Samar-samar ku dengar suara azan, ku kumpulkan semua nyawa dan bangun. Pagi ini, wajah suamiku-lah yang pertama ku lihat. Jika mengingat kejadian semalam, aku jadi malu sendiri.
Pelan tapi pasti, kulepaskan pelukannya. Namun saat ingin beranjak, tiba-tiba saja aku merasa kesakitan.
"Awww ...," rintihku.
"Ada apa, sayang?" tanyanya yang juga mulai bangun.
"Sakit, Rey." lirihku.
"Mending kamu tidur aja, lagi!" perintahnya.
Aku menggeleng.
"Aku harus bersuci, Rey. Lagi pula, aku juga mau sholat," tuturku yang mendapat anggukan darinya.
"Ya, udah. Biar ku gendong ke kamar mandi," balasnya seraya mengangkatku yang masih dibaluti selimut.
Selesai membersihkan diri, aku langsung sholat tanpa menunggunya. Lagipula, matahari sudah hampir terbit. Setelah itu, ku langkahkan kaki menuju dapur.
"Pagi, sayang!" serunya memelukku dari belakang.
"Pagi juga," balasku.
"Ngga ada yang manis, gitu?" tanyanya.
"Manis? Oh, mungkin minta gula kali ya," ucapku membatin.
"Yang manis, lepasin dulu dong," ujarku.
Ia pun melepaskan pelukannya, dengan wajah sumrigah.
"Tunggu, disini!" perintahku.
Lalu, aku menuju lemari untuk mengambil sesuatu.
"Nih," ucapku sambil memberikan sesuatu.
Ia mengerutkan dahinya bingung.
"Gula? Untuk apa?" tanyanya bingung, namun tetap mengambilnya.
"Iya, 'kan kamu cari yang manis tadi. Bukannya gula itu manis, ya?" balasku.
"Jadi cewe, ngga peka amat," ia mendengus kesal sambil mengerucutkan bibirnya.
"Bilang apa, tadi?" tanyaku, "Ngga peka? Terus, semalam apa, hah?" sambungku menatapnya tajam.
"Ehh, ngga kok. Bu-bukan i-itu maksudku," jawabnya gugup.
"Aduh, mati deh. Kayaknya kumat nih, penyakitnya. Bisa-bisa ku di telan hidup-hidup. Lagian, punya istri galak amat," ucapnya membatin.
"Apa liat-liat?" ketusku.
"Hehe, ngga papa kok," jawanya cengengesan.
Setelah itu, tidak ada suara. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Kamu masih marah?" tanyanya memecah keheningan.
Tak ada jawaban.
"Kumat lagi 'kan sifat dinginnya," ucapnya yang langsung mendapat tatapan mematikan dariku.
Sedangkan, sang empu hanya terlihat santai sambil memakan sarapannya.
***
"Masih marah?""Tua,"
"Tau, Al."
"Bodo amat,"
Ia hanya mengusap wajah kasar, karena tidak ingin meninggalkanku sendirian dalam kemarahan, ia pun memutuskan untuk tidak kerja hari ini.
"Sayang," ucapnya dengan manja, "Jalan-jalan, yuk!"
"Malas,"
Kali ini aku benar-benar merasa kesal padanya, dengan santainya dia bilang kalau aku tidak peka. Karena malas menanggapinya, aku pun beranjak ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is My Life [Completed]
RomansaNamaku Gilbriani Mad Husna Alfatih, seorang gadis blasteran Indonesia-Inggris. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki, bernama Muhammad Ahsanillah Alfatih. Ayahku seorang pengusaha berkebangsaan Inggris, sedangkan bunda juga seorang pengusaha,namun b...