15

909 170 18
                                    

Tentu saja Hyungwon tidak mengabari Wonho ketika ia tiba di tempat tujuan. Dia begitu lelah hingga lupa menonaktifkan mode pesawat pada ponsel dan langsung terlelap sesampainya di kamar hotel. Bahkan dua hari berikutnya, dia masih tidak memiliki niat menghubungi Wonho. Untuk apa, pikirnya, lagipula mereka tidak pernah saling berkirim pesan.

Hari sudah malam saat Hyungwon kembali ke apartemen, ia menggeret koper kecilnya masuk kemudian melepas sepatu.

"Lo ga punya baju atau gimana sih?" seru Hyungwon tekejut mendapati Wonho duduk di depan televisi dalam keadaan setengah telanjang, hanya menggunakan celana pendek.

"Kok ga bilang-bilang lo balik hari ini?"

"Emangnya gue harus ngomong dulu kalau mau pulang? Ini kan apartemen gue."

"Bukan gitu maksudnya.."

Hyungwon mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan, "Selama gue ga ada, lo ga macem-macem di sini kan?"

"Nggaklah. Lo pikir gue apaan?"

"Gimana pun juga, lo tetep orang asing," ucap Hyungwon lantas mengecek dapur, memastikan tidak ada barang yang terbakar atau rusak.

Kalimat tersebut mampu membuat Wonho kehilangan senyumnya. Sampai kapan pun dia tetaplah orang asing bagi Hyungwon.

"Gue ga ngapa-ngapain, beneran. Mending lo duduk, temenin gue makan."

Hyungwon menurut, dia menghampiri Wonho dan duduk di depannya.

"Seandainya lo ngasih tau bakalan balik hari ini, gue pasti beli makanan lebih," ujar Wonho sembari memberikan beberapa potong sushi ke piring Hyungwon.

Karena mereka berhadapan, Hyungwon dapat melihat dengan jelas tubuh bagian atas Wonho yang tidak tertutup sehelai kain pun. Laki-laki itu bisa menyebabkan semua orang menggila meskipun dia menggunakan pakaian lengkap, apalagi jika ia tidak memakainya.

Mendadak Hyungwon merasa minder. Dia melirik badannya sendiri, yang menurut orang lain terlalu kurus, tak ada apa-apanya dibandingkan Wonho. Sering kali ia berpikiran untuk workout, namun Hyungwon tidak punya waktu lantaran sibuk bekerja. Dia pun enggan melakukannya di hari libur.

"Gimana kerjaan lo?" tanya Wonho sebelum meletakkan sumpit di atas piring kosong.

"Baik-baik aja," jawab Hyungwon sekenanya. Dia mengalihkan atensi kepada Wonho. "Hei, seenggaknya pake kaus atau apa gitu. Ga enak liat lo tanpa baju."

"Males, lagian kita sama-sama cowok."

"Tapi lo bikin gue ga nyaman."

Wonho mengedikkan bahu lalu bangkit untuk membereskan sisa makanan mereka, ia tahu Hyungwon tidak akan bersedia membersihkannya.

"Tolong sekalian ambilin vodka dong," pinta Hyungwon.

"Mau minum-minum?"

"Iya, mumpung besok libur. Join ga?"

"Gue kurang suka vodka sih.."

Sebenarnya Wonho mengatakan itu karena tidak ingin memberi tahu Hyungwon tentang dirinya yang sudah lama berhenti minum alkohol.

"Kalau wine, mau?" tawar Hyungwon. Dia menyimpan beberapa minuman di apartemen sebab ia lebih memilih minum sendirian dibandingkan pergi ke bar.

"Ga usah deh. Gue minum dikit aja," balas Wonho seraya menaruh sebotol vodka yang diminta Hyungwon serta dua gelas kosong di atas meja ruang tengah. Tidak apa-apa minum sesekali, asalkan jangan banyak-banyak.

Setelah berhasil membuka botol, Hyungwon menuangkannya ke gelas Wonho terlebih dahulu. "Kayaknya lo jarang minum-minum ya? Soalnya gue belum pernah liat lo mabok."

"Iya," Wonho terkekeh, berusaha menutupi kenyataan bahwa Hyungwon tidak pernah melihatnya mabuk karena dia memang menghindari minuman beralkohol.

Keduanya menghabiskan hampir sebotol, dan belum ada tanda-tanda salah satu dari mereka telah mabuk. Padahal Wonho bilang ia hanya akan minum sedikit, tapi dia tidak menolak tiap kali Hyungwon memenuhi gelasnya.

"Jam segini mana sih acara yang bagus," keluh Hyungwon sambil mengganti saluran televisi, mencari sesuatu yang bisa ditonton.

Tak ada balasan dari Wonho, Hyungwon pun menoleh dan mendapati lelaki tersebut sudah tidak sadarkan diri.

between daylight and darkness | hyungwonho ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang