Part 24

6.4K 701 9
                                    

Namun akhirnya, ia menemukan itu, dan sayangnya hanya fotonya. Sebagian teks hilang!

"Hah ...."

"Mas." Brendon terperanjat, ia langsung menoleh ke sumber suara. "Eh, maaf ngagetin!" kata pria itu khawatir.

"Eh ... mm ... gak papa. Eh, omong-omong, ini Pak Maman, kan?" tanya Brendon, tampak mengenali pria tua yang dulu masih tampak muda itu.

"Eh ... iya ... kenal?"

"Ini saya, Brendon, si ketos!" kata Brendon.

Pria itu berpikir sesaat sebelum akhirnya menatap bahagia. "Oh, Nak Brendon yang sering neraktir itu? Waduh ... makin ganteng!"

"Hehe, makasih, Pak!" kata Brendon tertawa pelan.

"Pasti udah sukses, nih. Eh, omong-omong, ngapain ke sini, Nak?"

Brendon memperlihatkan berkas ke pria itu. "Bapak tahu anak ini?"

Pria tua itu mengerutkan kening, tampak berpikir menatap foto itu, sebelum akhirnya manggut-manggut. "Oh ... ini ... siapa lupa namanya. Dia katanya pindah setelah ibunya meninggal."

Pantas Brendon hanya menemukan satu berkas.

"Dan katanya dia ... dia udah meninggal." Mata Brendon membulat sempurna mendengarnya.

"Se-serius, Pak?"

"Bunuh diri katanya, frustrasi gara-gara di-bully, kesian ... mana masih muda. Padahal kalau diet, dia bakalan cantik. Eh, kenapa Nak Brendon nyari dia?"

Brendon menenggak saliva. Ia lalu menggeleng pelan meski keringat dingin membanjirinya. "Enggak papa, Pak."

"Ah, bukan cuman di-bully, katanya dia juga sakit hati ditolak orang yang dia suka. Banyak rumornya ini, Nak Brendon. Nak Brendon setelah itu pindah, kan?"

Jantung Brendon mencelus.

Menolak?

Brendon tak menolaknya, kan? Yang dimaksud bukan Brendon, kan? Surat itu ... surat-surat itu ....

"Ya sudah, Nak! Bapak permisi dulu!"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

JODOH, TUH, BERAT! [Brendon Series - D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang