- Aku baru saja membenci kenyataan bahwa aku sangat bergantung kepadanya -
Kantor Penerbitan Diamond 06.45 PM
Jisoo mengerang frustasi dan membanting naskah yang telah banyak direvisi oleh salah satu editornya, entah kenapa editornya merasa bahwa tulisannya kali ini seolah tanpa rasa dan hanya sekedar menulis. Bagaimana dia bisa menulis dengan baik kalau hidupnya saat ini begitu berantakan apalagi saat kepalanya masih saja mengingat dengan jelas apa yang dilakukan pria itu. Suaminya saat itu meremas dada wanita lain. Jisoo mengingat dengan jelas saat itu adalah hari ulang tahun pernikahannya sekaligus peluncuran buku novel terbarunya. Novel yang dia terbitkan selalu memenuhi ekspetasi para pembaca dan akan meledak dipasaran, awalnya dia hanyalah seorang editor tapi kemudian dia beralih menjadi seorang novelis. Banyak sekali media-media yang ingin tahu tentang kehidupan pribadinya apalagi di setiap sesi wawancara dia selalu menjawab bahwa dia sudah menikah dan sudah memiliki anak. Selama ini suaminya lah yang selalu membaca terlebih dahulu setiap paragraf sebelum dia maju ke editor perusahaan, karena pria itu akan selalu memakinya jika tulisan yang ia rangkai sangat tidak layak, dan dia sangat menyukai hal itu.
Tapi sekarang dia tidak dapat berkonsentrasi hanya karena alasan bodoh yaitu Kim Seokjin. Dia baru tahu bahwa dia telah menikah dengan pria gila, karena Seokjin benar-benar menepati ucapannya dengan serius bahwa dia akan selalu melihat keberadaannya setiap hari. Seokjin selalu memperhatikan dia dari jauh dengan wajah datar dan tatapan dinginnya, kadang-kadang bahkan tidak berbicara sedikitpun, hanya ingin memastikan gadis itu baik-baik saja dalam pengawasannya dan tentu saja membuat dirinya menjadi linglung. Pria itu seperti parasit dan bayangan yang selalu menempel di tubuhnya.
Jisoo masih ingat dengan jelas saat bagaimana dia pertama kali berkenalan dengan suaminya itu.
"Kau mau kita bermalam dan aku menghamilimu begitu? Bahkan kau saja tidak tahu nama calon suami dan ayah dari anak-anakmu nanti?"
Jisoo tertawa kecil mengingat kejadian itu dan tangannya yang gemetar mencengkeram pinggir meja kuat-kuat, menahan suara tangisnya agar tidak terdengar. Dia merindukan pria itu. nyaris seperti orang gila.
-----------------------------------------
Jisoo membuka pintu dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang tamu dan langsung kaget, nyaris terjatuh, saat melihat siapa yang sedang duduk di atas sofanya.
"Yakk!! kau pikir apa yang kau lakukan disini, hah?" teriak Jisoo geram sambil berjalan mendekati Seokjin yang sedang duduk sambil menikmati kopinya.
" Pulang" jawabnya singkat dan terdengar malas-malasan
" Ku ingatkan kita sedang dalam proses perceraian"
" Perceraian apa? Alasanmu meminta cerai sangat tidak masuk akal, dan lagi surat-surat yang kau kirim ke kantor sudah ada di mesin penghancur kertasku".
" Kau berselingkuh dariku!"
Seokjin tampak acuh dan mengedikkan bahunya tak peduli tapi kemudian matanya fokus pada telapak tangan istrinya yang di perban.
" Aku tidak pernah dan tidak akan berselingkuh lalu kenapa tanganmu? Aku kan sudah bilang agar kau menjaga dirimu baik-baik!!! seru Seokjin marah.
" Aku memecahkan vas bunga tadi pagi karena mendadak aku membenci fakta bahwa aku sudah tergantung kepadamu!"
" Aku meninggalkanmu belum ada satu bulan dan kau sudah seperti ini? Oke!! Aku tidak akan kemana-mana" ujar Seokjin sambil melangkah ke kamar mereka.
" Seokjin~a, aku lelah. Bisakah kau bekerja sama denganku kali ini? pinta Jisoo
" Tidak. Aku tetap disini. Segera ganti baju dan pergi tidur, ini sudah hampir tengah malam. Apa yang kau lakukan di kantor sampai selarut ini?".
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE OF YOU (END)
FanfictionAku mencintainya!!. Aku mencintai dia yang dengan cantiknya berdiri membawa kantung plastik!! Aku membencinya.. Membencinya karena dia membuatku hidup dalam rasa takut yang tidak pernah aku rasakan.. -Karenamu aku tidak bisa mengendalikan diri dan t...