"Gue pake tv lo buat netflix-an, boleh ga?" tanya Wonho kepada Hyungwon yang tengah melepas sepatunya.
Hyungwon mengangguk. Selama ini dia jarang menggunakan televisi, setidaknya kini benda tersebut tidak menjadi pajangan saja.
"Mau ikut nonton?" tawar Wonho sesudah berhasil memasukkan akun netflix miliknya.
"Nggak," sahut Hyungwon seraya membuka kulkas. Kemarin dia sempat membeli es krim dan ingin memakannya untuk memperbaiki suasana hati yang hancur akibat masalah pekerjaan.
"Kok ga ada sih?" gumam Hyungwon heran, kemudian ia menatap Wonho, "Liat es krim yang di kulkas ga?"
"Udah gue makan," ujar Wonho tanpa rasa bersalah.
"Itu kan punya gue, kenapa lo ambil?"
Wonho memperhatikan Hyungwon melalui ujung matanya, "Jangan pelit-pelit lah sama temen."
"Bukan itu masalahnya!" suara Hyungwon meninggi, dia tidak mampu menyembunyikan kekesalan. Siapa yang tidak sebal ketika berharap memakan sesuatu, namun gagal lantaran makanan tersebut diambil oleh orang lain?
Sekarang Hyungwon menyesal telah setuju untuk berteman dengan Wonho, dia menjadikan title 'teman' sebagai sebuah excuse.
Takut emosinya meledak, Hyungwon buru-buru masuk ke dalam kamar. Kata teman-temannya, kalau sedang marah, Hyungwon sangat menyeramkan. Dia tidak mau Wonho melihat sisinya yang buruk.
"Hyungwon, are you mad?"
Jelas-jelas Hyungwon kesal, dia bahkan melewatkan kegiatan sore harinya yaitu memandangi sunset dari balkon.
"Hyungwon, maaf."
Masih tak ada jawaban. Sebenarnya Wonho menyadari ekpresi Hyungwon yang tidak mengenakkan sepulang dari kantor. Dia memang sengaja memakan es krim yang ada di lemari pendingin bukan hanya karena ia mau, tapi juga penasaran respons apa yang akan diberikan Hyungwon.
Wonho tidak menyangka Hyungwon akan semarah ini kepadanya. Dia segera mengambil jaket dan pergi ke mini market untuk mengganti es krim Hyungwon yang dimakannya, sebagai penebus dosa.
Sementara itu, Hyungwon meringkuk di atas kasur, tiba-tiba ia merasa seperti anak kecil yang merajuk. Demi tuhan, dia berumur 26 tahun dan bertengkar dengan orang lain karena makanan? Benar-benar konyol.
Tidak ada suara lagi. Mengira Wonho sudah tidak berada di ruang tengah, Hyungwon memutuskan keluar dari kamar. Dia hendak mandi, membersihkan dirinya yang bau keringat setelah seharian bekerja.
Namun Hyungwon dibuat kaget oleh sosok Wonho yang berdiri tepat di depan pintunya.
"Hyungwon, i'm sorry," ucap Wonho menyesal.
Hyungwon melengos, dia melangkah melewati Wonho tanpa meliriknya sedikit pun. Masa bodoh jika dianggap kekanak-kanakan, dia tidak mood untuk berbicara dengan siapa-siapa.
"Ini gue gantiin es krim lo," kata Wonho, menunjukkan kantung plastik berisi beberapa macam es krim di tangannya.
"Udah ga pengen," balas Hyungwon ketus.
"Oke, gue masukin kulkas aja ya," ujar Wonho, sedangkan Hyungwon mengedikkan bahu ke atas, tidak peduli.
"Hyungwon," panggil Wonho yang mengekori lelaki itu ke tempat menjemur yang berada di samping kamar mandi. Entah keberapa kalinya ia menyebut nama Hyungwon hari ini.
"Gue cuma main-main, ga maksud bikin lo kesel," tutur Wonho hati-hati, tidak ingin membuat Hyungwon bertambah marah. "Gue ga akan ngulang kesalahan lagi, janji."
"Whatever," dengus Hyungwon.
"Hyungwonㅡ"
"Stop calling my name!" keluh Hyungwon. Lama-lama suara Wonho bisa menempel di kepalanya karena ia terus-terusan mendengarnya.
"Gue cuma mau ngasih tau.. Lo salah ambil handuk, itu punya gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
between daylight and darkness | hyungwonho ✔️
Short Storyhyungwon membutuhkan uang, sehingga dia terpaksa menyewakan kamar tamu apartemennya kepada orang asing.