Lelaki tua itu mengucapkan kata maaf berkali-kali, tubuh ringkihnya ia paksakan untuk membungkuk dalam-dalam. "Maafkan saya," ujarnya penuh penyesalan.
Hyungwon menatap nanar bagian mobilnya yang rusak parah, sebelum menghadap orang tersebut dan memaksakan seulas senyum. "Ini bukan sepenuhnya salah anda."
"Tapiㅡ"
"Anda pasti sedang buru-buru. Mobil ini biar saya yang urus, anda boleh pergi," Hyungwon berusaha berucap setenang mungkin, meskipun dalam hati dia ingin sekali mengumpat membayangkan nominal yang perlu dikeluarkan guna memperbaiki kerusakan mobilnya.
"Ini nomor telepon saya," laki-laki yang memakai seragam pengantar makanan dari restoran cepat saji itu menyerahkan kartu lusuh bertuliskan deretan angka kepada Hyungwon, "Saya akan membayar biaya perbaikannya."
Tanpa mengurangi sopan santunnya, Hyungwon menggelengkan kepala, "Jangan khawatir, ini bukan masalah besar. Anda tidak perlu mengganti rugi, saya bisa mengurusnya sendiri."
Bohong. Tentu saja masalah besar bagi Hyungwon. Jumlah saldo rekeningnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga akhir bulan. Jika dia pergi ke bengkel, uangnya pasti akan habis dalam waktu sekejap.
Namun dia tidak mampu mengatakannya. Walaupun gaji Hyungwon pas-pasan, dia tahu lelaki tua di hadapannya lebih kesulitan daripada dirinya. Dia tidak mungkin menambahkan beban dengan menyuruhnya ganti rugi.
"Sialan," gerutu Hyungwon ketika ia sudah berada di dalam mobil. Sedari tadi dia menahan diri agar tidak meledak. Seandainya yang menabrak kendaraannya adalah anak muda, dapat dipastikan respons Hyungwon akan jauh berbeda.
_____
"It's really bad, bro," kata Jooheon sambil memperhatikan kerusakan pada bumper belakang mobil Hyungwon.
"I know right," Hyungwon melipat tangannya di depan dada, "Kira-kira biaya servisnya berapa ya?"
"Dunno. Yang pasti ga murah."
"Lagian kok bisa separah itu sih?" Changkyun akhirnya membuka suara, sedari tadi dia hanya mendengarkan percakapan kedua temannya.
"Yang nabrak mobil gue aja kepental, motornya ampe jatoh. Ya jelas rusaknya parah," keluh Hyungwon.
"Terus yang nabrak lo gimana? Luka?" tanya Jooheon.
"Ga tau."
Changkyun berdecak. Sampai kapanpun Hyungwon tetaplah Hyungwon, yang tidak peduli terhadap keadaan orang lain. Cukup mengejutkan dia tidak meminta pertanggung jawaban dari si penabrak, setidaknya ada rasa kemanusiaan Hyungwon yang tersisa.
"Jooheon, please lend me your money," pinta Hyungwon, "Ini masih pertengahan bulan dan duit gue makin menipis. Belum bayar tagihan listrik dan kebersihan apartemen pula. Bisa-bisa gue mati kelaparan karena ga punya uang sepeser pun."
"Gue lagi bokek. Coba pinjem ke Changkyun."
"Gaji gue abis buat biaya rumah sakit," balas Changkyun. Tak perlu dijelaskan lebih jauh, Hyungwon dan Jooheon paham. Dua minggu yang lalu dia mengalami kecelakaan yang menyebabkannya harus dirawat selama beberapa hari.
"Aduh, masa gue minta ke ortu? Gengsi lah," rutuk Hyungwon, "Dan kalau mereka tau gue minta duit buat betulin mobil, pasti bakalan diomelin."
"Pinjem ke bank aja," usul Jooheon, yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Hyungwon.
"Atau coba cari kerjaan sampingan," sahut Changkyun.
"Gue ngantor dari pagi sampai sore, tiap hari Senin sampai Jumat. Dan lo nyuruh gue nyari kerja sampingan? Lo mau gue sakit karena kecapekan?" sungut Hyungwon.
Changkyun mengerucutkan bibirnya, "Gue kan cuma ngasih saran."
Hyungwon menarik napas panjang, "Kayaknya gue baru bisa betulin mobil bulan depan, pas udah gajian," ujarnya putus asa.
Tiba-tiba sebuah ide muncul di otak Jooheon, "Kenapa lo ga nyewain apartemen? Kan lumayan uangnya."
"Kalau apartemen gue disewa, gue tidur di mana dong?"
"Apartemen lo ada dua kamar. Maksud gue, sewain kamar satunya. Selain lo dapet duit, tagihan listrik dan biaya kebersihan juga bisa dibayar barengan," jelas Jooheon.
"No," Hyungwon menggeleng, menandakan bahwa dia tidak setuju, "Apartemen gue tuh personal space, ga boleh ada yang nempatin selain gue."
Membayangkan ada seseorang yang bebas keluar masuk unit apartemennya, membuat kepala Hyungwon pusing. Dia sangat benci tinggal bersama orang lain. Baginya, apartemen adalah tempat di mana dia bebas menyendiri dan menenangkan pikiran.
"Di keadaan kayak gini masih aja keras kepala," cibir Changkyun, sementara Jooheon memutar bola mata melihat tingkah Hyungwon. Sebenarnya dia butuh uang tidak sih?
"Seenggaknya gue dan Changkyun udah ngasih solusi. Tinggal bareng orang asing, ngebiarin mobil lo tambah rusak, atau mati kelaparan. Choose one."
_____
ini pertama kalinya aku bikin cerita bxb, excited banget tapi takut ga ngefeel huhu
KAMU SEDANG MEMBACA
between daylight and darkness | hyungwonho ✔️
Short Storyhyungwon membutuhkan uang, sehingga dia terpaksa menyewakan kamar tamu apartemennya kepada orang asing.