar!" teriakku.
Udah kayak di hutan aja deh, teriak-teriak macam Tarzan.
"Kamu ini, dibilang jangan teriak-teriak. Kerasukan Tarzan atau gimana, sih?" ujarnya dibalik pintu.
"Hehe, maaf. Em, bisa tolong ambilkan baju ganti nggak? Tadi lupa bawa nih," balasku cengengesan.
"Ada syaratnya," ucapnya lagi.
"Huft, kambuh deh. 'Kan udah kubilang tadi, jangan minta tolong sama dia, Al." Sesalku menggerutuki kebodohanku sendiri.
"Apa?" tanyaku.
Namun tak ada sahutan. Lah, itu manusia masih hidup nggak, sih?
"Rey? Are you still here?"
Lagi-lagi tak ada jawaban. Karena penasaran, akhirnya aku keluar menggunakan handuk di atas lutut.
"Rey," ucapku mencari keberadaannya.
Hap
"Aaaaa!" teriakku.
Ya Allah, jantungku apakah masih berada di tempatnya? Kuharap masih, aku sama sekali nggak mau mati dalam keadaan seperti ini.
"Ngapain teriak?" tanyanya santai sambil memelukku dari belakang.
"Saya mohon, jangan apa-apa 'kan saya. Suami saya belum mendapatkan keturunan," ujarku mulai menangis.
Bukannya melepas pelukannya, malah semakin erat. Sedangkan tubuhku semakin gemetar ketakutan, dan isakkan tangisku mulai pecah.
"Hiks ... hiks ... lepaskan saya," ucapku terisak.
Ia membalikkan badanku, lalu memegang kedua pundakku.
"Kok, nangis sih? Kamu takut, ya? Ini aku lho, Reyhan. Maaf ya sayang, udah buat kamu ketakutan." Dia memelukku dan mencium pucuk kepalaku.
"Kamu jahat, hiks ... hiks ... nggak tau apa, aku tuh takut. Hiks ... hiks," ujarku pelan karena terisak, dan masih berada di pelukannya.
"Maaf," ujarnya makin erat memelukku.
Tunggu-tunggu, apa dia sedang mengerjaiku? Apa ini, dia semakin erat memelukku.
"Astagfirullah, aku 'kan belum memakai pakaian, hanya handuk."
"Rey, lepasin. Aku mau pake baju, dingin tau, nggak?" ujarku mencari alasan.
"Bentar, biarkan seperti ini. Aku rindu," ujarnya.
"Tapi aku kedinginan," balasku.
"Tapi hangat 'kan, dipeluk sama suami?" godanya.
Aku tidak bisa munafik, memang nyaman berada dipelukannya.
"Hangat, pala lo peang. Kalau aku jadi Snow White bagaimana?" Alasan yang cukup membuatnya tertawa.
"Hahah, kalau kamu jadi Snow White, nanti aku bakalan jadi pangerannya. Cocok tuh," ucapnya diakhiri kekehan.
"Ayolah, Rey. Kamu nggak malu apa?"
"Malu? Ngapain? 'Kan kamu istriku."
"Nanti malam aja, ya. Udah mau sore, nih. Lagian aku juga belum masak, emang kamu mau makan kaya sama batu?"
"Apapun itu akan terasa nikmat, jika bersamamu."
Ya elah, gombal mulu. Lama-lama bisa jadi Snow White sungguhan nih, aku.
"Bentar malam, ya? Please," ujarku dengan wajah memelas.
"Tapi janji, ya?"
"Iya, janji."
"Cium dulu dong," ujarnya menunjuk bibirnya.
Cup
Ingat, hanya sebuah kecupan. Tidak lebih dan tidak kurang.
"Makasih."
"Sama-sama," balasku malu, kalau ditanya bagaimana perasaanku saat ini, maka naiklah ke pesawat lalu terjun bebas di atas ketinggian.
***
Kesetian mahal harganya, jangan sampai engkau menyia-nyiakannya. Sedangkan penghianatan adalah kunci dari kehancuran suatu hubungan, jagalah selalu hati untuk mereka yang selalu menunggumu di sana.
***
Pov Reyhan.
Aku tak menyangka, gadis yang baru genap setahun ini mendampingi hidupku, membuat perasaanku kacau balau.
Bagaimana tidak, tingkahnya yang kadang keras kepala, agak tomboy, dan sedikit kejam ternyata bisa malu juga. Meskipun itu dengan suaminya sendiri.
Aku sangat bersyukur memilikinya. Tidak hanya unik, tapi juga langka. Kalau bisa kubandingkan, maka perbandingannya adalah satu banding satu juta atau mungkin lebih.
Andai aku disuruh menggambarkannya, maka inilah gambarannya.
"Ia bagai cahaya ditengah kegelapan, perisai di medan tempur, tongkat yang menyangga agar tidak goyah, dan bidadari yang Allah turunkan dari surga."
Pov end.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is My Life [Completed]
RomanceNamaku Gilbriani Mad Husna Alfatih, seorang gadis blasteran Indonesia-Inggris. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki, bernama Muhammad Ahsanillah Alfatih. Ayahku seorang pengusaha berkebangsaan Inggris, sedangkan bunda juga seorang pengusaha,namun b...