BOY 28.

720 64 12
                                    

- Terkadang apa yang tampak indah tidak begitu indah-

- Tidak ada yang berubah sebenarnya tapi, waktulah yang mengubah kita -

Rumah Kim Jisoo dan Kim Seokjin

02.00 PM

Jisoo tampak berlari-lari menuju rumahnya. Dia meruntukki kebodohannya yang sampai lupa waktu, dia meninggalkan Jaehyun dan Jihyo di rumah sendirian dan untungnya Taehyun sedang di bawa oleh neneknya. Dia melirik jam tangannya lagi, untuk memastikan jika ini masih pukul dua dan masih ada dua jam lagi sebelum suaminya pulang. Saat memasukki rumah dia terkejut melihat anak-anaknya sedang asyik menyantap makan siang bersama suaminya sambil bercanda.

"Eomma sudah pulang? Kenapa lama sekali pergi ke supermaketnya? Kami lapar dan untungnya appa pulang cepat," ujar Jihyo dengan mulut yang berusaha mengunyah makanannya. Jisoo masih saja mempertahankan ekspresi terkejutnya dan mengabaikan pertanyaan yang terlontar dari mulut anaknya.

" Kau..kau sudah pulang, Oppa ?" tanya Jisoo berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya, tapi tidak ada sahutan dari suaminya itu. Dia malah mendapati suaminya itu sedang membereskan alat makan yang telah mereka gunakan. Langsung saja Jisoo membantu suaminya untuk membersihkan alat makan mereka. Setelah selesai membersihkan meja makan, Jisoo mengikuti suaminya ke ruang keluarga. Tampak suaminya sedang memilih-milih CD kartun untuk di tonton anaknya. Jisoo kemudian mengikuti mereka dan duduk di sofa, dia sebenarnya merasakan ada yang janggal tapi dia berusaha mengabaikannya.

Saat film berputar, Seokjin melangkahkan kakinya menuju ke kamar mereka. Seokjin masih memakai pakaian kantornya dan itu sangat gerah. Dia ingin mandi dan menyegarkan kepalanya. Jisoo yang melihat kepergian suaminya memutuskan mengikutinya dari belakang, tapi dia sama sekali tidak tenang.

" Kau membiarkan anak-anakku kelaparan di rumahnya sendiri Jisoo," ujar Seokjin dengan suara yang sangat datar dan tanpa ekspresi. Ini adalah sesuatu yang paling tidak di sukai Jisoo, yaitu saat Kim Seokjin menunjukkan kuasanya sebagai seorang lelaki dan sebagai suaminya, karena itu membuat Jisoo merasa bahwa dia telah melakukan sesuatu yang membuat suaminya itu merasa tidak di hargai dan tidak dihormati. Jisoo juga menyadari bahwa suaminya menyebut namanya tanpa embel-embel marga atau panggilan seperti biasanya.

" A..a..ku," Jisoo berusaha mengeluarkan suaranya. Walaupun setiap hari mereka hampir saling mendebat tapi ada kalanya Jisoo merasa bahwa laki-laki di depannya saat ini adalah seorang pemimpin, pemimpin dalam keluarga mereka yang tidak boleh di bantah dan di sela.

" Jika kau ingin pergi, setidaknya kau bisa meninggali mereka makanan atau camilan. Aku tidak suka melihat anak-anakku kelaparan. Aku seperti ayah yang tidak pernah memberi mereka nafkah. Atau jika kau lelah mengurus mereka, kau bisa meminta bibi Song untuk menjaga anak-anakku, walaupun ini saatnya bibi Song libur." ujar Seokjin dengan tenang.

" Maafkan aku, Oppa." lirih Jisoo sambil meremat bajunya, dia merasa sakit saat Seokjin berkata anak-anakku bukan anak-anak kita. Dia benci situasi ini, situasi di mana dia merasa telah melakukan dosa ke pada suaminya. Sebrutal brutalnya dia, dia selalu diajari oleh ibunya apa yang seharusnya dilakukan seorang istri kepada suaminya. Dia sadar bahwa sejak dia mengucapkan kalimat aku bersedia di hadapan Tuhan maka, tubuhnya dan segala yang ada di dalam dirinya mutlak milik suaminya.

" Kau akan berdiri di sana terus? Kau tidak melihat suamimu ini ingin mandi? Kau juga akan mulai mengabaikanku." ujar Seokjin mengintimidasi.

Jisoo yang tersadar dari lamunannya segera melangkahkan kaki ke kamar mandi dan menyiapkan air hangat untuk suaminya mandi. Setelah suaminya masuk kamar mandi, dia mulai menyiapkan satu set pakaian untuk suaminya. Setelah tiga puluh menit berlalu, Seokjin keluar dari kamar mandi dengan badan dan pikiran yang cukup segar. Kemudian matanya tiba-tiba tertuju pada istrinya yang masih duduk di tepi ranjang mereka.

BECAUSE OF YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang