"Hyungwon!"
Merasa namanya dipanggil, Hyungwon menoleh dan mendapati sosok laki-laki bertopi hitam tengah melambaikan tangan padanya.
"Ngapain kamu di sini?" tanya orang tersebut tanpa menghilangkan senyuman dari bibirnya.
"Ada urusan," jawab Hyungwon, dia tidak jadi memesan minuman dan beralih duduk di hadapan Minhyuk.
"Kebetulan banget kita ketemu, tadinya aku mau nge-chat kamu."
"Kenapa emang?"
"Besok orangtua aku dateng, dan mereka pengen ngajak kamu makan malam bareng."
Hyungwon hampir tersedak ludahnya sendiri saat mendegar ucapan Minhyuk, "Tapi.."
Minhyuk buru-buru memotong ucapan Hyungwon, "I introduce you as my bestfriend, remember?"
"Aku ga bisa ketemu mereka," lirih Hyungwon. Suaranya pelan, namun dapat didengar oleh Minhyuk.
"Why?"
"How can I meet them when they have seen us kissing??"
"Astaga, itu udah lama banget! Lagian aku udah ngejelasin ke mereka," Minhyuk terkekeh mengingat kejadian beberapa tahun laluㅡketika mereka masih kuliahㅡdia dan Hyungwon kepergok sedang berciuman. Mereka melakukannya demi mengambil foto dan menyebarkan di media sosial untuk meyakinkan orang-orang bahwa mereka tengah berpacaran, walaupun kenyataannya hanyalah pura-pura.
"But, still, it's feels weird!"
"Apanya yang aneh? Bukannya wajar kalau seseorang ngundang teman buat makan bareng orangtuanya?" balas Minhyuk yang ditimpali Hyungwon dengan helaan napas panjang. Jika mampu kembali ke masa lampau, maka dia pasti akan menolak permintaan Minhyuk kala itu.
Pertemanan mereka berawal dari Minhyuk yang meminta Hyungwon menjadi pacar palsunya, even though they barely know each other.
Tentu Hyungwon menolak, tapi Minhyuk tidak menyerah. Dia berkali-kali datang ke fakultasnya, membujuk dengan berbagai alasan hingga akhirnya Hyungwon menyerah dan setuju membantu.
Meski fake dating sudah berakhir, mereka tetap berteman sampai sekarang. Untung saja hubungan keduanya tidak menjadi awkward, terima kasih kepada Minhyuk yang selalu memiliki cara untuk mencairkan suasana.
"Hyungwon!" seru Wonho dari pintu kafe, "Thank god, you are on time."
Melihat Wonho yang berjalan ke arahnya, Hyungwon memutar bola mata malas.
"Wait, Gue mau beli kopi sebagai tanda terima kasih," ucap Wonho, namun pergerakannya terhenti saat menyadari siapa yang sedang bersama Hyungwon, "Minhyuk?"
Minhyuk mengalihkan atensi dari ponsel, "Loh? Bukannya hari ini ada pemotretan di luar kota? Kenapa lo malah di sini?"
"Tas gue ketinggalan, makanya minta Hyungwon bawain."
"Bentar," Minhyuk memandang Wonho dan Hyungwon bergantian, "Kalian saling kenal?"
Wonho mengangguk, "Gue tinggal bareng Hyungwon."
Minhyuk membulatkan matanya, terkejut mendengar ucapan Wonho. Sementara Hyungwon diam, tidak mengacuhkan percakapan dua orang di hadapannya.
"Kok bisa sih?" Minhyuk kini menatap Hyungwon, "Kamu bahkan ga pernah ngajak aku mampir ke apartemen, tapi kenapa Wonho bisa tinggal sama kamu?"
"Dia yang nyewa kamar apartemen aku."
Belum puas akan jawaban Hyungwon, Minhyuk hendak melontarkan pertanyaan lagi, namun dering ponsel menginterupsinya.
"Your phone," Hyungwon menunjuk ponsel Minhyuk menggunakan dagu.
"Duh," Minhyuk berdecak kemudian memasukkan benda tersebut ke dalam saku, mengabaikan panggilan yang masuk ke ponselnya. "Aku mesti balik nih."
"Oke."
Minhyuk memeluk Hyungwon singkat, "I will call you later, babe," ujarnya sebelum melangkah pergi.
"What was that?" Wonho mengerutkan kening, heran melihat interaksi antara Minhyuk dan Hyungwon. "You guys are friends orㅡ"
"Friends," sahut Hyungwon tanpa membiarkan Wonho menyelesaikan ucapannya.
"Teman macam apa yang ngomong dan manggil satu sama lain kayak gitu."
Mungkin karena cukup lama 'berpacaran', Hyungwon terbiasa dengan cara bicara yang ia gunakan selama bersama Minhyuk. Bahkan setelah memutuskan untuk mengakhiri 'hubungan', tidak ada yang berubah, mereka masih menggunakan panggilan yang sama.
"Nih tas lo. Ngerepotin banget sih bangsat," gerutu Hyungwon sambil menyodorkan tas berwarna hitam di tangannya.
"Dih galak," cibir Wonho, "Tadi pas depan Minhyuk kalem-kalem aja."
"Gue mau balik. Ga usah beliin kopi, abis ini gue pengen tidur lagi."
"Hari ini gue ga pulang. Lo gapapa kan sendirian?"
Hyungwon menaikkan sebelah alisnya, "Lo pikir gue anak kecil yang ga bisa ditinggal?"
Wonho mengedikkan bahu, "Gue cuma takut lo kangen gue."
"What?" Hyungwon memasang ekspresi jijik, "Gue justru seneng ga ada lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
between daylight and darkness | hyungwonho ✔️
Contohyungwon membutuhkan uang, sehingga dia terpaksa menyewakan kamar tamu apartemennya kepada orang asing.