35

851 136 40
                                    

Hyungwon kira, dia akan cepat terbiasa oleh kehampaan yang ia rasakan setelah Wonho pergi. Tapi kenyataannya, dua minggu berlalu dan dia justru semakin dihantui penyesalan.

Wonho tak pernah muncul lagi di hadapannya, bahkan menghubungi pun tidak. Dia seolah lenyap dari muka bumi. Lebih tepatnya, dia menghilang dari hidup Hyungwon.

Bohong jika mengatakan dirinya tidak kehilangan. Hyungwon benar-benar merindukan Wonho, mulai dari wajahnya, senyumnya, suaranya, candaannya, dan segala hal tentangnya, termasuk cheesy pick-up line yang dulu selalu membuat Hyungwon bergidik.

Seiring berjalannya waktu, Hyungwon mulai muak dengan kesendirian. Dia sudah tidak sanggup menghadapi perasaan sepi yang seakan-akan hendak membunuhnya secara perlahan. 

Hebat sekali seorang Lee Hoseok, mampu mengubah Hyungwon yang mencintai ketenangan menjadi sangat membenci keheningan.

Dia sempat berpikir untuk menyewakan kamar apartemennya kepada orang lain. Namun ia sadar, tidak ada yang bisa menggantikan Wonho, semua pasti akan terasa berbeda.

Jujur saja, Hyungwon ingin Wonho kembali. Dia sengaja tidak mengganti passcode apartemennya, barangkali lelaki itu datang.

Setiap pulang kerja, Hyungwon menatap pintu kamar tamu yang tertutup, membayangkan Wonho keluar dari sana lalu menemaninya memandangi sunset.

Dengan hati-hati, Hyungwon membuka pintu tersebut. Meskipun dua minggu tidak ditempati, entah kenapa dia masih bisa mencium aroma tubuh Wonho yang tersisa.

Pandangan Hyungwon menyapu seluruh penjuru ruangan, berharap menemukan barang yang tertinggal, supaya ia mempunyai alasan bertemu Wonho. Sayangnya, dia tidak mendapatkan apapun. Wonho benar-benar teliti memastikan tak ada benda miliknya yang tercecer.

Sebagian hati Hyungwon membujuknya untuk mendatangi Wonho. Tapi akal sehatnya menolak, lagipula dia tidak tahu alamat Wonho, lantas bagaimana cara ia menemuinya?

Hyungwon menarik napas panjang, kemudian mengambil ponsel dan mencari roomchat Gunhee yang berisi percakapannya dengan Wonho pertama kali.

Dia terlalu gengsi menghubungi Wonho duluan, apakah ia bertanya ke Gunhee saja?

Sebenarnya Hyungwon tak mengerti apa yang ia rasakan terhadap Wonho, dia tidak yakin bahwa ia menyukainya. Mungkin semua ini hanyalah ilusi, semata-mata karena Wonho masuk ke dalam kehidupan Hyungwon yang membosankan dan memberikan warna lain baginya.

Tiba-tiba ponsel di tangan Hyungwon berdering, menampilkan nama Minhyuk di layar. Dia segera menekan tombol hijau untuk menerima panggilan.

"Kamu di mana?" ujar suara dari seberang telepon.

"Di rumah. Kenapa?"

"Kangen."

"Ya udah, ntar aku ke tempat kamu. Mumpung besok libur," balas Hyungwon. Dia terdiam sejenak, seandainya ia seperti Minhyuk, yang dengan mudah mengungkapkan perasaan secara terang-terangan.

"Jam berapa? Sekalian makan malam di luar yuk."

"Jam tujuh deh, aku mandi dan siap-siap dulu."

"Okay. See you."

"Min," ucap Hyungwon buru-buru, mencegah Minhyuk memutus sambungan telepon mereka.

"Ya?"

Hyungwon menggigit bibirnya, ragu untuk bertanya. Namun sudah terlanjur, lebih baik ia mengatakan sekarang sebelum ia menyesal.

"Kamu tau alamat tempat tinggal Wonho ga?"

_____





















sneak peek au hyungwonho-ku selanjutnya (spoiler aja dulu padahal ga tau bakal dipublish kapan wkwk)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sneak peek au hyungwonho-ku selanjutnya (spoiler aja dulu padahal ga tau bakal dipublish kapan wkwk).

between daylight and darkness | hyungwonho ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang