BOY 14.

968 102 4
                                    

-Diamlah, aku hanya sedang berusaha menjadi orang terakhir yang kau lihat hari ini begitu pula seterusnya-

Rumah Seokjin

Malam hari setelah pesta pernikahan

Jisoo tidak bereaksi sama sekali saat ada tangan yang melingkar di perutnya, dia tetap asyik melihat pemandangan langit malam di balkon kamar Seokjin. Setelah mereka menikah, Seokjin dan Jisoo memutuskan untuk tetap tinggal bersama orang tua mereka secara bergantian. Mengetahui tidak mendapat respon dari istrinya, Seokjin mulai mengendus-endus leher Jisoo dan semakin mengencangkan pelukannya.

"Kau masih jengkel terhadapku?" tanya Seokjin pelan. Masih belum ada jawaban dari istrinya dan tangan dia mulai berusaha meraba perut Jisoo dari dalam bajunya tapi istrinya itu masih tetap tidak bergeming sama sekali.

"Tumben kau tidak mencaci ku saat aku mulai berbuat mesum kepadamu?" masih belum ada jawaban dari istrinya juga.

"Hei, aku benar-benar tidak bermaksud untuk menyembunyikan fakta bahwa aku adalah duda keren, Aku hanya belum menemukan waktu yang tepat untuk menyampaikannya."

"Soo~ya aku sudah pernah mengatakan padamu, kalau kau mau marah keluarkan saja. Kau tahu aku merasa menjadi laki-laki paling buruk. Aku membiarkan istriku sedih bahkan di hari pernikahan kita, jadi ku mohon jangan memberikan ekspresi itu kepadaku." ujar Seokjin lemah sambil menenggelamkan wajahnya di leher Jisoo.

"Hmm, tenanglah aku jengkel sekali kau tahu?! Ini hari pernikahan kita dan ini adalah hari dimana aku menikahi seorang duda beranak satu."

"Tapi Soo~ya itu adalah sebuah kesalahan dan anak itu bukan anak kandungku." ucap Seokjin frustasi

"Lalu aku sebenarnya harus bereaksi seperti apa saat ini? Apa aku memang benar-benar gadis bodoh seperti yang kau bilang?"

"Maaf..maafkan aku. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk membohongimu. Ku mohon jangan tinggalkan aku, kau boleh menghukumku".

Suasana canggung kembali datang hanya helaan nafas dari Jisoo yang terdengar dan gumaman kata maaf yang terus terucap dari bibir laki-laki itu. Jisoo akhirnya membalikkan badannya dan betapa terkejutnya dia melihat tatapan sendu laki-laki yang sudah menyandang gelar sebagai suaminya. Mata yang selalu memuja dan memberikan tatapan jail itu saat ini malah berganti menjadi tatapan sendu dan siap menumpahkan air mata yang sepertinya sudah menggenang dari tadi. Jisoo merasa takjub dengan laki-laki itu, Seokjin membuat dirinya terasa amat dicintai dan sangat berharga. Jisoo perlahan mulai memeluk Seokjin.

"Apa kau begitu takutnya aku pergi meninggalkanmu? Kau tidak mau melihat cermin dan melihat ekspresimu saat ini? Mungkin ingusmu akan keluar saat ini, seharusnya aku yang menangis Seokji~a. Kenapa malah dirimu?" ujar Jisoo sambil terus menepuk punggung suaminya perlahan seolah-olah sedang menenangkan bayi yang sedang menangis.

"Dengarkan aku, aku memang marah dan mood ku sangat buruk hari ini. Kau mau membantuku menghilangkan mood burukku ini? Aku memang terkejut saat ada wanita yang mengaku sebagai mantan istrimu, tapi eommamu sudah menjelaskan semuanya." ujar Jisoo dan masih dalam posisi yang sama berpelukan di balkon di tengah-tengah udara malam yang dingin.

"Lalu?"

"Yaa, rasanya aku ingin memukulmu saat ini, tapi sialnya aku justru mengagumi sikap yang kau ambil saat itu. Aku bukannya marah bahwa aku telah menikahi duda, tapi aku marah pada fakta bahwa kau tidak memberi tahu aku yang sebenarnya."

Seokjin ingin menjawab istrinya itu tapi dia kalah cepat dari istrinya. Istrinya langsung memberikan ciuman walaupun sebatas menempel sebentar. Seokjin langsung termenung mendapatkan ciuman kilat istrinya tersebut.

