-Apakah melihat wajahmu sekarang menjadi prioritas?-
Rumah Seokjin 07.30 A.M
"Seokjin~a!!!" teriak Jisoo tepat di telinga Seokjin, tapi tangannya tidak tinggal diam. Tangan gadis itu sibuk menampar pipi dan memukul perut lelaki itu dengan keras. Gadis itu heran, dia sudah seperti ini selama lima belas menit tapi laki-laki itu belum menunjukkan kesadarannya sama sekali. Dia heran kenapa lelaki itu selalu bisa selalu bangun lebih dulu daripada dirinya dan bahkan dia akan selalu melakukan panggilan video call setiap pagi saat dia bahkan belum bisa membuka mata dengan benar.
Jisoo berusaha memukul-mukul wajah laki-laki itu semakin keras namun tiba-tiba kelopak mata itu terbuka "Hmm... Soo~yaa suaramu sangat tidak enak di dengar kau tahu?" ujar Seokjin sinis sambil mencengkeram kedua tangan gadi itu. Seokjin langsung menarik kedua tangan itu dengan cepat sampai Jisoo jatuh diatas tubuhnya. Saat gadisnya akan beranjak dari atas tubuhnya, Seokjin segera melingkarkan kedua tangannya di pinggang Jisoo dan menautkan jari-jarinya.
"Sialan!! Sudah bangun kau rupanya!" seru Jisoo kesal karena mencium bau strawbery dari mulut laki-laki itu.
"Aku selalu bangun pukul lima selama dua minggu terakhir ini, tadi aku hanya melanjutkan tidurku saja sebentar," jawab Seokjin sambil menatap mata gadis yang berada di atas tubuhnya.
"Kenapa kau bangun pagi sekali?? Apa itu tidak terlalu pagi untuk seukuran pimpinan perusahaan yang bahkan selalu hobi membawa berkasnya pulang ke rumah dan dikerjakan sampai larut?" tanya Jisoo dengan ekspresi wajah yang penasaran
"Kau tidak tau? Aku sudah pernah bilang bahwa kebiasaanku berubah semenjak bertemu dirimu. Aku bangun pagi hanya untuk bisa melakukan video call dengan mu di pagi hari saat kau belum bisa membuka mata dengan benar. Karena aku yakin gadis bar-bar sepertimu tidak akan pernah bangun sepagi itu. Berkas ku aku bawa pulang karena aku harus bisa menjemputmu sepulang dari kampus atau part time," jawab Seokjin serius tanpa mengalihkan pandangannya dari mata gadis itu.
"Kenapa? Kenapa kau melakukan itu?" tanya Jisoo dengan sura lirih dan entah kenapa tiba-tiba jari-jari tangan gadis itu bergerak memutar di dada Seokjin.
"Sudah kuduga gadis bodoh seperti mu mana mungkin paham hal seperti itu! Dengarkan baik-baik!! Aku melakukan video call itu agar kau mengangkatnya, walaupun terkadang kau hanya menunjukkan layar hitam saja. Kau benar-benar tidak tau kenapa aku melakukan itu?" tanya Seokjin pada gadis itu dan hanya dijawab gelengan kepala saja.
"Haishh!! Kau benar-benar!! Aku melakukan itu, karena aku sedang memastikan bahwa aku adalah orang pertama yang kau lihat dan menjadi orang pertama yang mendengar suaramu saat kau bangun untuk memulai hari bahkan aku tidak mau kalah dengan ayah dan ibumu Soo~yaa. Aku juga harus memastikan bahwa dirimu bisa sampai di rumah dengan selamat maka dari itu aku selalu membawa berkasku pulang!" jawab Seokjin secara gamblang dan tegas.
Gadis itu hanya terdiam dan merasakan wajahnya memanas, Jisoo berusaha menarik nafas untuk menormalkan wajahnya. Gadis mana yang tidak melambung tinggi saat ada yang mengucapkan kata-kata yang sarat akan perhatian seperti itu dan dalam posisi seperti ini pula.
"Yakk!! Mau apa kau?" seru gadis itu dengan suara yang tercekat karena tiba-tiba Seokjin membalikkan posisi mereka.
"Menurutmu apa yang akan dilakukan seorang laki-laki di atas tempat tidurnya bersama calon istrinya?"
Laki-laki itu tiba-tiba menundukkan kepalanya dan memberikan kecupan pelan pada kening gadis itu dan menatap mata gadis itu dengan lembut sambil merapikan helaian rambut gadis itu. Namun, tiba-tiba dia mendengus pelan dan menjauhkan tubuhnya dari tubuh gadisnya. Dia mengumpat dalam hati karena dia bertindak hampir diluar nalarnya.
"Kau tau? Aku ingin sekali melakukannya! Tapi dengan urutan yang benar. Kau sangat menggoda sekali sejak tadi." ucapnya dengan suara yang serak. Tangannya terulur untuk membantu gadis itu duduk.
"Tapi semua rasanya terlalu sulit dan aku butuh banyak cara untuk bisa mengendalikan diri saat kau berada disekitarku! Ayo kita percepat saja pernikahan kita! Bagaimana kalau empat hari lagi kita menikah? Aku rasa itu cukup, kita tinggal mengundang teman-teman dekat saja dan segala persiapan sudah siap hanya tinggal melihat baju yang akan kita pakai saja." ujar Seokjin
"APA?!" teriak Jisoo
"Aish selain bodoh kau juga tuli ya? Aku bilang ayo kita menikah empat hari lagi. Jadi aku bisa mengawasi mu dari kau bangun pagi sampai kau tidur. Seokjin terdiam kemudian menggeleng dengan keras Tidak! Tidak! ayo menikah denganku saja maka kau akan menolongku dari berbuat dosa karena tidak tahan untuk menghamilimu sekarang!! Kau juga menyelamatkan aku dari strees akut karena banyak mengkhawatirkan dirimu. Jadi, ayo kita menikah empat hari lagi Soo~yaa."
Suasana di kamar pagi hari itu mendadak hening tak ada yang bersuara sama sekali.
"Kita bukan sepasang kekasih, dan kita masih memiliki waktu dua minggu lagi untuk meyakinkan hati kita masing-masing. Kau pikir menikah itu mudah? Minimal kita harus saling mencintai dan memahami satu sama lain. Menikah bukan sekedar komitmen, tapi menikah ibarat kita merawat sebuah tanaman Seokjin~a." ujar Jisoo pelan.
"Kenapa kau bisa dengan mudah mengatakan ayo kita menikah! Apa kau menganggap menikah itu permainan? Walaupun akusering kau sebut gadis bar-bar dan bodoh, tapi aku tidak pernah main-main dengan hatiku. Pertemuan kita juga tidak seperti pertemuan pasangan-pasangan pada umumnya." ucap gadis itu sekali lagi.
Entah kenapa tiba-tiba dia tidak yakin lagi terhadap perasaannya sendiri. Laki-laki itu mengatakan kata menikah seolah mengajak dia untuk makan siang bersama. Apakah laki-laki itu serius dengan ucapannya. Apakah semua akan berjalan baik-baik saja?.
"Aku serius dengan ucapanku Soo~ya! Kalau aku tidak menepati kata-kataku atau aku melakukan sesuatu yang menyakiti hatimu, kau boleh memarahiku dan kau boleh meninggalkanku bahkan kau boleh mengajukan perpisahan, tapi jangan pernah paksa aku untuk tidak boleh melihat wajahmu walaupun kita berpisah. Karena entah kenapa wajahmu saat ini adalah prioritasku." ucap Seokjin mantab dengan suara beratnya
"Jadi, ayo kita menikah saja secepatnya Soo~ya," entah bagaimana pernyataan Seokjin kali ini sungguh terdengar sangat serius di telinga Jisoo.
" Untuk mencintai, bukankah kita saat ini sudah dalam tahap untuk saling mencintai? ya walaupun aku merasa bahwa masih aku saja yang mencintai tapi aku rasa itu sudah lebih dari cukup untuk membuatmu mau menjadi istriku."
Diam-diam di luar kamar terdapat dua orang manusia yang sejak tadi mengintip dan menguping pembicaraan dua makhluk yang seakan sedang dimabuk asmara
"Eomma, apakah adikku serius dengan semua perkataan dia yang terakhir itu? Terdengar sangat menyedihkan di telingaku."
"Entahlah, Eomma juga tidak tau, mungkin itu adalah cara dia untuk berusaha memantabkan hatinya agar tidak goyah dan hukuman untuk dirinya sendiri, jika dia goyah. Apalagi dia belum memberitahukan sesuatu yang penting kepada Jisoo."
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE OF YOU (END)
FanfictionAku mencintainya!!. Aku mencintai dia yang dengan cantiknya berdiri membawa kantung plastik!! Aku membencinya.. Membencinya karena dia membuatku hidup dalam rasa takut yang tidak pernah aku rasakan.. -Karenamu aku tidak bisa mengendalikan diri dan t...