Part 2

10.1K 793 18
                                    

"Ia tegar berdiri sekalipun mengalami keterpurukan ....

Dengan keahliannya berhasil menutupi kekurangan ....

Walaupun lawan tak sportif kamu berhasil mengimbang ....

Sudah jelas Pangeran pantas menjadi idaman ....

Apakah aku ... yang akan ...."

Brendon mengerutkan kening. "Akan apa?"

Intan memilih bersembunyi saja di balik tembok, mengingat apa yang terjadi di lapangan sepak bola di hari keempat kemarin. Ia melihat ... Brendon bersama seorang perempuan, si cantik yang pernah ingin merebut mejanya dan teman-temannya. Perempuan itu memberikannya minuman, menyeka keringatnya ....

Jika dibandingkan pun, mereka begitu serasi ... cantik dan tampan.

Sedang Intan ....

Intan menggeleng. "Enggak, aku harus berusaha, aku harus percaya sama Ibu."

Hari keenam ....

"Nasib baik selalu berpihak padamu, itu doa aku ....

Sebagai pengagum rahasia, maaf tak banyak membantu ....

Suatu saat aku akan menampakkan diriku ....

Semoga kamu ... tahu ....

Yah ... tahu ...."

"Hm ... oke ... gue semakin penasaran sama sosok elo, yang entah siapa. Tapi puisi lo cukup cheering gue, kok, Pengagum Rahasia. Walau rada lebay." Brendon tertawa pelan. Kembali ia simpan itu di sakunya.

Hari ketujuh ....

"Tujuh ... ini hari ketujuh ... lima hari lagi maka surat ini lengkap ....

Pangeran, aku terus belajar mengubah diri ....

Dan tentu, tak lepas berdoa untuk kamu tetap menang tiap hari ....

Kamu kelihatan lelah, semoga kamu istirahat yang cukup, pujaan hati ....

Tentu saja dari aku, yang senang dari jauh mengagumi ...."

Hari kedelapan ....

"Alangkah cerianya Pangeran kulihat ....

Mungkin karena telah memasuki semi final, teramat giat ....

Semangat! Semangat! Semangat!

Kemenangan di depan mata, semoga kamu dan timmu yang dapat!

Berjuang dan semangat!!!"

Hari kesembilan ....

"Kekalahan bukanlah akhir, Pangeran ....

Kau tetap menang di mata banyak orang ....

Termasuk di hatiku, karena segala perjuangan ....

Rasa kagumku tak berkurang ....

Jangan patah semangat, kamu sudah banyak berkorban!"

Brendon yang berwajah sedih karena merasa karena ialah, kapten yang tak bisa mengkoordinasi para timnya, kekalahan kemarin terjadi. Namun, isi surat ini, berhasil membuat senyum kecil merekah di bibirnya.

"Wah, baca apa, Bro?" tanya sebuah suara, Brendon langsung menyembunyikan itu di sakunya. "Wah ... surat cinta, ya?"

"Apa, sih, lo pada! Kepo!" Brendon mendengkus sebal. "Eh, mm ... kenapa kalian bisa tau gue di sini?"

"Gue nyari lo ke mana-mana, dan gak nyangka lo ada di tempat paling sepi di dunia." Salah satu teman Brendon menatap sekitaran yang dipenuhi rak dan buku-buku. Perpustakaan. "Lo kenapa, sih, ngehindarin kami, huh?"

JODOH, TUH, BERAT! [Brendon Series - D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang