"Kenapa ga nginep lagi sih?" keluh Minhyuk saat Hyungwon mengatakan bahwa ia akan pulang.
Sudah tiga hari Hyungwon menumpang tidur di tempat tinggal Minhyuk lantaran ia tidak ingin sendiri di apartemen. Namun sekarang dia tidak perlu takut kesepian, karena Wonho kembali hari ini.
"Kamu ga bosen apa, kita udah ngabisin waktu tiga hari bareng, masih belum cukup?" tanya Hyungwon sembari memasukkan pakaian ke dalam tasnya.
Minhyuk berdecak, "Aku berasa kayak simpanan. Pas ga ada Wonho kamu dateng ke aku, tapi pas dia balik, kamu pergi."
"Ga usah ngomong macem-macem deh," sungut Hyungwon lantas merengkuh Minhyuk dalam pelukan singkat. "Aku berangkat ya."
"Iya, hati-hati."
_____
Sesampainya di apartemen, Hyungwon mendapati sosok Wonho yang baru selesai mandi dan hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.
"Kok udah balik?" ucap Hyungwon seraya meletakkan tas sembarangan.
"Ga suka banget ya gue ada di sini?"
"Bukan. Gue kira lo landing-nya masih lama," sahut Hyungwon. "Buruan pake baju sana."
"Gue penerbangan siang, jadi malem udah sampe," kata Wonho sebelum menghilang di balik pintu kamar untuk mengambil pakaian.
Tak lama berselang, Wonho keluar membawa sebotol wine di tangannya. "Coba liat gue bawa apa."
Hyungwon mengernyit, "Lah, gimana caranya lo ngumpetin gituan di pesawat?"
"Nggak. Ini tuh belinya pas perjalanan pulang dari bandara."
"Tumben lo beli alkohol?"
"Gara-gara Hyunwoo beli, gue juga jadi pengen. Terus inget wine lo udah abis," jelas Wonho. "Lo udah makan malam belum? Kalau udah, temenin gue minum dong."
"Wait. Gue ganti baju dulu."
Setelah mengganti kemejanya, Hyungwon bergabung dengan Wonho di ruang tengah. "Lo ga takut besok ga bisa masuk kerja? Soalnya kan lo gampang banget mabok."
Wonho menggeleng, "Besok gue free."
"Pantesan."
Keduanya sibuk meneguk minuman masing-masing, hingga sedikit demi sedikit kesadaran mereka mulai menurun.
"Tau ga sih, waktu lo pergi gue kesepian banget," celetuk Hyungwon.
"Oh ya?"
Hyungwon mengangguk. Untung saja toleransi alkoholnya cukup tinggi, sehingga dia tetap sadar untuk tidak mengatakan bahwa ia merindukan Wonho.
Entah setan apa yang membujuk Hyungwon agar duduk di samping Wonho, dengan pundak yang saling bersinggungan. "Jangan pergi lama-lama lagi.."
Dari jarak sedekat ini, Wonho mampu memperhatikan tiap detail wajah Hyungwon. Mulai dari alisnya yang indah, bola matanya yang berkilau di bawah cahaya temaram, hidung yang terpahat sempurna, dan bibir yang selalu menarik perhatian siapa pun yang melihatnya.
Oh God, he looks so damn perfect.
Refleks, Wonho menjilat bibirnya sendiri. Pikirannya berkabut, dia tidak berhenti membayangkan bagaimana jika bibir Hyungwon menyatu dengan miliknya.
Dengan perlahan, dia menghampiri Hyungwon yang sudah memutar posisi duduk menghadap Wonho. Gelas wine yang tadi ada di tangannya, ia letakkan di atas meja. Perhatiannya kini hanya tertuju pada laki-laki itu.
Hyungwon mengamati setiap gerakan Wonho yang semakin mendekat ke arahnya, mengikis jarak antara mereka berdua. Mendadak dia merasa kepanasan, padahal ia yakin pendingin ruangan di apartemennya berfungsi dengan baik.
Ketika Wonho tepat berada di depannya, Hyungwon mematung, seolah ia telah kehilangan kemampuan untuk bergerak. Dia membiarkan Wonho mendorong bahunya ke belakang hingga punggungnya jatuh membentur permukaan sofa yang mereka duduki.
Posisi ini sangatlah tidak menguntungkan bagi Hyungwon. Dia tidak bisa pergi ke mana-mana karena Wonho membelenggunya dan membatasi pergerakan dengan cara menahan lengannya. Dia dapat merasakan deru napas Wonho menyapu kulitnya, membuat Hyungwon gemetar menikmati sensasi yang luar biasa mendebarkan.
Hal yang perlu diutamakan ketika akan melakukan kontak fisik tentu saja consent. Wonho sempat ragu, dia tidak mau melanjutkan apabila Hyungwon tidak menginginkannya.
Selama beberapa saat, keduanya saling berpandangan. Ruangan ini begitu sunyi sampai-sampai mereka dapat mendengar helaan napas satu sama lain. Entah efek alkohol atau hormon, Hyungwon memberanikan diri untuk meraih tengkuk Wonho dan mendekatkan wajahnya, berinisiatif untuk mencium duluan sebab lelaki tersebut tak kunjung mempertemukan bibir mereka.
Hyungwon memejamkan mata kala menyadari hidungnya bersentuhan dengan Wonho, namun aktivitas mereka terpaksa berhenti akibat dering ponsel yang memecah keheningan.
Seperti baru tersadar dari pengaruh alkohol, Hyungwon buru-buru membuka mata dan langsung disambut oleh tatapan Wonho yang menyebabkan jantungnya makin berdetak kencang.
"Minggir," ucap Hyungwon, menyuruh Wonho menyingkir dari atas tubuhnya supaya dia dapat mengambil ponsel yang tergeletak di lantai.
Wonho memperhatikan Hyungwon yang menjauh untuk menerima panggilan. Dia tak tahu dengan siapa lelaki itu berbicara karena ia tidak bisa mendengar suara Hyungwon dari sini.
Dalam hati, Wonho sibuk mengumpat. Sial, padahal tadi nyaris saja.
_____
dengarkan curhatku
KAMU SEDANG MEMBACA
between daylight and darkness | hyungwonho ✔️
Short Storyhyungwon membutuhkan uang, sehingga dia terpaksa menyewakan kamar tamu apartemennya kepada orang asing.