"Bolehkan aku mencuri satu ciuman dari suamiku sendiri? Legal bukan? Ayoo kita pindah ke tempat tidur, apa kau tidak lelah berdiri sepanjang hari ini? Aku lelah sekali."

Tanpa aba-aba Seokjin langsung saja menggendong tubuh istrinya itu dan meletakkan di ranjangnya.

"Tunggu di sini. Aku akan segera kembali dan tutupilah tubuhmu dengan selimut agar kau tidak kedinginan."

.......................................................................................

"Eomma bagaimana cara membuat teh lemon? dan apa film favorit dari Jisoo." Seokjin menelepon ibu mertuanya sambil mencari-cari bahan untuk membuat teh favorit istrinya itu. Dia tidak tahu kenapa dia menjadi pria yang melankolis begini jika berhubungan dengan istrinya itu. Setelah dia menyelesaikan acara membuat tehnya, dia segera naik lagi ke atas. Sesampainya di atas dia mendapati Jisoo sudah bergelung dibalik selimutnya.

"Ini apa?" tanya Jisoo curiga saat dia menerima uluran cangkir dari Seokjin.

"Teh lemon, aku sebenarnya akan membuatkanmu Teh gingseng karena udara yang begitu dingin saat ini."

"Lalu kenapa kau malah membuat teh lemon?"

"Aku tahu kau tidak meyukai teh gingseng jadi aku buatkan saja ini. Lagipula ini adalah favoritmu."

"Hmm..terimakasih. Dan apa yang kau bawa itu?"

"DVD film favoritmu? Cerita tentang anjing 101. Mau menonton?"

"Darimana kau tahu tentang film kesukaanku ini?"

"Aku tadi di dapur menelepon ibumu dan bertanya, setelah itu kebetulan nunaku mempunyai film-film yang berhubungan dengan anjing-anjing. Mau marathon film?"

Sudah empat jam lamanya mereka menonton film bertemakan anjing dan Jisoo mulai menguap dan mengusap-usap matanya.

"Kau mengantuk?Kita tidur saja ya, besok kau juga ada kuliah pagi. ini sudah pukul sebelas malam." tanya Seokjin pelan

" Iya aku mengantuk sekali."

" Tunggu sebentar aku akan membereskan ini dan kemudian kita tidur."

Setelah selesai berberes mereka sudah siap-siap tidur. Jisoo sudah mulai memejamkan matanya, saat dia akan mulai masuk ke dalam dunia mimpinya, dia merasakan sentuhan jari-jari pada rambut dan wajahnya. Jisoo yang merasa terganggu langsung membuka matanya kembali dan yang ia dapati adalah Seokjin yang sedang tersenyum samar dengan tatapan yang sangat lembut seolah-olah dia adalah barang yang mudah pecah. Kemudian dia teringat sesuatu.

"Seokjin~a"

"Hmm.."

"Apa kau mau mengambil hak mu malam ini? Ini bahkan malam pertama kita, aku malah asyik melihat film anjing tadi. Sekarang aku malah mengajakmu tidur. Kau,belum bisa tidur karena kau bingung mau memintanya kepadaku hmm?"

" Aishh!! kau katanya lelah dan mengantuk? Kenapa kau malah menjadi super cerewet begini? Hak ku bisa aku ambil kapan saja, tidak harus malam ini. Aku tahu kau lelah dan aku merasa menjadi laki-laki bajingan kalau aku bercinta denganmu malam ini."

"Kenapa kau merasa bajingan? Bukankah itu memang hak mu dan itu kewajibanku?"

"Soo~ya bagaimana mungkin aku meminta jatahku malam ini? Sedangkan aku sudah membuat istriku bersedih bahkan di malam pertamanya menjadi seorang istri. Aku tidak masalah tidak melakukannya malam ini. Lagipula aku masih bisa melakukannya di pagi, siang, sore, dan malam-malam hari selanjutnya. Jadi sekarang ayo kita tidur, oke?"

"Tapi kenapa kau melihatku seperti itu? aku seperti sedang diawasi singa saat tidur."

" Diamlah, jangan banyak bicara!. Aku sedang berusaha menjadi orang terakhir yang kau lihat hari ini, dan aku juga sedang berusaha menjadikan dirimu sebagai orang yang terakhir aku lihat malam hari ini. Aku butuh mengisi energi untuk aktivitas besok pagi Soo~ya. Jadi mari kita pejamkan mata dan sampai jumpa besok pagi dengan cinta yang baru."

BECAUSE OF YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang