Seharian ini Hyungwon tidak melihat Wonho. Bahkan sepulang dari kantor pun, tidak ada tanda-tanda keberadaan lelaki tersebut.
Hyungwon sedikit bersyukur, karena sesungguhnya dia belum siap bertemu Wonho semenjak kejadian kemarin malam.
Namun ketika bersiap untuk tidur, Hyungwon mendapati pintu kamarnya diketuk. Dia berpikir sejenak, haruskah ia berpura-pura terlelap supaya tidak perlu bertatap muka dengan Wonho?
"Hyungwon?" ucap Wonho yang sontak menyadarkan Hyungwon dari lamunan. Percuma menghindar, lebih baik dia berhadapan dengan Wonho sekarang.
"Ya, masuk aja," sahut Hyungwon akhirnya.
Tak lama berselang, sosok Wonho muncul dari balik pintu. Dia berjalan menghampiri Hyungwon lantas duduk di tepi kasur.
"Maaf ngeganggu. Lo udah mau tidur ya?"
"Gapapa, gue belum ngantuk banget kok," ujar Hyungwon seraya menyandarkan punggungnya pada headboard.
Selama beberapa saat, tidak ada yang berinisiatif membangun percakapan. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Hyungwon," kata Wonho, memecah keheningan di antara mereka. "Do you like me?"
Hyungwon tertegun mendengar kalimat yang lolos dari mulut Wonho, tidak menyangka pertanyaan itu ditujukan kepadanya secara tiba-tiba.
Karena tak kunjung menerima jawaban, Wonho mengangkat wajah agar dapat menatap mata lawan bicaranya.
Otak Hyungwon seolah berhenti berfungsi, dia tidak mampu memikirkan respons yang tepat untuk menimpali Wonho. Dia sama sekali belum mempersiapkan diri untuk situasi seperti ini.
"I.. I don't know."
"You know but you don't want to talk about it," tuduh Wonho yang sukses membuat Hyungwon terpojok. Biasanya dia akan mengelak, tapi entah kenapa tatapan yang diberikan oleh Wonho tampak begitu menakutkan baginya.
"I really don't know!" seru Hyungwon, intonasi suaranya meninggi, menyebabkan Wonho tersentak.
Hyungwon menggigit bibir, ia tidak bermaksud membentak Wonho. Dia hanya merasa perlu melindungi dirinya.
The truth is, Wonho made Hyungwon feel things that he didn't want to admit.
Jujur saja, memang siapa yang tidak menyukai Wonho? Bahkan tiap orang yang baru bertemu dengannya pertama kali pun sulit memalingkan pandangan.
Sayangnya, Hyungwon terlalu takut dan gengsi untuk mengakui. Menurutnya ini semua salah, bagaimana mungkin dia menyimpan perasaan kepada sesama pria?
Seandainya waktu itu dia menolak berteman dengan Wonho, hal tersebut pasti tidak akan pernah terjadi.
"Kemarin malem lo ga sepenuhnya mabuk," lirih Wonho. "Kalau ga suka, lo bisa ngedorong gue atau menghindar kayak sebelum-sebelumnya."
"Berhenti mikirin tentang kemarin. Kita berdua sama-sama di bawah pengaruh alkohol," kilah Hyungwon.
Wonho menarik napas panjang. Dia menyerah, sampai kapan pun obrolan mereka tidak dapat menghasilkan apa-apa.
"Flat gue udah bisa ditempatin lagi," ucap Wonho mengalihkan pembicaraan.
"Oh, good for you."
"Gue pengen pindah, tapi masih ada sisa kontrak di sini dua minggu."
"Gue refund uangnya kalau lo mau," balas Hyungwon. Dia belum lama gajian, sehingga tidak masalah mengembalikan seperenam dari biaya sewa Wonho.
"Lo ga akan nyegah gue? Lo ga mau minta gue untuk tinggal di sini?"
Hyungwon mengerutkan dahinya, "Why should I?"
Ekspresi Wonho langsung berubah murung. Padahal ia yakin Hyungwon sempat mengaku kesepian ketika dia tidak ada. Tapi mengapa kini Hyungwon justru ingin Wonho pergi?
Tanpa pikir panjang, Hyungwon meraih ponsel yang tergeletak di atas laci samping tempat tidur. "Gue bisa transfer sekarang. Nomor rekening lo nggak ganti kan?"
Wonho mengangguk. "Kalau gitu gue mulai beresin barang ya," ujarnya sebelum keluar dari kamar Hyungwon.
_____
Keesokan harinya, saat Hyungwon terbangun dari tidur, dia melihat dua koper dan beberapa kotak milik Wonho ada di dekat pintu apartemen.
Tak lama berselang, Gunhee datang membantu temannya memindahkan barang-barang ke mobil. Hyungwon tersenyum singkat ke arah mereka kemudian melanjutkan langkah menuju kamar mandi untuk siap-siap berangkat kerja.
Dalam hati, ia merutuki kebodohannya tadi malam. Kenapa dia mengatakan kalimat yang tidak diinginkannya? Hyungwon memang berusaha menyembunyikan fakta bahwa ia mulai merasakan sesuatu yang aneh pada dadanya tiap kali bersama Wonho, namun bukan berarti dia harus membuatnya kecewa.
Tapi biarlah, mungkin dengan menjauhi Wonho, dia mampu melupakan perasaan yang tidak sepatutnya ia simpan.
KAMU SEDANG MEMBACA
between daylight and darkness | hyungwonho ✔️
Historia Cortahyungwon membutuhkan uang, sehingga dia terpaksa menyewakan kamar tamu apartemennya kepada orang asing.